Liputan6.com, Jakarta - Mungkin Anda pernah bertemu dengan orang yang terlalu terobsesi dengan sesuatu, atau bahkan orang itu adalah Anda sendiri? Jika Anda cenderung beripikir berlebihan sehingga menyebabkan perilaku repetitif, mungkin saja Anda mengalami OCD.
Lantas, apa itu OCD?
Dilansir WebMD, Kamis (2/12/2021), Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah penyakit mental yang menyebabkan pikiran atau sensasi yang tidak diinginkan (obsesi) atau dorongan untuk melakukan sesuatu berulang-ulang (kompulsi). OCD sering berpusat pada suatu motif, misalnya takut kuman atau kewajiban mengatur benda-benda dalam pola tertentu.
Advertisement
Baca Juga
Gejala OCD bukan hanya tentang kebiasaan seperti menggigit kuku atau memikirkan pikiran negatif. Pikiran obsesif bisa mencakup kemungkinan bahwa angka atau warna tertentu dianggap "baik" atau "buruk".
Sedangkan kebiasaan kompulsif mungkin Anda dapat mencuci tangan tujuh kali setelah menyentuh sesuatu yang mungkin kotor. Meskipun Anda mungkin tidak ingin memikirkan atau melakukan hal-hal ini, namun jika mengalami gangguan ini Anda merasa tidak dapat untuk berhenti.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gejala OCD
Gejala OCD biasanya dimulai bertahap dan bervariasi sepanjang hidup. OCD datang dalam berbagai bentuk, tetapi kebanyakan kasus setidaknya satu dari empat kategori umum berikut ini:
• Kecenderungan memeriksa berulang kali, seperti kunci, sistem alarm, oven, atau sakelar lampu, atau mengira Anda memiliki kondisi medis seperti kehamilan atau skizofrenia
• Ketakutan akan hal-hal yang mungkin kotor atau dorongan untuk membersihkan. Kontaminasi mental melibatkan perasaan seperti Anda telah diperlakukan seperti kotoran
• Simetri dan keteraturan, kebutuhan untuk mengatur sesuatu dengan cara tertentu
• Pikiran yang mengganggu, obsesi dengan garis pemikiran, yang dapat mengganggu.
Advertisement
Penyebab OCD dan Faktor Risiko
Hingga kini dokter masih belum yakin dari penyebab mengapa beberapa orang dapat menderita OCD. Namun jika Anda mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan, maka stres dapat memperburuk gejala.
Ini sedikit lebih umum pada wanita daripada pria. Tetapi gejala juga sering muncul pada remaja atau dewasa muda.Faktor risiko OCD meliputi:
• Orang tua, saudara kandung, atau anak dengan OCD
• Perbedaan fisik di bagian tertentu dari otak Anda
• Depresi atau kecemasan
• Pengalaman dengan trauma
• Riwayat pelecehan fisik atau seksual sebagai seorang anak
Terkadang, seorang anak mungkin mengalami OCD setelah infeksi streptokokus. Ini disebut gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi streptokokus, atau PANDAS.
Untuk perawatan OCD Anda dapat melakukan terapi bicara, obat-obatan, atau keduanya. Namun pastikan juga untuk tidak mendiagnosis diri sendiri, tapi sebaiknya Anda pergi ke psikolog atau psikiater Anda terlebih dahulu.
Penulis: Vania Dinda Marella
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement