Liputan6.com, Jakarta - Bagi beberapa orang yang punya kebiasaan melamun, Anda mungkin tak asing bila dikejutkan oleh orang lain atas dalih takut kesambet. Lamunan pun bisa buyar seketika.
Apa yang ada di kepala dan tengah dibayangkan bisa menghilang sesaat. Padahal, aktivitas ini tak serta-merta sia-sia lho. Meski terlihat layaknya kurang kerjaan, melamun memiliki manfaat tertentu.
Baca Juga
Lalu, apa sajakah manfaatnya? Berikut diantaranya.
Advertisement
Pertama, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa melamun dan membiarkan pikiran berputar didalamnya dapat membantu seseorang untuk menghasilkan solusi inovatif atas suatu masalah.
Hal ini lantaran pikiran spontan dapat terbuka dan ekspansif, sehingga memungkinkan pikiran secara kreatif untuk melalui topik berbeda dan sampai pada sebuah solusi.
"Pernahkah saat sedang mandi, muncul suatu hal di kepala padahal Anda sedang tidak memikirkannya? Itu karena dengan melamun, pikiran dapat membuat koneksi yang lebih luas," ujar psikoterapis dan penulis A Clinician’s Guide to Dream Therapy, Leslie Ellis dikutip Glamour, Minggu (24/4/2022).
Lebih lanjut Leslie menjelaskan, melamun juga bisa membuat seseorang menyatukan hal-hal yang biasanya tidak kita gabungkan.
Sebuah studi oleh UC Santa Barbara menemukan sebanyak 41 persen partisipannya menunjukkan hasil yang lebih baik saat diminta untuk menyelesaikan tugas kreatif.
Hal tersebut terjadi ketika partisipan tersebut diminta untuk mengambil jeda saat diminta untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara terfokus.
Dari sana, para peneliti menarik kesimpulan bahwa jikalau Anda sedang harus menyelesaikan sesuatu dengan sangat fokus, tak apa untuk sesekali mengambil jeda dan mengistirahatkan pikiran.
Dengan begitu, pikiran mungkin akan menjadi lebih jernih dan beragam pilihan solusi mungkin bisa muncul.
Mengelola kecemasan
Kedua, studi yang dilakukan oleh University of British Columbia pada tahun 2016 lalu menemukan bahwa melamun dapat membantu seseorang mengelola kecemasan.
Hal ini lantaran ketika cemas, orang cenderung serba salah hingga panik. Sedangkan ketika melamun dan membiarkan pikiran untuk berputar sebagaimana adanya, Anda dianggap lebih bisa untuk mengelola pikiran.
Alih-alih menyingkirkan perasaan, para peneliti bermaksud Anda dapat mengenali, menerima, dan membiarkan pikiran itu mengalir di dalam kepala lewat lamunan tersebut.
Perkuat hubungan
Selanjutnya yang ketiga adalah melamun dianggap dapat memperkuat hubungan Anda terhadap sesuatu.
"Ketika kita membayangkan sesuatu dengan jelas, bahkan jika kita melibatkan indera lain, otak kita tidak kemungkinan tidak membedakannya dari kenyataan," kata Leslie.
"Misalnya, ketika kita membayangkan hubungan yang sangat tulus dengan seseorang, sebagian besar rasanya seperti kita memang sudah melakukannya," tambahnya.
Hal ini didukung oleh sebuah studi yang dipublikasikan dalam National Library of Medicine, yang menemukan bahwa melamun bisa menjadi pengganti ketika orang yang kita cintai tidak sedang berada di dekat kita.
Misalnya jika Anda sedang tidak dapat bertemu dengan pasangan, teman, atau keluarga, maka dengan membayangkan mereka lewat lamunan dianggap dapat membuat hubungan tersebut tetaplah kuat.
Advertisement
Lalu, bagaimana dengan minusnya?
Melamun bisa menjadi masalah jika Anda mulai merenungkan atau mengkhawatirkan pikiran yang muncul. Sehingga dapat menyebabkan kecemasan atau bahkan depresi.
"Ketika Anda membiarkan pikiran berputar dan bermunculan, ada baiknya untuk memperhatikan kemana ia akan pergi," ujar Leslie.
Dalam beberapa kasus, kebiasaan tersebut dapat menyebabkan lamunan maladaptif (maladaptive daydreaming), yang mana merupakan kondisi kejiwaan dimana lamunan begitu kuat sehingga mengalihkan perhatian Anda dari kehidupan nyata.
Mengutip laman Association for Psychological Science, jenis pikiran spontan yang muncul begitu saja saat melamun terkadang memang dapat memiliki konsekuensi negatif.
Hal tersebut tertuang dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Clinical Psychological Science oleh Igor Marchetti dan rekannya.
"Individu yang berjuan dengan emosi negatif atau yang berada dibawah stres yang intens rentan terhadap pikiran negatif ketika sedang melamun," ujar Igor.
Hal ini lantaran seringkali seseorang yang sedang berada dibawah stres tidak mengetahui kemana pikiran tersebut akan berakhir.
"Mereka kemungkinan terjebak dalam rangkaian pemikiran negatif tersebut secara berulang," kata Igor.
Pemicu depresi
Lebih lanjut Igor menjelaskan bahwa pikiran negatif yang berulang dapat menjelma menjadi banyak fitur dari faktor risiko kognitif untuk depresi.
"Akibatnya, untuk individu yang beresiko, melamun dapat membuka jalan menuju gejala depresi atau gangguan mood lainnya," ujar Igor.
Terlebih, banyak pula temuan yang melaporkan bahwa mekanisme yang menjadi ciri depresi, seperti banyak merenung, keputusasaan, harga diri yang rendah secara konsisten dikaitkan dengan kebiasaan melamun.
Jika berada dalam kondisi tersebut, Igor mengungkapkan bahwa aktivitas yang menyenangkan dianggap dapat membantu untuk mencerahkan suasana hati dan dapat mengurangi kebiasaan melamun.
Anda pun dapat mencoba untuk melakukan konseling, yang mana bertujuan untuk mengurangi komitmen Anda terhadap hal yang tidak realistis atau merusak diri sendiri.
"Tekanan mental pada gilirannya harus ditargetkan oleh intervensi klinis," kata Igor menyimpulkan.
Advertisement