Beberapa Negara Deteksi Deltacron si Varian Kombinasi Delta dan Omicron, Bahayakah?

Virolog dari Institut Pasteur, Paris, Prancis Etienne Simon-Loriere mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan temuan Deltacron

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Mar 2022, 16:45 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2022, 16:45 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan virus penyebab COVID-19 belum juga berhenti. Beberapa ahli virus menemukan bukti adanya varian yang merupakan gabungan dari Delta dan Omicron. Untuk sementara disebut dengan Deltacron.

Selain di Prancis, World Health Organization (WHO) pada briefing 9 Maret 2022 mengatakan varian kombinasi ini juga terdeteksi di Belanda dan Denmark. Beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat juga sudah melaporkan temuan kasus Deltacron.

Kehadiran varian gabungan Delta dan Omicron ini memang bisa menimbulkan kepanikan di masyarakat. Terlebih ada komponen varian Delta di dalamnya. Hal ini mengingatkan kita akan gelombang COVID-19 di 2021 yang memakan banyak jiwa dan angka kesakitan yang tinggi.

Namun, virolog dari Institut Pasteur, Paris, Prancis Etienne Simon-Loriere mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan temuan Deltacron. Ada beberapa alasan kita tidak perlu panik berdasarkan temuannya di laboratorium.

"Ini bukan masalah baru," kata Loriere mengutip dari laman NYT, Sabtu (12/3/2022).

Pertama, rekombinan atau kombinasi seperti ini amat jarang. Meski kasusnya sudah terdeteksi dari Januari, hingga kini belum menunjukkan kemampuan untuk tumbuh secara eksponensial.

Loriere juga mengatakan bahwa gen yang mengkode protein pada permukaan virus atau spike hampir seluruhnya dari Omicron. Sementara, lainnya dari Delta."

Permukaan virus ini sangat mirip dengan Omicron, sehingga tubuh akan mengenalinya serta mengenali Omicron," kata Loriere.

Para pakar juga memprediksi Deltacron tidak menyerang sel-sel saluran pernapasan bawah. Hingga kini, data menunjukkan mereka yang kena Deltacron menyerang sel-sel di hidung dan saluran napas atas, tidak di paru. Ini kondisi 'serangan' yang sama seperti Omicron.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Belum Final, Tunggu Penelitian Lanjutan

ilustrasi lab/credit @pixabay/jarmoluk
ilustrasi lab/credit @pixabay/jarmoluk

Kini, Loriere dan peneliti lain sedang melakukan eksperimen di piring sel untuk mengetahu cara kerja Deltacron. Eksperimen dilakukan pada hamster dan tikus. Namun, untuk mendapatkan hasilnya butuh waktu beberapa minggu lagi.

"Ini hal yang amat baru. Kami belum mendapatkan hasil apapun," katanya soal penelitian Deltacron yang tengah dilakukan.

WHO pun kini tengah melakukan pelacakan dan diskusi intensif mengenai varian kombinasi ini seperti disampaikan Pimpinan Teknis COVID-19 untuk WHO, Maria Van Kerkhove.

"(Mutasi ini) Sudah diduga, terutama dengan sirkulasi Omicron dan Delta yang intens," kata Maria.


Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya