Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang suka berbicara dengan dirinya sendiri. Ini terjadi saat sedang memikirkan sebuah ide, memperdebatkan keputusan, atau membutuhkan obrolan ringan.
Baca Juga
Beberapa orang merasa self-talk atau berbicara dengan diri sendiri menciptakan “kehadiran” di sekitar yang membuat mereka merasa lebih baik.
Advertisement
Di beberapa kasus, jika seseorang berbicara sendiri dengan aneh, tak menentu, atau bergumam sendiri, itu bisa mengindikasikan adanya gangguan kesehatan mental. Benarkah begitu?
Sebagaimana ditulis WebMD pada 28 Juni 2021, umum bagi seseorang untuk berbicara dengan dirinya sendiri.
Menurut penelitian, 96 persen orang dewasa mengaku bahwa mereka berdialog dengan dirinya sendiri di dalam hati. Sementara itu, berbicara dengan sendiri secara lantang lebih sedikit dilakukan oleh orang dewasa, persentasenya hanya 25 persen.
Dialog yang terjadi di dalam hati biasanya mirip dengan cara seseorang berbicara kepada orang lain. Self-talk seperti ini dapat terjadi hanya secara diam-diam di kepala atau diucapkan secara lantang. Bagaimanapun juga, hal itu merupakan aktivitas pasif (hanya mendengarkan pikiran diri sendiri).
Self-Talk dan Kesehatan Mental
Saat seseorang bicara dengan dirinya sendiri, mungkin ia sedang berusaha untuk menyelesaikan masalah di pikiran mereka, baik di dalam hati maupun secara lantang. Hal ini juga disebut sebagai self-explaining atau menjelaskan kepada diri sendiri.
Metode ini merupakan cara menyelesaikan masalah dengan sehat. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa saat seseorang membicarakan apa yang mereka alami, maka kemungkinan lebih besar bagi mereka memahami pengalaman itu.
Self-talk merujuk pada cara seseorang berbicara kepada dirinya, baik secara positif atau negatif. Self-talk yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan percaya diri, memotivasi diri, dan menentukan pilihan dengan lebih mudah.
Berbicara dengan diri sendiri secara positif dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan mental.
Advertisement
Berpotensi Menjadi Gangguan Kesehatan Serius?
Di beberapa kasus, berbicara dengan diri sendiri bisa menjadi gejala awal penyakit mental. Bergumam dan berbicara secara acak bisa jadi gejala awal skizofrenia.
Skizofrenia terjadi pada banyak orang di seluruh dunia. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang berusia muda (pertengahan 20-an) saat mereka mengalami transisi di hidupnya.
Melansir Medical News Today, seseorang dengan skizofrenia mungkin mengalami perubahan dalam perilaku dan pikirannya, seperti halusinasi atau delusi. Halusinasi yang dimaksud adalah seperti melihat, mendengar, mencium, atau merasakan hal-hal yang bukan bagian dari dunia di sekitarnya dan hanya ada dalam pikirannya. Jika diketahui lebih awal, skizofrenia dapat ditangani dengan baik.
Namun, untuk bisa mengetahui hal ini tentu perlu berkonsultasi dengan psikolog maupun dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater.
Apakah Self-Talk Normal?
Para peneliti telah mempelajari self-talk sejak ratusan tahun yang lalu. Pada 1880-an, para ilmuwan tertarik dengan apa yang dikatakan orang kepada diri mereka sendiri, mengapa mereka berbicara kepada diri mereka sendiri, dan tujuan dari berbicara sendiri.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa self-talk merupakan bentuk dari ekspresi verbal dari internal atau batin seseorang. Orang tersebut hanya bermaksud untuk mengarahkan ucapannya pada diri mereka sendiri.
Kebiasaan self-talk ini bisa terjadi sejak kecil hingga dewasa dan umumnya tidak menjadi masalah.
Akan tetapi, apabila seseorang menganggap bahwa self-talk mempengaruhi kesehatan mental mereka dan membuat mereka bersikap negatif, maka ada beberapa untuk menghentikannya, salah satunya dengan menulis apa yang ada di pikiran ke jurnal atau buku harian.
Apabila dirasa tidak cukup dan terus mengganggu, ia dapat berbicara dengan psikolog untuk menemukan cara menyesuaikan self-talk untuk fokus menjadi lebih positif dan menyemangati.
Advertisement