Liputan6.com, Jakarta Vaksinasi ternyata membuat antibodi COVID-19 meningkat lebih tinggi daripada infeksi. Dalam hal ini, antibodi COVID-19 yang terbentuk dari pemberian vaksin lebih berperan tinggi dibanding antibodi alamiah karena infeksi.
Tim Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan mengungkapkan, terjadi peningkatan kadar titer antibodi dari orang yang sudah divaksinasi, baik vaksinasi lengkap (dosis 1 dan 2) maupun booster.
Baca Juga
Dilihat rata-rata, peningkatan kadar titer di dalam tubuh orang yang sudah divaksinasi bisa mencapai angka 4.000-an. Hasil ini sebagaimana laporan survei serologi nasional terbaru yang dilakukan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Tim Pandemi FKM UI.
Advertisement
"Kita lihat banyak itu meningkatnya, orang yang vaksinasi pertama, terus lanjut vaksinasi kedua dan booster sampai 4.000-an (kadar antibodi)," papar Iwan saat 'Press Conference: Hasil Survei Serologi Nasional' di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Jumat, 3 Februari 2023.
"Artinya, di sini kita lihat bahwa vaksinasi itu meningkatkan antibodi lebih tinggi daripada infeksi ya."
Dari kategori usia, data survei serologi menunjukkan, semakin tinggi umur, maka antibodi semakin tinggi.
"Apa artinya? Artinya, lansia kadar antibodinya tinggi dan kita tahu bahwa risiko tinggi kematian paling berat ya pada lansia. Pada anak-anak paling rendah, balita rendah. Ya karena memang mereka belum mendapatkan vaksinasi," jelas Iwan.
Kadar Antibodi Tinggi dari Booster
Hasil survei serologi yang dilakukan pada Januari 2023 ini juga menunjukkan, pemberian vaksin booster mampu meningkatkan kadar antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Kalau kita bandingkan kadar antibodinya orang yang belum vaksin pada Januari 2023 atau sama sekali belum divaksin, lalu yang sudah dapat satu kali, dua kali, dan sudah dapat booster, kita lihat bahwa yang sudah dapat booster itu kadarnya paling tinggi," Iwan Ariawan menjelaskan.
"Ya memang sih semua orang yang belum divaksin atau yang sudah divaksin sama-sama berpeluang kena infeksi. Nah, booster paling tinggi (peningkatan antibodi) sampai dua kali lipat kadar antibodi."
Selain itu, yang menarik, orang-orang yang belum divaksin atau baru divaksin satu kali dan dua kali, kadar antibodinya tetap naik. Hal ini dikarenakan mereka mendapat antibodi dari hasil infeksi alamiah virus.
"Jadi yang baru vaksin pertama, vaksin kedua, tetap meningkat (kadar antibodi) 1.500 sampai 1.600-an. Kenapa bisa kadarnya meningkat? Karena infeksi masih terjadi," terang Iwan.
Advertisement
Orang yang Dibooster Meningkat
Laporan survei serologi pada Januari 2023 pun memperlihatkan sebanyak 99 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi COVID-19. Survei serologi ini diikuti 16.286 responden, yang diwakilkan 99 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Dijelaskan kembali oleh Iwan Ariawan, antibodi bisa terbentuk dengan adanya dua hal. Pertama, lewat vaksinasi. Kedua, melalui infeksi COVID-19, yang mana transmisi penularan virus Corona masih terus terjadi.
"Kalau kita lihat cakupan vaksinasi, sero survei ini dalam enam bulan itu tidak banyak perubahan. Perubahan terjadi pada (orang yang sudah divaksin) booster, yang tadinya 22 persen, naik 27 persen," lanjut Iwan.
"Yang kita lihat juga ada kelompok 17 persen yang belum divaksin. Kalau kita lihat, kurang lebih hampir sama, yaitu peningkatan terjadi di vaksinasi booster secara cakupan."
Hasil survei serologi juga terlihat responden yang dibooster meningkat. Mereka yang tadinya vaksinasi dua dosis, melengkapi status vaksinasi dengan booster.
"Kalau kita melihat ada sedikit peningkatan, yang tadinya belum dapat booster, kemudian sudah jadi mendapatkan booster," tutur Iwan.