Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Pidie, Aceh menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) tingkat kabupaten setelah satu anak di Kecamatan Mane terkonfirmasi terinfeksi virus Polio tipe 2 pada awal November 2022. Anak tersebut mengalami pengecilan bagian otot paha dan betis kiri sehingga jika berjalan jadi tertatih.
Terkait temuan satu kasus polio di Pidie, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dokter Maxi Rein Rondonuwu mengatakan bahwa anak tersebut tidak memiliki riwayat vaksinasi sama sekali, termasuk Polio. Padahal pemberian vaksin Polio dapat memberikan kekebalan bila anak terinfeksi virus Polio.
Baca Juga
Mengingat penyakit Polio tidak ada obatnya maka pencegahan yang bisa dilakukan salah satunya dengan dengan melengkapi imunisasi polio.
Advertisement
"Pencegahan, sudah pasti salah satunya dengan vaksin, vaksin Polio. Manfaatnya besar sekali," kata Maxi dalam konferensi pers secara daring pada Sabtu, 19 November 2022.
Program imunisasi polio di Indonesia diberikan kepada bayi sebanyak lima kali yakni vaksin Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan vaksin Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV).
Berikut rinciannya:
Vaksin Polio Tetes (bOPV): diberikan pada bayi usia 1,2,3 dan 4 bulan
Vaksin Polio Suntik (IPV): diberikan satu kali saat usia empat bulan
Kemenkes mengutarakan bahwa bila belum lengkap, bisa segera melengkapi imunisasi polio hingga anak berumur lima.
Â
Kenapa Ada Vaksin Polio Tetes dan Vaksin Polio Suntik?
Sebagai orangtua memang harus tahu betul apa yang diberikan ke anak. Termasuk mengenai manfaat dua jenis vaksin pada imunisasi polio pada bayi.
Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berikut keterangannya:
Vaksin Polio Tetes diberikan mulut adalah vaksin yang masih hidup tetapi dilemahkan. Kondisi ini membuat virus masih bisa berkembang biak di usus, dan dapat merangsang usus dan darah untuk membentuk zat kekebalan (antibodi) terhadap virus polio liar.
Artinya, bila ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi tersebut, maka virus polio liar tersebut akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan tersebut yang dibentuk di usus dan di dalam darah. Alhasil, virus sehingga tidak dapat berkembang biak serta tidak membahayakan bayi tersebut, dan tidak dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.
Vaksin Polio Suntik: Ini berisi virus polio mati yang disuntikkan di otot lengan atau paha. Sehingga tidak dapat berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan diusus, namun dapat menimbulkan kekebalan di dalam darah. Oleh karena itu, bila ada virus polio liar yang masuk ke dalam usus bayi/anak yang disuntik vaksin polio, maka virus polio liar masih bisa berkembang biak di ususnya (karena tidak ada kekebalan di dalam ususnya) tetapi ia tidak sakit, karena ada kekebalan di dalam darahnya.
Masih mengutip laman IDAI, karena virus polio liar masih bisa berkembang biak diususnya, maka bisa menyebar melalui tinja ke anak-anak lain, dan dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak di sekitarnya. Oleh karena itu, di negara atau wilayah yang masih ada transmisi polio liar semua bayi dan anak balita harus diberi virus polio yang diteteskan ke dalam mulut, agar ususnya mampu mematikan virus polio liar, sehingga menghentikan proses penyebaran.
Bila selama 5 tahun atau lebih tidak ditemukan lagi virus polio liar, maka secara bertahap dapat menggunalkan virus polio suntik.
Virus polio suntik boleh diberikan pada pasien yang kekebalannya rendah, seperti mendapat obat-obat anti kanker, menderita HIV AIDS, atau didalam rumahnya ada penderita-penderita tersebut.
Â
Advertisement
Efek Samping
Lewat flyer Kemenkes tentang Serba-Serbi Polio, disebutkan bahwa imunisasi polio sangat aman dan efektif. Penggunaan vaksin Polio sudah disetujui dan diawasi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Di Indonesia sendiri vaksin Polio sudah digunakan sejak 1980-an, sehingga keamanannya terbukti.
Mengenai efek samping imunisasi polio, umumnya tidak menyebabkan demam. Bila ada demam itu merupakan tanda bahwa tubuh membentuk kekebalan terhadap virus Polio.
Beberapa data menunjukkan pada pemberian Vaksin Imunisasi Tetes bisa menyebabkan diare ringan. Namun, kasusnya jarang terjadi seperti mengutip laman IDAI.
Â
Bila Semua Anak Dapat Vaksinasi Polio Lengkap, Bisa Eradikasi Polio Global 2022
Rencananya Indonesia pada 2023 pemberian IPV akan ditingkatkan menjadi dua kali yaitu pada anak usia empat bulan dan sembilan bulan. Mengapa ada rencana penambahan dosis pemberian IPV?
"Penambahan dosis IPV ini sesuai dengan kebijakan global untuk mencapai target eradikasi polio pada 2026," kata Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P, Prima Yosephine, dalam keterangan teks ke Liputan6.com pada Minggu (20/11/2022).
Maxi meyakini target Bebas Polio atau Eradikasi Polio Global tahun 2026 dapat tercapai. Target menuju eradikasi Polio Global ini sudah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Pencegahan Polio sudah pasti satu-satunya ya vaksin Polio. Kalau semua anak-anak kita divaksin dan mendapat vaksin Polio lengkap, itu bOPV-nya dapat 4 kali dan dua kali suntik IPV-nya," ucap Maxi saat 'Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia' pada Sabtu, 19 November 2022.
"Saya sangat yakin, kita tahun 2026 itu eradikasi, enggak ada virus Polio liar lagi -- bebas polio global. Kalau anak-anak juga semua sudah punya kekebalan ya walau virus Polio liar itu masuk ke tubuh, dia (tubuh) bisa lawan."
Maxi mengingatkan, apabila anak tidak mendapat vaksin Polio, virus Polio bisa mudah menginfeksi tubuh. Terlebih, kondisi lingkungan yang buruk seperti perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan, sungai atau air kotor tempat bermain anak, dapat membawa virus Polio masuk ke tubuh.
Â
Advertisement