Deltacron Diduga Sedang Berkeliaran, Pakar: Terinfeksi 2 Varian Covid Bukan Tak Mungkin

Deltacron adalah gabungan Virus Corona Varian Delta dan Omicron dan diduga kembali ditemukan di Inggris.

oleh Diviya Agatha diperbarui 20 Feb 2022, 14:02 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2022, 14:02 WIB
FOTO: Varian Baru COVID-19 Ditemukan di Indonesia
Dua wanita berjalan di Rumah Karantina COVID-19 Hotel Yasmin, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (17/6/2021). Saat ini, variant of concern (VOC) menyebar di 12 provinsi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, kepala laboratorium bioteknologi dan virologi molekuler di Siprus, Dr Leondios Kostrikis, mengungkapkan adanya penemuan gabungan antara varian Delta dan Omicron yang dinamai sebagai Deltacron.

Kala itu, beberapa pihak berpendapat bahwa Deltacron mungkin muncul karena adanya pencemaran di laboratorium yang bersangkutan. Meskipun Dr Leondios bersikeras bahwa penemuan itu bukanlah suatu pencemaran.

Ternyata tak lama, Inggris pun melaporkan penemuan kasus serupa sebagai dugaan bahwa ada seseorang yang tertular dua varian tersebut secara bersamaan.

Terkait hal ini, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa kemungkinan bahwa seseorang terinfeksi dua varian Covid memang memungkinkan.

 

Penjelasan tentang Deltacron, Gabungan Delta dan Omicron

Terutama pada daerah atau negara yang memang memiliki kasus infeksi COVID-19 yang tinggi dan pada orang-orang dengan kategori rentan seperti pemilik gangguan imunitas dan sebagainya.

"Potensi seseorang bisa terinfeksi oleh lebih dari satu varian itu ada dan besar kemungkinannya," ujar Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com belum lama ini.

Dicky, menjelaskan, ketika suatu tempat memiliki infeksi yang tidak terkendali, probabilitas untuk seseorang terkena dua varian secara bersamaan memang termasuk besar.

"Apakah ini menjadi potensi warning awal? Ya, tetap. Ini kan jadi pesan penting kita enggak boleh abai, enggak boleh membiarkan longgar tanpa terkendali. Jangan over-confidence," kata Dicky.

"Ini reminder untuk kita, kita pun bisa mengalami itu. Tapi kan kita terbatas untuk genome sequencing-nya. Beda dengan negara-negara maju. Oleh karena itu, untuk mencegahnya, bukannya nakut-nakutin, tapi mengingatkan kita bisa mengalami itu (Deltacron) kalau kita abai," Dicky menambahkan.

 

Penjelasan Lebih Lanjut

Dalam kesempatan yang sama, Dicky juga mengungkapkan bahwa adanya varian rekombinan seperti Deltacron mengingatkan kembali bahwa pengendalian pandemi tidak memiliki efek jangka pendek saja.

"Potensi adanya varian rekombinan ini yang sudah selalu saya sampaikan, pengendalian pandemi ini bukan bicara jangka pendek hanya kesakitan, kematian saja. Tapi mencegah adanya terjadi varian baru, termasuk varian rekombinan," ujar Dicky.

Dicky menambahkan bahwa hingga saat ini, penelitian terkait Deltacron masih ditunggu-tunggu dan diawasi. Namun, penting untuk tidak mengandalkan keberuntungan dan menduga-duga.

Sehingga seandainya Deltacron tersebut pun resmi menjadi varian baru, maka siapapun termasuk Indonesia siap untuk meresponsnya dengan baik.

"Mudah-mudahan tidak seperti yang kita duga. Tapi namanya pandemi kita enggak bisa mengandalkan keberuntungan. Kita harus meresponsnya dengan apapun varian baru," kata Dicky.

Infografis 8 Fakta Covid-19 Varian Omicron

Infografis 8 Fakta Covid-19 Varian Omicron
Infografis 8 Fakta Covid-19 Varian Omicron (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya