Liputan6.com, Jakarta - Kondisi tubuh fit jadi syarat utama vaksinasi. Sebaliknya, orang-orang yang tengah dalam kondisi tubuh tidak fit untuk tidak mengikuti vaksinasi, seperti disampaikan spesialis penyakit dalam konsultan pulmonologi dr Herikurniawan, SpPD, KP, FINASIM. Menurutnya, kondisi tubuh tidak fit akan berpengaruh terhadap pembentukan antibodi.
"Badannya lagi lemas, atau lagi infeksi jangan divaksin dulu karena pembentukan antibodinya nanti tidak optimal. Ketika sudah sehat, fit baru bisa diberikan vaksin," kata dokter yang berpraktik di RSU Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo, FKUI (RSCM-FKUI) dan Medistra itu, dilansir Antara.
Baca Juga
Selain kondisi badan tidak fit, orang yang pernah mengalami reaksi alergi berat sehingga mengancam jiwa pada penyuntikan vaksin sebelumnya juga tidak disarankan diberi vaksin, termasuk vaksin pneumokokus untuk mencegah pneumonia.
Advertisement
"Kalau sebelumnya divaksin dia ada alergi berat, ya itu tidak boleh divaksin," jelas Herikurniawan.
Pneumokokus termasuk salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin. Dengan memasukkan bakteri yang telah dilemahkan, disuntikkan ke tubuh kemudian tubuh akan membentuk antibod terhadap bakteri tersebut.
Dengan vaksinasi, ketika seseorang terpapar bakteri maka tubuh sudah punya antibodi untuk melibas bakteri-bakteri tersebut. Kalaupun terinfeksi, maka bisa dicegah agar tidak terjadi suatu infeksi berat.
Tersedia dua macam vaksin pneumokokus yakni PCV13 dan PPSV23. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merekomendasikan pemberian PCV13 pada orang di atas usia 50 tahun. Sementara PPSV23 pada orang dewasa usia di atas 60 tahun masing-masing 1 dosis.
"Siapa yang direkomendasikan? Yakni orang berusia di atas 50 tahun, pasien dewasa yang punya kondisi medis tertentu seperti diabetes, gagal ginjal, jemaah calon haji atau umroh, petugas kesehatan," jelasnya.
Â
Sebelum Vaksinasi
Sejumlah hal yang perlu disiapkan sebelum menjalani vaksinasi yakni membawa catatan vaksin sebelumnya. Bacalah terkait vaksin yang akan diterima dari sumber terpercaya dan konfirmasikan pada dokter.
Lalu, informasikan pada dokter apabila ada riwayat alergi terhadap vaksin atau obat-obatan, pernah mengalami efek samping dari vaksin sebelumnya, atau sedang hamil dan sedang sakit.
Sesudah vaksin, terkadang ada efek samping yang bisa muncul. Menurut Herikurniawan, pada vaksin pneumokokus umumnya efek samping ringan dan bisa hilang dengan sendirinya, seperti nyeri, bengkak atau kemerahan di tempat injeksi, kadang ada demam 1-2 hari setelah vaksin, lelah, nyeri otot, nyeri sendi dan beberapa mengalami muntah dan diare.
Selain vaksinasi, pencegahan pneumonia yang tak kalah penting yakni selalu mencuci tangan sebelum menyentuh are wajah seperti hidung, mata dan mulut, lalu konsumsi makanan sehat teratur, olahraga teratur dan tidak merokok.Â
Advertisement