Liputan6.com, Jakarta Di bulan Ramadhan umat Islam berlomba memperbanyak amal ibadah, salah satunya dengan tadarus Al Quran.
Ramadhan sendiri adalah bulan diturunkannya Al-Quran tepatnya pada tanggal 17, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut:
Advertisement
Baca Juga
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
Advertisement
Artinya: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)," (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Melansir NU Online, Ramadhan juga menjadi waktu rutin Nabi Muhammad SAW untuk bertadarus Al-Quran. Dalam hadits riwayat Ibnu ‘Abbas dijelaskan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata, ‘Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, di mana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari).
Hadits ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengkhatamkan Al-Quran sekali dalam setahun pada bulan Ramadhan bersama Malaikat Jibril. Kecuali pada tahun terakhir menjelang wafat, Rasulullah SAW mengkhatamkannya sebanyak dua kali.
Hadits Soal Tadarus Al-Quran Berjamaah di Malam Bulan Ramadhan
Menurut ulama besar Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 1393 M.), hadits ini menunjukkan hukum sunnah bertadarus Al-Quran pada malam bulan Ramadhan secara berjamaah.
Dalam kitab Bughyah al-Insan fi Wadza’if Ramadhan, Ibnu Rajab menjelaskan,
و دل الحديث أيضا على استحباب دراسة القرآن في رمضان والاجتماع على ذلك، وعرض القرآن على من هو أحفظ له، وفيه دليل على استحباب الإكثار من تلاوة القرآن في شهر رمضان
Artinya: “Hadits ini juga menunjukkan kesunahan bertadarus Al-Quran pada bulan Ramadhan secara berjamaah. Menyetorkan Al-Quran kepada orang yang lebih hafal darinya. Hadits ini sekaligus menunjukkan kesunnahan memperbanyak membaca Al-Quran pada bulan Ramadhan.”
Advertisement
Kenapa Malam Hari?
Ibnu Rajab menambahkan, hadits Ibnu Abbas di atas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW setor Al-Quran kepada Malaikat Jibril pada malam hari di bulan Ramadhan.
Oleh sebab itu, memperbanyak baca Al-Quran disunahkan pada malam hari di Bulan Ramadhan. Alasannya, waktu malam merupakan saat manusia terbebas dari segala kesibukan, saat keresahan terkumpul dan waktu yang tepat untuk merenung. (Bughyah al-Insan fi Wadza’if Ramadhan, hal. 42).
Dalam beberapa riwayat, bulan Ramadhan juga menjadi waktu istimewa bagi Rasulullah, para sahabat, dan para ulama pada umumnya untuk lebih fokus memperbanyak membaca Al-Quran.
Saat memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah sendiri akan lebih banyak membaca Al-Quran dibanding malam-malam lainnya. Dalam satu riwayat juga dijelaskan, bahwa salah seorang sahabat Nabi yang bernama Hudzaifah ikut bermakmum shalat dengan Rasulullah pada bulan Ramadhan.
Hudzaifah menuturkan, Nabi membaca surat al-Baqarah, an-Nisa dan Ali ‘Imran. Setiap bertemu ayat yang menjelaskan tentang ancaman, beliau berhenti dan berdoa agar dijauhkan dari ancaman itu.
Kisah Sahabat Nabi yang Khatamkan Al Quran di Bulan Ramadhan
Dalam riwayat lain juga dijelaskan, bahwa Qatadah (salah satu sahabat Nabi), mengkhatamkan Al Quran sebanyak satu kali dalam tiap minggunya di bulan-bulan biasa. Pada bulan Ramadhan dinaikan menjadi satu kali khatam dalam tiga hari sekali.
Sementara, memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Qatadah mengkhatamkan satu kali pada setiap malamnya.
Dikisahkan juga, Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Quran sebanyak enam puluh kali saat bulan Ramadhan.
Di sisi lain, Imam Malik akan menyudahi aktivitas mengajarnya pada bulan Ramadhan untuk lebih fokus membaca Al-Quran.
Tokoh Islam lain, Ulama Sufyan at-Tsauri (w. 778 M.) akan meninggalkan ibadah-ibadah sunnah selama bulan Ramadhan, untuk diganti fokus membaca Al-Quran. Zubaid bin Harits al-Yami, ulama ahli hadis dari kaangan tabi’in, katika memasuki bulan Ramadhan akan mengumpulkan banyak Al-Quran, guna dibaca bersama murid-muridnya.
Advertisement