Liputan6.com, Jakarta - Tak seperti perang di zaman dulu, perang Rusia Ukraina terjadi di era media sosial. Maka dari itu, media sosial cukup memiliki peran dalam berjalannya konflik.
Media sosial telah menjadi sumber informasi utama bagi khalayak yang haus berita di seluruh dunia yang mencoba memahami perang Rusia vs Ukraina.
Baca Juga
Pada saat yang sama, ini digunakan oleh pemerintah Rusia dan Ukraina untuk mengatur agenda pelaporan media yang lebih luas.
Advertisement
Menurut dosen senior di School of Communication, International Studies and Languages ​​of the University of South Australia, Collette Snowden, akun resmi pemerintah Rusia telah terbukti memerkuat disinformasi pro-Rusia di Twitter.
Sementara itu, pemerintah Ukraina telah menggunakan media sosial untuk meminta dukungan kepada dua juta pengikutnya.
"Perang informasi tidak lagi merupakan lengan strategi tambahan, tetapi komponen paralel dari kampanye militer. Munculnya media sosial telah membuat lebih mudah dari sebelumnya untuk melihat bagaimana negara menggunakan komunikasi massa sebagai senjata," kata Snowden mengutip Channel News Asia, Selasa (12/4/2022).
Komunikasi massa sebetulnya sudah digunakan sebelum era media sosial. Ini dimulai sebagai komunikasi politik yang dimaksudkan untuk mendirikan dan mengontrol kerajaan.
Komunikasi massa yang tercatat dalam sejarah misalnya Darius Agung yang memasang gambarnya dirinya pada bangunan dan koin sebagai pencitraan untuk membantu mengendalikan Kekaisaran Persia.
Selain itu, penggunaan radio dan film yang terdokumentasi dengan baik dalam Perang Dunia II. Â
“Teknologi media telah lama digunakan untuk menyebarkan ide-ide politik," katanya.Â
Dipermudah Media Sosial
Kini berbagai langkah komunikasi massa telah dipermudah oleh adanya media sosial. Tak hanya gambar atau tulisan yang dipahat di dinding bangunan, media sosial telah menambahkan elemen lain dan membawa kedekatan komunikasi politik strategis.
Dalam konflik asimetris seperti yang terlihat sekarang di Ukraina, akun media sosial yang sukses dapat menjadi senjata yang berguna melawan musuh dengan banyak senjata dan tank.
Pemberontakan lokal di Musim Semi Arab 2010 --- terutama di Mesir dan Tunisia --- adalah salah satu kampanye pertama di mana media sosial memainkan peran penting.
Para pendukung demokrasi menggunakan Twitter, Facebook, dan YouTube untuk memelihara jaringan komunikasi dan secara terbuka mengkritik pemerintah mereka untuk dilihat dunia.
Tidak butuh waktu lama bagi pemerintah untuk menyadari kekuatan media sosial. Dan, mereka merespons baik dengan membatasi akses ke media sosial maupun menggunakannya sendiri.
"Media sosial saja mungkin tidak mampu menghasut perubahan yang meluas, tetapi tidak diragukan lagi dapat memainkan peran," kata Snowden.
Advertisement
Mempertahankan dan Memperburuk Permusuhan
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memiliki sejarah panjang dan telah diunggah ke media sosial jauh sebelum invasi terbaru.
Akun pro-Rusia telah mengedarkan disinformasi tentang peran Rusia di wilayah Donetsk sejak sebelum 2014, memicu kebingungan, destabilisasi, dan membantu pengambilalihan Rusia.
Faktanya, ini adalah elemen penting dari pendekatan 'perang hibrida' Rusia.
Tindakan strategis Rusia dan tindakan balasan oleh Ukraina, telah dipelajari secara luas oleh para peneliti. Tidak mengherankan, penelitian tersebut menemukan bahwa masing-masing pihak membingkai konflik dengan cara yang sangat berbeda.
"Penelitian juga menemukan bahwa media sosial dapat mempertahankan, dan bahkan memperburuk, permusuhan antara Ukraina dan Rusia secara daring," kata Snowden.
Misalnya, setelah penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh oleh Rusia di atas Ukraina, analisis terhadap 950.000 unggahan Twitter menemukan sejumlah besar klaim yang bersaing secara daring, menciptakan perjuangan untuk kebenaran yang berlanjut hingga hari ini.
Perubahan Nada Unggahan
Pada awal 2014, Panglima Sekutu Tertinggi NATO di Eropa, Jenderal Philip Breedlove, menggambarkan strategi komunikasi Rusia di Ukraina sebagai 'blitzkrieg perang informasi paling menakjubkan yang pernah kita lihat dalam sejarah perang informasi'.
Upaya ini telah meningkat sejak perluasan invasi Rusia baru-baru ini ke wilayah Ukraina. Dan, dengan begitu banyak kebisingan, semakin sulit bagi pengguna untuk memahami banjir informasi yang kontradiktif, emosional, dan (sering) sulit untuk diverifikasi. Ini bahkan lebih sulit ketika nada unggahan berubah dengan cepat.
Akun Twitter pemerintah Ukraina adalah studi yang kontras dari segi konten dan nada unggahannya. Dibentuk di masa yang lebih damai, profil tersebut dengan riang, menyatakan, “Ya, ini adalah akun Twitter resmi Ukraina. Gambar yang bagus: #BeautifulUkraine, musik kami: #UkieBeats.".
Tetapi akun tersebut sekarang mengunggah berbagai konten, gambar, dan video yang terkait dengan perang sebagai bagian dari kampanye komunikasi strategisnya.
Ini termasuk pembaruan berita yang serius, sindiran patriotik terhadap peristiwa dan orang-orang bersejarah, materi anti-Rusia dan laporan kematian massal, padahal sebelumnya konten-konten yang diunggah adalah konten santai dan humor.
Advertisement