Liputan6.com, Jakarta Dunia hiburan Korea mulai dari seni musik alias K-Pop hingga drama Korea makin digandrungi banyak orang selama pandemi COVID-19. Nampaknya, bukan cuma remaja tapi banyak orang yang kesengsem dan menunggu-nunggu aksi atau lagu terbaru dari para artis K-Pop idolanya.
Entah menanti aksi ciamik Suga BTS atau mendengarkan suara indah Jungwoo NCT, para pengemar K-Pop banyak yang makin suka dengan mereka.
Baca Juga
Salah satu alasan sebagian remaja semakin menyukai para idol K-Pop selama pandemi COVID-19 karena ada perasaan dekat dengan sang idola. Meski hanya dari media sosial seperti disampaikan Nanda Rossalia, M.Psi dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta.
Advertisement
Klien remaja Nanda memiliki kecenderungan stres saat berada di rumah. Penyebab stres itu tak lain berasal dari orang -orang terdekat mereka.
"Mereka banyak yang lebih bebas ketika mereka ada di luar sebenarnya. Tetapi untuk mereka yang tinggal dengan stres itu yang agak sulit, karena memang proximity-nya tidak ada. Jadi kemudian mereka ke mana? Ke media sosial, ke internet," kata Nanda dalam webinar mengutip dari Antara.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Muncul Hubungan Parasosial: Menjalin Hubungan dengan Sosok di Layar
Kemudian, berkembanglah hubungan parasosial yakni hubungan antara seseorang dengan figur yang ada di layar.
Terlebih, para idola K-pop membangun kedekatan dengan para penggemar mereka misalnya melalui siaran langsung di media sosial dan ini disambut positif penggemar.
"Semakin remaja membuka media sosial apalagi bila dia mem-follow, suka ada live, saya melihat mereka. Saya merasa ada intimacy, kayaknya hanya dia (idola) yang bisa mengerti saya sehingga itu yang menjadi part of social interaction," jelas Nanda.
Nanda mengatakan sebagian penggemar bahkan bisa merasa hanya idola mereka yang memberi perhatian dan berkembanglah istilah "halu". Ini hanya istilah saja atau bukan dalam artian sebenarnya (halusinasi yakni pengalaman indra tanpa adanya perangsang pada alat indra yang bersangkutan, misalnya mendengar suara tanpa ada sumber suara tersebut).
"Semakin kuat itu kemudian menjadi suatu hubungan, jadi hubungan interpersonal kemudian ini jadi realita-nya. Karena dia (idola) sudah ada di kepala itu seperti imajinasinya dan bondingnya kuat, kami menyebutnya hubungan parasosial. Itu perlu juga suatu pendekatan yang lain untuk kita bantu," kata dia.
Menurut Nanda, para remaja ini tidak bisa melawan apa yang terjadi sehingga orang dewasa termasuk orangtua tak perlu berharap mereka bisa melawan karena remaja ini tak bisa dielakkan termasuk generasi yang hadir pada saat teknologi itu berkembang pesat.
Â
Advertisement
Saran
Nanda menuturkan, ada harapan para remaja ini memunculkan self regulation atau regulasi diri. Hal ini bagi orang dewasa saja termasuk sesuatu yang sulit.
Merujuk salah satu jurnal psikologi, regulasi diri yakni kemampuan seseorang untuk mengontrol respons dalam diri, baik itu perilaku (kepribadian) dan biologis (temperamen/watak). Pengaturan diri yang optimal secara langsung berkaitan dengan seberapa baik pelaku mengelola peristiwa baru, kapasitas yang dipengaruhi oleh temperamen, pengalaman perkembangan awal, dan ciri-ciri kepribadian.
"Butuh support system yang baik untuk kita bisa fokus dan tidak terpapar hal yang membuat kita kembali pada suatu rutinitas yang tidak adaptif. Kita bisa minta mereka (melakukan self regulation) tetapi mereka tetap butuh monitoring dan supervisi dari orang-orang di sekitar," demikian saran Nanda.
Perjalanan Jadi Idol K-Pop Tak Mudah
Berbicara mengenai K-Pop, sebenarnya tidak mudah menjadi idol K-Pop.
Sebelumnya, mereka hanya orang biasa, tak menyangka bisa populer seperti saat ini. Mereka juga mengungkapkan jalan yang mereka tempuh saat berusaha menggapai impian mereka.
Beberapa ada yang merasakan perjalanannya ringan, tapi ada juga yang melewati banyak kesulitan. Misalnya saja personel EXO, Baekhyun hanya pelajar sekolah biasa. Baekhyun memang bercita-cita menjadi idola. Ia pun beberapa kali melakukan audisi.
Sayangnya, Baekhyun terus gagal hingga akhirnya ia memutuskan banting setir untuk kuliah. Baekhyun pun melamar ke sebuah sekolah musik di Korea Selatan.
Sebelum tes masuk, Baekhyun sempat sedikit melakukan latihan vokal. Tak disangka, salah seorang pencari bakat dari SM Entertainment mendengar suara Baekhyun yang terdengar indah.
Baekhyun pun terpilih sebagai trainee atau calon artis di SM Entertainment. Pada 2011, EXO akhirnya debut menjadi personel EXO.
Advertisement