Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebutkan 3 pokok bahasan dalam Health Working Group ke-2 di presidensi G20.
Menurutnya, G20 sendiri memiliki tiga topik utama yakni terkait sistem kesehatan dunia, transformasi ekonomi dan digital, serta transisi energi terkait kesehatan. Sedangkan, topik dalam bidang kesehatan di G20 adalah bagaimana memperkuat arsitektur kesehatan global di mana ada tiga prioritas kesehatan yang diusung.
Baca Juga
“Yang pertama adalah bagaimana membangun sistem kesehatan global, yang kedua mengharmonisasikan protokol kesehatan global, dan ketiga memperluas akses untuk manufaktur dan penelitian dalam rangka kesiapan pandemi ke depannya,” kata Nadia dalam konferensi pers virtual Kemenkes Jumat (3/6/2022).
Advertisement
Dalam Health Working Group 2, lanjutnya, akan didiskusikan isu terkait bagaimana membangun kesehatan global. Pasalnya, pandemi COVID-19 mengajarkan bahwa sistem kesehatan global yang ada saat ini belum cukup memiliki sistem koordinasi yang baik, belum memiliki agilitas dan respons yang cepat terhadap perubahan situasi penyakit. Serta, belum memiliki kesiapan terkait pembiayaan untuk rencana mitigasi menghadapi situasi pandemi global.
Ia menambahkan, memperkuat arsitektur kesehatan global dengan membangun peran koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai lembaga kesehatan global serta membangun jaringan kolaborasi adalah hal yang sangat penting.
“Perbedaan yang cukup besar dalam berbagai kapasitas negara dan wilayah untuk mendeteksi dan memantau berbagai potensi patogen yang muncul dalam monitoring genomik perlu dibahas untuk menentukan respons ke depan agar lebih efektif.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Financial Intermediary Funds
Nadia berharap dalam Health Working Group (HWG) ke-2 ini, dunia bisa memastikan prioritas yang disebut sebagai Financial Intermediary Funds (FIFs) sebagai suatu prioritas teknis yang menjadi bagian penguatan arsitektur kesehatan global.
“Ini juga dapat memperkuat peranan WHO untuk mengoordinasikan berbagai respons terkait kesehatan.”
Selain itu, HWG juga diharapkan dapat membuat dunia bisa mengidentifikasi berbagai kemungkinan agar bisa memobilisasi berbagai alat-alat kesehatan esensial, alat diagnostik, vaksin, serta pengobatan. Dan bagaimana mekanisme untuk memobilisasi ini bisa berkelanjutan dan ditingkatkan untuk menghadapi pandemi atau kejadian-kejadian lain di masa yang akan datang.
“Yang ketiga, kita berharap adanya kesepakatan di antara negara-negara G20 untuk terus menggunakan Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GSAID) sebagai platform yang sifatnya data sharing universal sebagaimana bentuk dari global surveilans.”
“Tentunya bukan hanya untuk pertukaran informasi mengenai virus influenza, SARS CoV-2, atau virus lainnya saja, tapi juga potensi-potensi virus yang bisa menjadi ancaman pandemi ke depan.
Advertisement
Inisiatif yang Sedang Berjalan
Terkait penciptaan mekanisme pembiayaan, saat ini sudah ada inisiatif yang sedang berjalan yang disebut sebagai Join Finance dan Health Passport.
Ini akan menjadi hal yang saling melengkapi dan menjadi katalisator (pembuat perubahan) dalam membentuk koordinasi dalam penyiapan respons pandemi ke depan tentunya dalam hal pembiayaan.
Adanya FIFs untuk merespons pandemi diharapkan menjadi hasil pertama dari HWG kedua yang akan dilakukan di Lombok pada 6-7 Juni mendatang.
Sejauh ini, modalitas sudah disiapkan oleh World Bank dan WHO dan sudah dibahas juga dalam Join Finance dan Health Passport pada 1 April 2022.
“Tentunya aksi kolektif global ini yang diperlukan dan dengan dorongan negara-negara G20, dunia bisa melakukan mekanisme full financing untuk kesiapan menghadapi pandemi ke depannya. Dan ini bisa memperkuat arsitektur kesehatan global.”
Nadia mengatakan, ada berbagai opsi dalam hal pembiayaan arsitektur kesehatan global, tapi FIFs adalah salah satu mekanisme yang efisien dan bisa memenuhi berbagai kebutuhan dalam rangka persiapan respons pandemi ke depannya.
Koordinasi Terus Dijalankan
Menurut Nadia, koordinasi antara pemangku keputusan, kesehatan, dan keuangan terus dijalankan. Pemangku keputusan publik maupun sektor swasta juga harus menyadari pentingnya FIFs agar bisa berkelanjutan.
Selain pembiayaan, upaya mendekatkan akses kesehatan dan suplai esensial juga menjadi kunci pada pembahasan HWG kedua.
Pada April sudah ada upaya untuk percepatan adanya alat diagnostik COVID-19, pengobatan, maupun vaksin. Serta upaya untuk memastikan distribusi yang merata pada seluruh negara.
“Kita tahu bahwa perlunya inisiatif yang permanen seperti upaya di atas juga merupakan sesuatu yang bisa menjadi pertimbangan untuk kemudian kita membuat suatu model secara global yang lebih berkelanjutan.”
Ini bertujuan mempertahankan dan memudahkan dan mendekatkan akses alat kesehatan dan suplai esensial kesehatan lainnya serta memudahkan mobilisasi bila dunia menghadapi pandemi berikutnya.
“Terakhir kami tekankan kembali bahwa data genomik yang kita tahu dalam hal ini GISAID yang merupakan data global menjadi rujukan berbagai ilmuwan di seluruh dunia. Oleh karena itu, data sharing melalui GISAID ini menjadi sesuatu yang sebaiknya diteruskan.”
“Harapan di masa yang akan datang kita mampu mencapai sistem kesehatan yang lebih permanen tentunya demi akses penanggulangan kesehatan dan berbagai suplai kesehatan esensial yang lebih baik lagi,” kata Nadia.
Advertisement