Risiko Demam Berdarah Meningkat di Musim Hujan, Waspadai Hal Ini

Selain banjir, musim hujan juga membawa risiko lainnya yakni munculnya penyakit demam berdarah.

oleh Diviya Agatha diperbarui 02 Mar 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2023, 10:00 WIB
Cuaca Ekstrem Jakarta, Warga Diimbau Kurangi Aktivitas di Luar Rumah
Pedagang menjajakan jas hujan saat hujan deras di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah apabila Jakarta mengalami cuaca ekstrem. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Belakangan, cuaca sedang tak menentu. Hujan lebat mengguyur area Jakarta dan sekitarnya. Umumnya selain banjir, musim hujan memiliki efek lain seperti risiko Demam Berdarah Dengue (DBD) yang meningkat.

Dokter spesialis anak, Mulya Rahma Karyanti, MSc pun mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut. Menurutnya, kasus demam berdarah memang biasanya akan mengalami peningkatan usai musim hujan.

"Memang kondisi cuaca betul, setelah musim hujan inilah kasus (demam berdarah) itu meningkat," ujar Karyanti saat media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ditulis Rabu, (1/3/2023).

Namun, masih ada sederet hal yang bisa diwaspadai agar tidak terinfeksi demam berdarah terutama untuk anak. Karyanti menjelaskan, salah satunya bisa dilakukan dengan metode 3M.

"Apa yang perlu diwaspadai oleh orangtua? Tetap melakukan pencegahan, jangan sampai ada wadah-wadah yang tergenang air. 3M tadi, menguras, menutup, dan menimbun di tempat wadah kaleng," kata Karyanti.

Karyanti menjelaskan, jika wadah sudah dibersihkan, pastikan semuanya rata dan tak ada yang tersisa. Hal tersebut lantaran masih memungkinkan wadah itu menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.

"Periksa dispenser di rumah, kemudian daun-daun. Kadang di rumah mewah ada daun yang bisa menampung air, atau semua sudah dibersihkan tapi kok satu yang ketinggalan, di kamar pembantu ada bak mandi yang tak pernah dikuras. Ternyata jentiknya banyak," ujar Karyanti.

"Jadi harus dicari solusinya bersama-sama. Masyarakat harus mencari dimana bisa ada sumber wadah menampung air bersih supaya nyamuk tidak ada kesempatan berkembang biak," tambahnya.

Kalau Tidak Ada Penampungan Air, Lebih Baik

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (Photo by FotoshopTofs on Pixabay)

Lebih lanjut Karyanti mengungkapkan bahwa menurutnya tidak ada penampungan air justru sebenarnya lebih baik. Hal tersebut lantaran lagi-lagi, nyamuk bisa berkembang biak pada penampungan air tersebut.

"Kalau enggak ada penampung air, itu lebih aman sebenarnya. Cuma kalau ada bak mandi, harus dikuras seminggu sekali. Setidaknya memutuskan siklus-siklusnya untuk menjadi nyamuk dewasa," kata Karyanti.

Karyanti menambahkan, jentik biasanya akan menempel pada dinding bak mandi. Sehingga bagian tersebut harus sangat diperhatikan kebersihannya.

Dalam kesempatan yang sama, Karyanti mengungkapkan bahwa Anda perlu khawatir pula saat kondisi demam tidak membaik dalam waktu tiga hari.

"Kalau ada anggota keluarga siapapun yang demam, perhatikan, kalau dua tiga hari tidak membaik, segera periksakan ke faskes terdekat untuk dicari penyebabnya. Jangan berobat sendiri. Obat penurun panas diberikan buat pertolongan pertama saja," ujar Karyanti.

Tanda Bahaya Demam Berdarah

Proses pengasapan atau Fogging di sejumalh titik endemi DBD di Situbondo (Istimewa)
Proses pengasapan atau Fogging di sejumalh titik endemi DBD di Situbondo (Istimewa)

Karyanti mengungkapkan bahwa tanda bahaya demam berdarah sendiri justru bisa muncul saat demam pada tubuh sudah mulai menurun. Biasanya pada hari ketiga atau yang disebut dengan fase kritis.

"Perjalanan penyakitnya tujuh hari. Jadi melewati tiga fase. Fase demam di hari pertama, dia suhu biasanya masih tinggi. Tapi setelah hari ketiga sampai keenam, akan memasuki fase kritis," kata Karyanti.

Tanda bahaya inipun sekaligus menunjukkan kapan orangtua bisa membawa anak ke rumah sakit. Lantas, apa sajakah tanda bahaya demam berdarah yang perlu dipantau saat seseorang termasuk anak mengalami demam berdarah?

"Nah, kapan waktunya untuk membawa ke rumah sakit? Waspadai tanda bahaya dari infeksi dengue ini. Jadi setelah hari ketiga di fase kritis itulah biasanya tanda-tanda bahaya itu harus diwaspadai," ujar Karyanti.

"Jadi mulai ada penurunan suhu di hari ketiga. Kadang-kadang kita tanya, gimana kondisi anaknya, 'Oh panasnya sudah turun kok, sudah bisa tidur. Tapi tadi sempat muntah darah'. Nah itu ada yang enggak benar," tambahnya.

Jika Demam Turun, Anak Harusnya Aktif

Gejala Demam pada Anak
Ilustrasi demam pada anak/credit: Freepik.com

Menurut Karyanti, saat suhu tubuh anak turun, seharusnya ia menjadi aktif kembali beraktivitas. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka orangtua perlu untuk lebih berhati-hati.

"Suhu turun, anak tidur terus nah itu bukan tanda bahaya. Kalau suhu turun harusnya anak aktif sehat bugar. Tapi ini tidur terus, hati-hati ya. Kemudian tidak nafsu makan minum. Dia minum, tapi tidak bisa menerima muntah terus. Itu hati-hati," kata Karyanti.

Karyanti menambahkan, muntah terus-menerus menjadi tanda bahaya lantaran anak bisa mengalami dehidrasi yang semakin parah. Dalam kondisi ini, anak bisa merasa lemas dan hanya ingin tidur.

Maka, jika tanda bahaya sudah terjadi, sebaiknya segera periksakan kondisi anak ke dokter. Sehingga tetap dalam pemantauan yang tepat.

Infografis Habis Hujan Deras Terbitlah Banjir Jakarta
Infografis Habis Hujan Deras Terbitlah Banjir Jakarta (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya