Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, tidak ada data perbedaan gejala Omicron pada orang lanjut usia (lansia) di atas 59 tahun dan di bawah itu.
"Pada umumnya yang paling sering ditemukan sakit tenggorokan, hidung meler, sakit-sakit badan (nyeri), sedikit demam serta batuk," kata Nadia.
Baca Juga
Saat Omicron mendominasi penularan, memang jarang ditemukan keluhan kehilangan indera penciuman dan perasa. Ini jauh berbeda dibandingkan saat gelombang kedua kemarin kala varian Delta mendominasi penularan, banyak yang mengeluhkan tidak bisa mencium dan merasakan makanan.
Advertisement
Selain itu, jarang ditemukan gejala sesak napas pada pasien terpapar Omicron COVID-19. Menurut dokter spesialis paru Erlina Burhan hal ini karena varian Omicron cenderung berkembang biak di saluran napas atas.
"Jarang sekali berkembang biak sampai saluran napas bawah dan jaringan pernapasan bawah. Tapi bukan berarti gejala ini tidak ada, tetap ada, tapi ya jarang pada pasien Omicron," kata Erlina dalam diskusi bersama Radio Kesehatan pada Selasa, 22 Februari 2022.
Proses Penyembuhan Pasien Terpapar Omicron
Nadia mengatakan proses penyembuhan pada pasien terpapar varian Omicron berbeda-beda. Sangat tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing individu.
"Setiap orang berbeda-beda, pada orang tanpa gejala bisa lima hari namun bisa juga lebih. Lalu, yang bergejala ringan bisa 10-14 hari," kata Nadia.
Berbeda lagi dengan pasien Omicron tapi bergejala sedang hingga berat. Hal ini sangat tergantung kondisi pasien selama mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Advertisement