Liputan6.com, Jakarta Menyusul informasi terkait gangguan ginjal akut progresif atipikal yang terjadi pada anak belakangan ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat untuk menghentikan sementara penggunaan sirup paracetamol untuk anak.
Banyak orangtua akhirnya khawatir dan kebingungan soal apa yang harus dilakukan jika nantinya anak demam. Mengingat obat sirup paracetamol biasanya menjadi andalan para orangtua saat anak demam.
Baca Juga
Berkaitan dengan hal itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa masih ada sederet hal yang bisa dilakukan orangtua sebelum memberikan paracetamol pada anak.
Advertisement
"Ini momentumnya untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih rasional dalam penggunaan obat-obatan," ujar Piprim dalan siaran langsung bersama IDAI ditulis Kamis, (20/10/2022).
1. Konsultasi dan Jangan Beli Obat Sembarangan
Piprim mengungkapkan bahwa sebelum menggunakan obat tertentu termasuk paracetamol, ada baiknya bila orangtua lebih dulu melakukan konsultasi dengan dokter anak yang bersangkutan.
"Sebaiknya konsultasikan dengan dokternya, seperti apa keamanan obatnya. Jangan beli obat sembarangan," kata Piprim.
2. Kompres dengan Air Hangat
Selain itu, menurut Piprim, anak yang mengalami demam pun tidak selalu membutuhkan obat. Hal tersebut lantaran demam memang merupakan mekanisme tubuh untuk melawan virus yang ada pada anak.
"Jadi kalau anak demam, sebenarnya ada proses peperangan dalam tubuh untuk mengusir virusnya. Mungkin bisa kita obati dengan kompres air hangat dulu. Jangan buru-buru kasih obat."
3. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Lebih lanjut Piprim menjelaskan bahwa merebaknya kasus gangguan ginjal akut menjadi pengingat kembali untuk tetap menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Pada sebuah kasus penyakit yang kita enggak tahu sebabnya apa, terapinya bagaimana. Maka kembali lagi ke PHBS. Pandemi ini telah mengajarkan kita bagaimana cuci tangan, pakai masker terutama kalau sakit, jangan berkerumun dengan orang yang sakit juga," kata Piprim.
4. Gaya Hidup Sehat
Piprim menjelaskan, gaya hidup sehat juga masih penting untuk dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar imunitas tubuh tetap terjaga dan meningkat.
"Ini saya enggak bosan-bosan. Anak kita itu cukupi tidurnya, karena tidur adalah salah satu hal yang meningkatkan imunitas kita. Jangan biarkan anak begadang, main gadget sampai tengah malam, orangtuanya enggak tahu. Ini harus jadi pantauan orangtua, jangan sampai begadang."
5. Aktif Bergerak dan Hindari Camilan Tak Sehat
Terakhir, Piprim menyarankan anak-anak untuk aktif bergerak. Serta menghindari camilan tidak sehat, terutama yang mengandung gula terlalu tinggi karena bisa memicu inflamasi pada tubuh.Â
Advertisement
Cara Lain yang Bisa Dilakukan
Mengutip laman IDAI, demam memang merupakan alasan tersering yang dikonsultasikan oleh orangtua ke dokter anak. Sehingga selain kelima cara yang sudah disebutkan di atas, orangtua masih memiliki cara lainnya yang bisa dilakukan.
"Walaupun banyak orangtua memberikan obat penurun panas, perlu ditekankan bahwa tujuan utama obat tersebut adalah membuat anak merasa nyaman, bukan mempertahankan suhu yang normal," tulis keterangan dalam laman IDAI.
Jadi penting untuk orangtua memerhatikan aktivitas anak secara umum. Bagaimana aktivitas anak, keinginan untuk makan dan minum, dan frekuensi buang air kecil.
Jika anak lebih sering tidur, malas minum dan buang air kecil semakin jarang, segera bawa anak ke dokter," sambung keterangan tersebut.
Anak juga dianjurkan untuk banyak minum air putih dan beristirahat yang cukup. Serta, gunakan baju yang nyaman untuk anak, yang tidak terlalu tebal. Hal tersebut dikarenakan baju yang tebal bisa meningkatkan suhu tubuh anak.
Kapan Perlu ke Dokter?
Dalam keterangan berbeda di laman IDAI, ada beberapa tanda kapan orangtua perlu membawa anak ke dokter. Lalu, tanda apa sajakah itu? Berikut diantaranya.
1. Tidak merespons atau susah dibangunkan atau tidak bisa bergerak
2. Kesulitan bernafas
3. Bibir, lidah dan kuku nampak kebiruan
4. Ubun-ubun terlihat menonjol atau cekung
5. Ada kekakuan di leher
6. Nyeri kepala hebat
7. Nyeri perut hebat atau muntah-muntah
8. Terdapat ruam atau bintik-bintik berwarna keunguan seperti memar
9. Tidak mau makan atau minum dan terlihat terlalu lemah untuk minum
10. Menangis terus-menerus
11. Anak gelisah
12. Posisi tubuh condong ke depan dan tidak dapat mengontrol air liur
13. Buang air kecil menjadi sedikit atau jarang
Advertisement