Liputan6.com, London - Tak dapat dimungkiri, naiknya biaya yang tidak didukung oleh kenaikan upah membuat banyak wanita memilih jalan lain untuk mendapatkan uang. Hal ini tersorot lewat naiknya jumlah pekerja seks komersil (PSK) di Inggris.
Bahkan, banyak dari para pekerja seks komersil di sana tidak mampu mengatakan 'tidak' pada klien yang melakukan tindak kekerasan dan eksploitatif. Panggilan ke English Collective of Prostitutes pun meningkat tiga kali lipat pada musim panas ini.
Baca Juga
Jaringan yang berbasis di London Utara tersebut telah memberikan rekomendasi bagi wanita dalam semua lini pekerjaan seks soal cara menjaga diri mereka agar tetap aman dan tetap mematuhi hukum jika memungkinkan.
Advertisement
"Krisis biaya hidup sekarang mendorong wanita menjadi pekerja seks dengan berbagai cara. Apakah itu di jalan, di sebuah tempat, maupun secara online," ujar Juru Bicara English Collective of Prostitutes, Niki Adams mengutip Sky News, Rabu, 28 September 2022.Â
"Secara keseluruhan apa yang kami lihat adalah orang-orang datang ke pekerjaan itu dari sebuah keputusasaan. Itu berarti mereka kurang mampu melindungi diri dari kekerasan dan eksploitasi,"Â dia menambahkan.
Salah satu wanita yang merupakan klien Niki merupakan seorang janda dengan empat anak. Sebelumnya, ia kehilangan ratusan pound dari peralihan sistem tunjalan pemerintahnya dan dia dibiarkan tanpa pekerjaan hingga tidak mampu membayar tagihan.
"Dia mulai bekerja beberapa malam dalam seminggu di jalanan, yang cukup untuk membayar setiap tagihannya. Dia tidak memiliki kapasitas untuk bekerja di tempat khusus, meskipun itu akan jauh lebih aman dan ia pun lebih memilih itu," kata Niki.
Â
Uang Hasil Prostitusi Jadi Penyelamat
Menurut keterangan Niki, kliennya tersebut mengungkapkan bahwa uang yang didapatkan dari pekerjaan tersebut telah menyelamatkannya. Namun ia pun mengaku takut akan ketahuan dari mantan suaminya.
"Dia mengatakan uang itu telah menjadi penyelamat. Tetapi dia takut mantan pasangannya yang kejam akan mengetahui dan menggunakan itu untuk melawannya dengan layanan sosial," kata Niki.
Nikki McNeill, seorang pekerja untuk sebuah badan amal yang berbasis di Southampton dan London, Beyond the Streets telah membantu orang untuk menemukan jalan keluar dari industri seks di seluruh Inggris.
Ia mengakui bahwa belakangan ada peningkatan pada panggilan telepon dari wanita yang menjual dirinya dengan seks untuk bertahan hidup.
"Kami menyebutnya demikian karena itu satu-satunya pilihan yang dapat dibuat para wanita ini untuk bertahan hidup. Itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar - memiliki cukup uang untuk makan dan membayar sewa," kata Nikki.
Advertisement
Menjual Seks untuk Dapatkan Uang
Nikki memberikan contoh lainnya, seorang ibu yang kini tengah berbagi hak asuh dengan mantan suaminya. Lantaran pernah mendapatkan kekerasan dan pemaksaan dalam rumah tangga, ia lebih memilih untuk menjadi pekerja seks.
"Dia akhirnya mendapatkan rumah. Tetapi tidak memiliki lemari es atau uang untuk mendapatkannya, jadi dia menggunakan tas di luar jendela untuk mendinginkan makanan," ujar Nikki.
"Dan karena sejarah kekerasan dan pemaksaan rumah tangga di masa lalu, dia sekarang menjual seks sehingga dia bisa punya cukup uang untuk anaknya," tambahnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh badan amal National Ugly Mugs, pekerja seks 10 kali lebih aman bekerja di dalam ruangan daripada di jalanan. Meski menjual seks di dalam suatu tempat adalah tindakan legal di Inggris dan Wales, bekerja dengan orang lain membuat pekerjaan tersebut berpotensi menimbulkan kejahatan.
Pemaksaan untuk Melakukan Seks Berisiko
Niki mengungkapkan bahwa krisis yang terjadi saat ini membuat banyak wanita beralih ke pekerjaan seks. Bahkan, orang-orang yang dulu telah berhasil keluar dari pekerjaan tersebut kini kembali lagi.
"Mereka didorong kembali ke sana karena mereka kehilangan apa yang disebut pekerjaan 'lurus' selama pandemi COVID-19 atau mereka tidak bisa menutupi apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup," kata Niki.
Dahulu, Niki pernah menangani seorang wanita berusia 40-an dari Bristol yang bekerja sebagai pekerja seks independen di rumah dan hotel orang selama hampir satu dekade sejak usia 20-an.
Wanita itu telah menemukan pekerjaan lain. Namun ia telah kehilangan pekerjaan tersebut dan akhirnya kembali mendaftar untuk menjadi pekerja seks pada sebuah agen.
"Kali ini dia bekerja untuk sebuah agensi dan dia terkejut dengan kondisinya. Beberapa wanita diharapkan untuk memberikan seks tanpa perlindungan," kata Niki.
"Klien tahu mereka berada dalam posisi di mana mereka tidak bisa mengatakan tidak, jadi beberapa premis mendorong wanita ke dalam situasi itu," pungkasnya.
Advertisement