Reaksi Ridwan Kamil Usai Dengar Pernyataan Wagub Jabar soal Poligami Solusi Tekan HIV

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan tanggapan soal pernyataan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait penekanan penularan HIV.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 31 Agu 2022, 11:44 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2022, 10:23 WIB
Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan tanggapan soal pernyataan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait poligami bisa mencegah HIV.

Beberapa hari lalu, Uu memberikan pernyataan bahwa solusi menekan angka HIV AIDS di Jawa Barat adalah dengan menikah dan poligami.

"Toh agama juga memberikan lampu hijau asal siap adil, kenapa tidak? Makanya daripada ibu kena (HIV/ AIDS) sementara ketahuan suami seperti itu mendingan diberikan keleluasaan untuk poligami," tutur Uu mengutip keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

Terkait pernyataan tersebut, Ridwan Kamil mengatakan bahwa ia tidak sependapat dengan Uu.

“Pendapat pribadi Pak Wagub Uu Ruzhanul Ulum terkait poligami sebagai solusi, saya pribadi tidak sependapat,” tulisnya dalam unggahan Instagram pada Selasa (30/8/2022).

Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandung juga mengungkap bahwa ada lebih dari 5.943 kasus positif HIV di Bandung selama periode 1991-2021, 11 persen di antaranya adalah Ibu Rumah Tangga (IRT).

Emil meluruskan data 414 kasus HIV di kalangan mahasiswa Kota Bandung itu adalah akumulasi selama 30 tahun yakni sejak 1991 hingga 2021.

Bukan data (kasus HIV) dalam 1 tahun,” tulis Emil mengoreksi sebuah berita daring yang ia unggah di Instagram pribadinya.

Upaya yang Dilakukan

Gejala Infeksi HIV
Ilustrasi pita HIV. (Sumber foto: Pexels.com)

Pria yang karib disapa Emil itu menambahkan, beragam program dan agenda untuk mendeteksi dan menangani masalah ini sudah dilaksanakan secara progresif oleh pemerintah Jawa Barat.

“Pemprov Jabar fokus pada kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan dalam penanggulangan HIV AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual) di Provinsi Jawa Barat.”

Upaya-upaya itu termasuk:

1. Melakukan skrining dini tes HIV pada populasi kunci, ibu hamil pasien TB, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di layanan maupun secara mobile.

2. Melakukan perluasan layanan konseling tes HIV, layanan perawatan dukungan dan pengobatan.

3. Melakukan peningkatan kapasitas petugas puskesmas dalam pengembangan layanan test and treat.

4. Melakukan evaluasi triple eliminasi dengan sasaran ibu hamil yang dites HIV, sifilis dan hepatitis untuk eliminasi pada bayi lahir dari ibu positif HIV, sifilis dan hepatitis.

5. Melakukan pemantauan desentralisasi obat ARV (antiretroviral) di 27 kabupaten/kota.

6. Melakukan pemeriksaan viral load bagi Orang dengan HIV AIDS (ODHA) untuk melihat evaluasi penggunaan ARV pada ODHA.

7. Melakukan pertemuan terkait kolaborasi TB HIV.

8. Melakukan kegiatan pemetaan populasi kunci untuk mendapatkan gambaran estimasi populasi kunci.

Kata Pakar

dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi Zubairi Djoerban soal HIV/ AIDS. Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).
Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi Zubairi Djoerban soal HIV/ AIDS. Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Terkait kasus HIV di Bandung, dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi Zubairi Djoerban angkat bicara.

Ia mengatakan jika laki-laki menikah dengan satu perempuan dan tidak ada kegiatan seks dengan orang lain maka risiko penularan HIV bisa dikatakan nol.

“Jadi, jika semua setia pada pasangan, baik poligami maupun monogami ya tidak tertular jadi tidak hanya poligami, tapi monogami dengan hanya hubungan seksual dengan satu orang saja tentu tidak akan tertular kalau dua-duanya setia,” kata penemu kasus HIV pertama Indonesia itu saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (30/8/2022).

Dokter yang akrab disapa Prof Beri juga mengatakan bahwa pada prinsipnya, cara penularan HIV itu beragam bisa karena seks, jarum suntik yang terkontaminasi, penularan dari ibu ke bayi, dan penggunaan narkotika.

“Jadi, walaupun setia tapi menggunakan narkotika ya tetap bisa tertular HIV AIDS,” katanya.

Maraknya kasus HIV bisa disebabkan seks bebas yang dilakukan para laki-laki dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Tak jarang laki-laki yang melakukan hubungan tersebut sudah memiliki istri. Mereka pun melakukan hubungan intim dengan istrinya sehingga para ibu rumah tangga ikut tertular.

HIV Bisa Dikontrol

Zubairi Djoerban
dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi Zubairi Djoerban soal HIV/ AIDS. Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Usia muda termasuk mahasiswa juga menjadi penyumbang terbanyak kasus HIV di Jawa Barat. Para pemuda dan pemudi umumnya cenderung ingin mencoba segala sesuatu yang baru.

Masyarakat usia muda juga rentan terpengaruh oleh teman sebaya. Banyak dari mereka yang mencoba konsumsi narkoba hingga seks bebas.

“Ada juga masalah ekonomi, banyak remaja-remaja yang berasal dari keluarga yang kurang beruntung yang memerlukan dukungan ekonomi. Itu yang kemudian menimbulkan prostitusi anak,” kata Prof Beri. 

Prof Beri menambahkan, mahasiswa adalah kelompok usia muda 18 hingga sekitar 25 tahun. Ini merupakan kelompok yang mudah terkena HIV/ AIDS.

“Tapi tolong diingat, seolah-olah ini gawat banget. Enggak. Sekarang ini hampir semua pasien yang berobat dengan teratur dan tidak putus obat itu HIV akan terkontrol dengan baik.”

“Cukup banyak yang tetap hidup produktif dan aktif di atas 20 tahun, ada juga yang tetap sehat setelah konsumsi obat 28 tahun.”

Artinya, lanjut Prof Beri, HIV bisa dikontrol dengan minum obat secara rutin. Dengan demikian orang dengan HIV bisa menjalani kehidupan seperti menikah dan memiliki anak bila disiplin mengonsumsi ARV.

“Bisa juga menikah, bisa punya anak dan anaknya tidak tertular. Intinya, HIV/ AIDS bisa ditatalaksana dengan baik dan benar,” katanya.

infografis Hari AIDS Sedunia
Hari AIDS Sedunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya