Liputan6.com, Jakarta - Momen kumpul keluarga di perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) biasanya dilengkapi dengan berbagai hidangan termasuk kudapan manis.
Di saat-saat seperti ini, sebagian orang kesulitan menahan diri untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis yang menggugah selera.
Baca Juga
Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pondok Indah dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, wacana ‘mulai pola hidup sehat di tahun baru’ tak jarang menjadi dorongan untuk terus makan sepuasnya hingga penghujung tahun. Tanpa memerhatikan kandungan gula tambahan yang terkandung.
Advertisement
Gula merupakan karbohidrat sederhana yang dapat diubah menjadi sumber energi bagi tubuh. Gula dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu gula alami (intrinsik) dan gula tambahan.
Gula alami dapat diperoleh dari makanan dan minuman yang secara alami sudah mengandung gula, misalnya susu dan buah-buahan. Sementara gula tambahan biasanya didapatkan dari makanan dan minuman yang dalam proses pengolahannya ditambahkan gula. Tidak sulit untuk menemukan makanan dan minuman dengan gula tambahan ini, mulai dari permen, kue, biskuit, susu dengan berbagai rasa, hingga makanan dan minuman kemasan.
Mengonsumsi makanan atau minuman manis dipercaya dapat membuat perasaan menjadi lebih baik. Saat mengonsumsi gula, otak akan melepaskan serotonin dan dopamin yang merupakan neurotransmitter. Ini berperan dalam brain reward system sehingga suasana hati menjadi bahagia dan mood menjadi lebih baik.
Sayangnya, selain memberikan perasaan bahagia, gula juga berpotensi menyebabkan kecanduan. Ketika perasaan bahagia mereda atau hilang, otak cenderung menginginkan perasaan itu kembali.
“Karenanya, ketika kadar glukosa mencapai tingkat yang rendah, ada keinginan untuk kembali mengonsumsi (craving) makanan atau minuman manis. Hal ini yang memberikan dampak kecanduan gula pada seseorang,” kata Juwalita dalam keterangan pers, ditulis Senin (26/12/2022).
Akibat Gula Berlebih
Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Selain memberikan efek kecanduan, konsumsi gula berlebih juga dapat menimbulkan sejumlah penyakit, antara lain:
Karies gigi
Penyakit paling ringan yang mungkin terjadi akibat konsumsi gula berlebih adalah munculnya karies gigi. Bakteri di dalam mulut akan mengubah kandungan gula dari makanan atau minuman yang dikonsumsi menjadi asam.
“Apabila Anda tidak rajin menyikat gigi, timbunan asam tersebut dapat menjadi sarang berkembangnya kuman dan berubah menjadi karies gigi yang menyebabkan gigi berlubang.”
Obesitas
Asupan gula tambahan yang tinggi akan menyebabkan asupan energi menjadi berlebih sehingga meningkatkan risiko mengalami penambahan berat badan hingga obesitas.
Perlemakan hati
Perlemakan hati disebabkan oleh asupan gula tambahan jenis fruktosa yang berlebih. Ketika asupan fruktosa berlebih, maka hati akan mengubahnya menjadi lemak. Lemak tersebut akan membebani hati dan menyebabkan perlemakan hati.
Diabetes melitus
Konsumsi gula tambahan juga dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Ini adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah.
Resistensi insulin ini akan menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat yang akhirnya memicu timbulnya diabetes melitus. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi lainnya seperti penyakit pembuluh darah di jantung dan perifer.
Advertisement
Konsumsi Gula Harian
Melihat risikonya yang berbahaya bagi kesehatan, konsumsi gula harian perlu dibatasi jumlahnya. Jenis gula yang perlu diwaspadai konsumsinya adalah gula tambahan.
Gula alami atau intrinsik masih relatif lebih baik dan lebih aman untuk dikonsumsi.
“Ketika Anda mengonsumsi gula dalam bentuk buah utuh, maka yang Anda konsumsi bukan hanya gula, tetapi juga serat, vitamin, dan antioksidan yang memberikan manfaat bagi tubuh,” ujar Juwalita.
Batasan konsumsi gula seseorang dalam sehari menurut rekomendasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 adalah 10 persen dari total energi yang dibutuhkan atau 200 kilokalori per hari.
Ini artinya konsumsi gula seseorang dalam sehari maksimal 50 gram per hari atau setara 4 sendok makan. Sementara batasan konsumsi gula untuk anak-anak adalah sekitar 25 gram per hari atau setara 2 sendok makan. Batasan ini adalah standar bagi orang dewasa atau anak-anak yang memiliki kadar gula darah yang normal.
Batasan konsumsi gula tadi akan berbeda dengan penyandang diabetes. Orang dewasa yang menyandang diabetes disarankan untuk membatasi konsumsi gula hingga 25 gram per hari atau setara 2 sendok makan. Penyandang diabetes juga sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi buah-buahan yang mengandung lebih tinggi kadar gula seperti anggur, ceri, semangka, mangga, dan pisang.
Atur Asupan Gula
Produk mengandung gula tambahan kini semakin beragam. Hal ini semakin menyulitkan masyarakat untuk menghindari konsumsi gula.
“Tetapi, Anda dapat mulai untuk mengontrol diri agar tidak terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan untuk snacking.”
Jika sudah menjadi kebiasaan, mengontrol diri dari asupan gula tambahan akan semakin mudah. Kebiasaan ini salah satunya dapat dimulai dengan meminta minuman tanpa gula (no sugar) atau sedikit gula (low sugar) ketika memesan kopi susu, milk tea, atau minuman kekinian lainnya.
Ada baiknya juga untuk mulai membiasakan diri untuk mengurangi penambahan kecap atau saus yang berlebihan pada makanan. Pasalnya, kecap dan saus botolan pun mengandung gula tambahan.
Mulailah untuk mencari alternatif makanan penutup yang rendah gula, seperti buah segar, yogurt, atau susu rendah lemak. Saat ini pilihan jenis makanan dan minuman semakin beragam.
“Untuk snacking, Anda dapat memilih makanan dan minuman yang kaya serat dan protein sehingga dapat lebih mengenyangkan dan tetap sehat bagi tubuh.”
Makanan dan minuman kaya serat yang bisa menjadi pilihan untuk ngemil di antaranya:
- Snack bar
- Olahan chia seed atau biji chia
- Kacang-kacangan
- Susu rendah lemak
- Buah rendah gula seperti stroberi, rasberi, apel, jeruk, dan pir.
Advertisement