Liputan6.com, Jakarta Indonesia perlu berhati-hati dalam memaknai akhir dari pandemi COVID-19. Sebab, walau kasus COVID-19 nasional terus menurun, angka kematian masih harus ditekan dan capaian vaksinasi booster diupayakan dapat meningkat.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan, angka kematian COVID-19 di Indonesia terbilang tinggi. Sebagaimana data Satgas Penanganan COVID-19 per September 2022, ada lebih dari 100 kematian dalam seminggu.
Baca Juga
"Kematian masih perlu untuk segera ditekan semaksimal mungkin. Karena saat ini masih mencatatkan lebih dari 100 kematian dalam satu minggu. Angka tersebut terbilang cukup banyak, karena kematian tidak hanya sekedar angka, namun berarti nyawa," tegas Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Kamis (13/10/2022).
Advertisement
Untuk mengakhiri pandemi COVID-19, menurut Wiku juga diperlukan kesadaran masing-masing individu dan pemerintah daerah. Terutama kesadaran untuk melindungi diri sendiri dan juga orang lain dari penularan virus Corona.
"Di sisi lain, kesiapan kita dalam mengakhiri pandemi dan memulai transisi ke endemi, perlu didukung kuat dari kesadaran masyarakat. Selain kesiapan pemerintah masing-masing daerah, kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya dan orang lain dapat terefleksi dari cakupan vaksinasi COVID-19 khususnya dosis ketiga," terangnya.
"Sayangnya, meskipun sudah diberlakukan penegakan aturan wajib booster untuk bepergian dan memasuki tempat umum, nyatanya kenaikan angka cakupan vaksin booster belum signifikan."
Hati-hati Memaknai Akhir Pandemi
Sejak diberlakukan program vaksinasi booster pada awal tahun 2022 menuju akhir tahun 2022, cakupan booster baru sebesar 27 persen. Pengaturan perjalanan wajib booster yang dikeluarkan tanggal 26 Agustus 2022 masih belum mampu menaikkan cakupan vaksin booster secara signifikan.
"Ini ditandai dari kenaikan cakupan booster yang kurang dari satu persen. Kesimpulannya, kita perlu berhati-hati dalam memaknai akhir pandemi. Kita perlu melihat perspektif yang lebih luas dan lebih dalam dari aspek kesiapan," Wiku Adisasmito menambahkan.
"Seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama bertanggung jawab mencegah terjadinya kenaikan kasus COVID-19 di kemudian hari."
Berdasarkan data Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 13 Oktober 2022 pukul 09.33 WIB, vaksinasi dosis tiga atau booster pertama mencapai 64.173.392 dosis suntik (27,35 persen) dan dosis empat atau booster kedua di angka 643.833 dosis suntik (43,84 persen).
Sementara itu, cakupan vaksinasi COVID-19 dosis pertama sudah mencapai 204.742.486 dosis suntik (87,25 persen) dan dosis kedua di angka 171.365.760 dosis suntik (73,03 persen).
Advertisement
Perlu Telaah Kondisi COVID-19 Global
Wiku Adisasmito tak menampik, saat ini terdapat pandangan yang berbeda tentang status pandemi COVID-19. Meski begitu, perlu ditelaah lebih lanjut berdasarkan data, bagaimana kondisi COVID-19 di berbagai negara termasuk Indonesia.
"Ini untuk mengukur kesiapan menuju akhir pandemi," ucapnya.
Data yang dihimpun Satgas Penanganan COVID-19 pada September 2022, sebagian besar negara di dunia sudah mengalami penurunan kasus COVID-19 dalam waktu yang cukup lama. Di Jerman dan Italia, kasus sudah turun selama dua bulan sejak puncak kasus terakhir.
Amerika, Kanada, dan India cenderung stabil setelah awal tahun 2022. Inggris sempat mengalami kenaikan kasus COVID-19 pada Maret 2022, namun terus menurun setelahnya.
"Di negara tetangga Indonesia sendiri yaitu Malaysia sudah 6 bulan sejak puncak kasus terakhir, sedangkan Australia dan Singapura sudah dua bulan sejak kenaikan terakhirnya. Korea Selatan dan Jepang menjadi negara yang baru saja pulih dari puncak kasusnya," papar Wiku.
"Kedua negara tersebut mengalami puncak kasus di bulan Agustus lalu."
Negara dengan Kasus COVID-19 Naik
Pada September 2022, masih terdapat beberapa negara yang mengalami kenaikan kasus COVID-19. Rusia, Prancis, dan Austria mengalami kenaikan dalam kasus mingguan.
Rusia telah mengalami kenaikan kasus COVID-19 sejak Juli 2022, sedangkan Prancis dan Austria mengalami kenaikan pada September 2022.
"Keadaan ini menjadi bukti bahwa kondisi COVID-19 yang dihadapi oleh berbagai negara berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, kondisi COVID-19 sudah stabil sejak puncak terakhir di bulan Maret lalu akibat varian Omicron," Wiku Adisasmito melanjutkan.
"Indonesia sempat mengalami kenaikan kasus di bulan Agustus, namun angkanya tidak signifikan. Kasus aktif dan positivity rate juga terus mengalami penurunan dengan kapasitas tempat tidur COVID-19 (Bed Occupancy Ratio/BOR) nasional yang stabil di angka 5 persen (data September 2022)."
Pada data terakhir, sesuai Laporan Harian COVID-19 Kemenkes per 7 Oktober 2022, terlihat penurunan kasus COVID dalam dua minggu terakhir. Penurunan kasus terjadi di sejumlah aspek, antara lain:
- Kasus konfirmasi positif turun 2.050 menjadi 1.751
- Kasus aktif turun dari dari 25.576 menjadi 16.960
- Pasien dirawat turun dari 3.182 menjadi 2.892
- Kapasitas tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) turun dari 5,13 persen menjadi 4,76 persen
- Positivity rate turun dari 6,92 persen menjadi 6,19 persen
Advertisement