Cegah Anak Kecanduan Game Online, Keluarga Harus Cermat Melihat Tanda-Tandanya

Permainan dalam jaringan (daring) atau game online kini semakin bervariasi dan digemari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Biasanya, para pemain game online dapat menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Mar 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2022, 08:00 WIB
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Seorang anak bermain game online di salah satu warung internet (warnet) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Kecanduan game online atau gaming disorder dapat berisiko pada penurunan kosentrasi belajar, daya ingat. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Permainan dalam jaringan (daring) atau game online kini semakin bervariasi dan digemari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Biasanya, para pemain game online dapat menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar.

Serunya permainan tersebut bahkan dapat membawa para pemain ke kondisi yang berbahaya yakni kecanduan. Jika sudah kecanduan, mereka bisa lupa dengan kewajiban sehari-hari di samping tak baik juga bagi kesehatan.

Anak atau remaja yang kecanduan game online acap kali tidak menyadari bahwa mereka sudah kecanduan. Maka dari itu, peran keluarga sangat dibutuhkan guna mencegah atau mengatasi kecanduan game online.

Menurut psikolog sosial Josephine Rosa Marieta, keluarga harus cermat melihat tanda-tanda kecanduan pada anak.

“Kita harus menganalisa keparahan tanda-tanda yang diperlihatkan oleh anak. Misalnya anak 3 hari enggak mau makan, 4 hari enggak mau mandi, di depan komputer puluhan jam, nah itu jangan didiamkan.”

“Jadi kita (keluarga) harus menangkap tanda-tanda itu dengan cermat, kalau sudah parah langsung lari ke tenaga professional,” kata Josephine dalam Instagram live Satgascovid19_komlik belum lama ini.

Simak Video Berikut Ini


Mengakui Kondisi Anak

Sedangkan, dalam membantu anak untuk pulih dari kecanduan game online, Josephine mengatakan, keluarga harus mengakui bahwa anak mereka memang sedang bermasalah.

Beberapa keluarga terkadang malu jika anaknya diketahui kecanduan termasuk kecanduan game.

“Mereka merasa kecanduan game itu aneh sekali sehingga malah menutup-nutupi kondisi anak. Keluarga harus mengakui dulu kondisi anak, jangan menutup-nutupi apalagi sampai mencari kambing hitam.”

Dengan mengakui adanya permasalahan pada anak, keluarga akan dapat melihat lebih jernih dan tahu apa yang harus dilakukan. Sebaliknya, jika keluarga defensif, misalnya menganggap perilaku anak yang mengurung diri di kamar terus-menerus adalah kondisi yang wajar karena sedang sekolah online, maka masalahnya akan semakin rumit.


Cari Bantuan Profesional

Setelah mengakui dan menganalisa tingkat keparahan tanda-tanda kecanduan yang diperlihatkan anak, keluarga bisa menyimpulkan dan menentukan pertolongan.

Apakah anak bisa dibimbing dengan baik oleh keluarga untuk memperbaiki kecanduannya, atau perlu bantuan professional.

“Ketika permasalahannya makin serius, langsung cari bantuan professional,” katanya.


Infografis Bisnis Game di Indonesia

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya