Bagaimana Rasa ASI dan Apa yang Memengaruhinya?

Siapa yang penasaran akan rasa ASI? Ternyata rasa ASI bervariasi, lho. Ini faktor penyebabnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jan 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Produksi Air Susu Ibu (ASI) (iStockphoto)
Ilustrasi Produksi Air Susu Ibu (ASI) (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi utama bagi bayi yang belum bisa konsumsi makanan dengan tekstur yang keras. ASI berbeda dengan susu lain.

Orang dewasa yang pernah mencobanya sering mengatakan bahwa ASI rasanya manis dan lembut, tetapi berbeda dengan susu sapi.

Sementara kedua jenis susu memiliki komponen yang sama seperti laktosa, susu sapi mengandung lebih banyak lemak, mineral, dan protein, menurut ulasan tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients dikutip dari situs Live Science.

Di sisi lain, ASI juga mengandung nutrisi yang sama serta antibodi, sel induk, enzim dan hormon yang dirancang khusus untuk tahun pertama kehidupan bayi. Meski susu sapi memang mengandung unsur-unsur ini, itu dikhususkan untuk kebutuhan sapi.

Rasa lembut ASI kemungkinan berasal dari kandungan lemak. Menurut ulasan yang sama, terdapat sekitar 3,5 persen hingga 4,5 persen lemak dalam ASI. Sedangkan susu sapi murni yang dibeli di toko kelontong biasanya mengandung sekitar 3,25 persen lemak.

ASI juga keluar dalam keadaan hangat, kira-kira pada suhu tubuh 98,6 derajat Fahrenheit (37 derajat Celcius).

Meskipun demikian, sama seperti susu sapi, kualitas susu manusia bisa memburuk jika dibiarkan terlalu lama, membuatnya berbau busuk dan terasa pahit.

Selain itu, sebuah ulasan tahun 2016 yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa menyimpan ASI—termasuk membekukan dan mencairkannya—dapat mengubah komposisi vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya serta memengaruhi rasa ASI yang diproduksi.

 

Faktor Apa Saja yang Memengaruhi Rasa ASI?

Ilustrasi Produksi Air Susu Ibu (ASI) (iStockphoto)
Ilustrasi Produksi Air Susu Ibu (ASI) (iStockphoto)

Dalam memproduksi ASI, tubuh menciptakan nutrisi dari makanan yang dimakan sang ibu, sambil menambahkan sel-sel hidup ke dalam susu untuk diteruskan ke anak.

Nutrisi dan sel mana yang dimasukkan tergantung pada apa yang dibutuhkan ucap saat tumbuh, terutama dalam enam minggu pertama kehidupan, kata seorang dokter keluarga di UNC Family Medicine Center, North Carolina Dr. Alexa Mieses Malchuck.

"Susu pertama (setelah bayi lahir) disebut kolostrum, dan itu sangat unik," ucap Mieses Malchuck. "Volumenya kecil, tetapi penuh energi dan penting untuk bayi baru lahir."

Susu kolostrum sangat rendah gula tetapi tinggi komponen yang berhubungan dengan pembangunan sistem kekebalan tubuh, termasuk imunoglobulin A, sejenis antibodi.

Ketika bayi berusia satu atau dua minggu, muncul apa yang disebut susu transisi, yang mengandung lebih banyak gula dan elektrolit, ungkap Mieses Malchuck.

Setelah sekitar empat hingga enam minggu, ASI dikenal sebagai susu matang, dengan nutrisi sepert gula, lemak, vitamin dan mineral yang cukup konstan hingga anak mencapai usia balita.

Namun, susu matang dapat dipengaruhi oleh perubahan kehidupan sehari-hari. Menurut Mieses Malchuck, jika seseorang pilek, antibodi yang diproduksi tubuh juga dapat ditemukan dalam ASI-nya.

 

 

 

Apakah Gaya Hidup Memengaruhi Rasa ASI?

Makanan Berserat Tinggi
Ilustrasi Makanan Sehat Credit: pexels.com/Thomas

 

Komponen serta rasa ASI juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan pola makan, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol.

Rasa yang kuat, seperti bawang putih, mint atau cabai, atau makanan tinggi gula dan garam dapat mengubah rasa ASI, menurut ulasan tahun 1995 yang diterbitkan dalam Journal of Human Lactation.

Beberapa bahan ini dapat juga mempengaruhi ASI dengan cara lain. Sebuah studi tahun 2016, yang diterbitkan dalam jurnal Breastfeeding Medicine menemukan bahwa jahe dapat meningkatkan jumlah susu yang diproduksi seseorang.

Sementara ulasan tahun 1993 yang diterbitkan dalam Pediatric Research menemukan bahwa menyusui setelah mengonsumsi bawang putih mendorong bayi untuk minum lebih banyak.

"Intinya zat apa pun yang dicerna atau digunakan seseorang dapat disimpan ke dalam ASI, termasuk alkohol, nikotin, dan kafein," ujar Malchuck.

Menurut situs Klik Dokter, ASI dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan waktu dikeluarkannya:

1. Foremilk

ASI yang keluar pada awal sesi menyusui, mengandung laktosa tinggi tetapi rendah lemak.

2. Hindmilk

ASI yang keluar pada saat sesi menyusui akan berakhir. Kandungan lemaknya lebih tinggi dibandingkan foremilk.

 

 

Bolehkah Orang Dewasa Mengonsumsi ASI?

Gambar Ilustrasi Wanita Minum Susu
Sumber: Freepik

American Academy of Family Physicians merekomendasikan agar anak-anak disusui setidaknya selama tahun pertama, tetapi Mieses Malchuck mengatakan manfaat terbesar terjadi ketika bayi menerima ASI setidaknya selama enam bulan.

Dengan semua nutrisi dan sifat meningkatkan kekebalan tubuhnya, muncullah pertanyaan, "Haruskah orang dewasa tetap minum ASI?"

Jawabannya adalah tidak. Orang dewasa harus meninggalkan ASI. Hal ini karena ASI dirancang sebagai sumber nutrisi super untuk mendukung kebutuhan bayi yang terus berkembang.

Orang dewasa bukan bayi. Oleh karena itu, nutrisi dalam ASI tidak dirancang untuk mendukung perkembangannya. Berbeda dengan bayi, orang dewasa dapat memproduksi antibodi sendiri, sehingga tidak perlu mengonsumsi ASI untuk membangun sistem kekebalan tubuh.

Sementara itu, bagi para ibu yang kekurangan ASI dan beralih ke situs online untuk membeli ASI botolan, perhatikan keamanan susu. Hal ini disebabkan oleh adanya risiko patogen berbahaya ditularkan melalui manusia ke dalam ASI.

Inilah mengapa ASI yang disumbangkan disaring terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya