WHO: Tahun 2018, Campak Sebabkan 140 Ribu Orang Meninggal

WHO menyebut bahwa tingkat vaksinasi campak di dunia masih belum bisa melindungi anak-anak

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Des 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 07:00 WIB
Ilustrasi suntik vaksin campak pada anak (AFP/Johannes Eisele)
Ilustrasi suntik vaksin campak pada anak (AFP/Johannes Eisele)

Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa di 2018, ada 140 ribu orang meninggal dunia akibat campak. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak di bawah lima tahun.

"Fakta bahwa setiap anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti campak, adalah kemarahan dan kegagalan kolektif untuk melindungi anak-anak yang paling rentan di dunia," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreysus seperti dikutip dari laman resmi WHO pada Kamis (12/12/2019).

WHO menyatakan bahwa bayi dan anak-anak sangat berisiko terkena infeksi campak. Mereka juga berpotensi terkena komplikasi seperti pneumonia dan ensefalitis (pembengkakan otak), cacat seumur hidup, kerusakan otak permanen, kebutaan, atau kehilangan pendengaran.

Beberapa studi terbaru menyatakan bahwa terkena virus campak berdampak pada kesehatan jangka panjang. Mereka bisa merusak memori sistem kekebalan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah infeksi.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Tingkat Vaksinasi yang Belum Cukup Melindungi

Pemprov Aceh Akhirnya Bolehkan Vaksinasi MR
Petugas menyuntikan Vaksin Campak dan Rubella (MR) kepada bayi saat dilakukan imunisasi di sebuah puskesmas, Banda Aceh, Rabu (19/9). Pemprov Aceh akhirnya membolehkan pelaksanaan vaksinasi MR yang mengandung enzim babi. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Kondisi ini menyebabkan orang yang selamat dari campak, lebih rentan terhadap penyakit lain seperti influenza atau diare, yang merusak pertahanan kekebalan tubuh.

Campak sesungguhnya dapat dicegah lewat vaksinasi. Namun, tingkat imunisasi global saat ini dirasa tidak bergerak selama hampir satu dekade.

WHO dan UNICEF memperkirakan bahwa ada 86 persen anak di dunia yang mendapatkan dosis pertama vaksin campak lewat pelayanan rutin di negaranya. Sayangnya, kurang dari 70 persen yang menerima dosis kedua yang direkomendasikan.

Tahun 2018 sendiri, ada lima negara dengan angka insiden tertinggi campak. Mereka adalah Republik Demokratik Kongo, Liberia, Madagaskar, Somalia, dan Ukraina. Mereka menyumbang hampir setengah kasus campak di dunia.

"Estimasi ini mengingatkan kita bahwa setiap anak, di mana saja membutuhkan dan layak, vaksin yang menyelamatkan jiwa ini. Kita harus membalikkan tren ini dan menghentikan kematian yang dapat dicegah, dengan meningkatkan akses dan cakupan vaksin campak," kata Robert Linkins, Branch Chief of Accelerated Disease Control and Vaccine Preventable Disease Surveillance di Center for Disease Control and Prevention.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya