Bebani JKN, Menkes Budi Sebut Insiden Kasus Kanker Terus Naik

Insiden kasus kanker di Indonesia terus, yang mana termasuk membebani pembiayaan JKN.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Feb 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2023, 15:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menghadiri 'Seventh Replenishment Global Fund Thank You Event' di Jakarta pada Senin, 21 November 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Pembiayaan penyakit kanker di Indonesia termasuk salah satu yang menelan pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan yang sangat besar. Terlebih lagi, penyakit kanker menduduki posisi ketiga dari penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, BPJS Kesehatan memang mengeluarkan biaya klaim yang besar kepada rumah sakit untuk pembiayaan penyakit kanker. Meski begitu, klaim tertinggi adalah pembiayaan BPJS Kesehatan untuk penyakit jantung.

"Kanker itu membebani BPJS, kan akan bayar klaim ke rumah sakit. Sebenarnya kanker sekarang bukan paling tinggi (baya klaim), yang paling tinggi itu jantung sekitar Rp9 triliunan," ujarnya saat konferensi pers Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Kesehatan RI dengan MD Andersen Cancer Centre di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Jumat, 3 Februari 2023.

"Kemudian stroke di bawahnya, nah kanker nomor tiga."

Budi Gunadi juga menyoroti insiden kasus kanker di Tanah Air terbilang terus naik.

"Jadi kanker termasuk naiknya (insidensi) paling tinggi. Kalau enggak salah ingat, cancer (kanker) masih Rp 2 sampai Rp3 triliun (klaim BPJS Kesehatan) dibandingkan dengan jantung yang sampai Rp9 sampai Rp10 triliun di BPJS," sambung Budi Gunadi.

"Tapi itu penyakit kanker rising (terus meningkat). Harus ada treatment (perawatan) efisien yang lebih baik)."

Telan Biaya BPJS Rp3,5 Triliun

Iuran BPJS Kesehatan Naik
Petugas BPJS Kesehatan melayani warga di kawasan Matraman, Jakarta, Rabu (28/8/2019). Sedangkan, peserta kelas mandiri III dinaikkan dari iuran awal sebesar Rp 25.500 menjadi Rp 42.000 per bulan. Hal itu dilakukan agar BPJS Kesehatan tidak mengalami defisit hingga 2021. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu sebelumnya mengatakan, kanker bukan hanya jadi beban kesehatan dari aspek jumlah kasus yang tinggi, tapi juga soal biaya.

“Tetapi juga beban biaya data di BPJS tahun 2020. Ini kanker, penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar kedua sekitar Rp3,5 triliun," ujar Maxi dalam konferensi pers Hari Kanker Sedunia 2023, Kamis (2/2/2023).

Angka di atas menjadikan kanker disebut sebagai beban terbesar biaya kesehatan dari BPJS Kesehatan.

Terkait pembiayaan penyakit di Indonesia, menurut dari data tahun 2021 pembiayaan BPJS Kesehatan selain penyakit kanker, penyakit jantung dan stroke masing-masing menduduki nomor satu dan tiga dalam beban pembiayaan terbesar BPJS Kesehatan.

Penyakit jantung membebani negara sekitar Rp8,6 triliun lebih, sedangkah stroke sekitar Rp2,1 triliun lebih.

Dari segi jumlah angka kasus, dilaporkan ada dua jenis kanker di dengan cukup tinggi jumlah kasusnya, yakni kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks).

Maxi mengimbau masyarakat agar rutin melakukan pengecekan kesehatan dan memahami faktor risiko penyebab dari kanker, terutama kanker payudara dan serviks. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat juga bisa ditangani dengan tepat.

Sehingga angka kematian dari kanker, yang 70 persennya terjadi di negara -negara berkembang termasuk Indonesia ini.

“Tentu ini sangat disayangkan, karena sesungguhnya menurut penelitian bahwa 30 sampai 50 persen kematian akibat kanker sesungguhnya masih bisa dicegah. Tentu dilakukan dengan cara faktor risiko dan lakukan deteksi dini secara bertahap," jelas Maxi.

Kanker Payudara Terbanyak

Cegah Kanker Payudara, Dokter Ingatkan Pentingnya Periksa Payudara Sendiri Setelah Menstruasi
Dokter beri alasan pentingnya periksa payudara sendiri setelah 7-10 hari menstruasi. (pexels/anna tarazevich).

Berkaitan dengan jenis kanker terbanyak, kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.

Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22.000 jiwa kasus.

“70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut, kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bisa kita tanggulangi,” kata Elvida Sariwati, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Temu Media Hari Kanker Sedunia, Rabu (2/2/2022)

Padahal, sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.

Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak. Pada periode 2019 - 2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS Kesehatan kurang lebih 7,6 triliun rupiah.

“Karena deteksinya sudah di ujung, sehingga pembiayaan yang dikeluarkan semakin besar," lanjut Elvida.

Tingginya angka kanker payudara di Indonesia menjadi prioritas penanganan oleh Pemerintah. Namun demikia, bukan berarti penanganan kanker jenis lainnya diabaikan.

Infografis Ragam Tanggapan Indonesia Siapkan Skenario dari Pandemi ke Endemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Indonesia Siapkan Skenario dari Pandemi ke Endemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya