Usai Temuan 1 Kasus di Purwakarta, 4 Juta Balita di Jawa Barat Jadi Target Vaksinasi Polio

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, vaksinasi polio dilakukan untuk menekan penyebaran menyusul ditemukannya satu balita positif polio di Kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu.

oleh Arie Nugraha diperbarui 31 Mar 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2023, 15:00 WIB
Imunisasi Anak dengan Protokol Kesehatan
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin polio kepada balita. Hal ini dilakukan guna mencegah (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Empat juta balita di seluruh Provinsi Jawa Barat menjadi target vaksinasi polio. Rencananya, vaksinasi polio mulai digelar 3 April 2023.

Menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, vaksinasi polio dilakukan untuk menekan penyebaran menyusul ditemukannya satu balita positif polio di Kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu.

"Untuk melawan penyebaran virus polio kepada empat juta balita di seluruh Jawa Barat," ujar Ridwan Kamil, ditulis, Bandung, Kamis, 30 Maret 2023.

Ridwan Kamil menjelaskan Dinas Kesehatan Jawa Barat bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pelaksanaan vaksinasi polio. Vaksinasi polio dengan metode tetes tersebut pun ditargetkan rampung dalam waktu satu bulan.

Agar target itu tercapai, Ridwan Kamil meminta dukungan seluruh Bupati dan Wali Kota dan pemegang kebijakan lainnya agar vaksinasi ini berjalan lancar.

"Sehingga penyebaran potensi virus polio ini bisa kita kendalikan dengan baik," tutur Ridwan Kamil.

Tentang Kasus Polio di Purwakarta

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Nina Susana Dewi, dalam keterangan tertulisnya dicuplik 30 Maret 2023, memaparkan pada tanggal 14 Maret 2023 telah diterima laporkan kasus acute flaccid paralysis (AFP) dengan hasil laboratorium, terdeteksi VDPV tipe 2 di Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat yang diperiksa real time PCR pada tanggal 13 Maret 2023 di Laboratorium Rujukan Polio Nasional Biofarma.

Hasil pemeriksaan sekuensing menunjukkan virus polio tersebut telah bermutasi dengan perubahan 31 dan 30 nukleotida dan mempunyai kesamaan genetik (genetically linked) dengan kasus cVDVP2 dari Aceh (INO-ACE-1).

"Kasus Polio pada anak perempuan berinisial atas nama NO, usia 4 tahun 5 bulan. Kasus berdomisili di Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat," terang Nina. 

 

 

Riwayat Gangguan Tumbuh Kembang

Nina menerangkan pasien memiliki riwayat gangguan tumbuh kembang berupa tidak dapat berjalan dan berbicara sejak usia 2 tahun.

Nina menyebutkan pada tanggal 16 Februari 2023, pasien mulai demam dan mengalami kelemahan pada anggota gerak. Pasien tidak memiliki riwayat vaksinasi polio di masa lampau.

Informasi serupa juga didapat dari Ketua Tim Surveilans Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dewi Ambarwati. Menurutnya, balita itu datang ke Puskesmas Cimaragas, Purwakarta dengan keluhan demam, dan pasien memiliki riwayat gangguan tumbuh kembang sejak usia 2 tahun.

"Gejala yang terlihat tidak dapat berjalan dan berbicara," kata Dewi.

Terkait kasus balita dengan 2 tahun dengan AFP, upaya yang sudah dilakukan otoritas Nina yaitu melakukan koordinasi lintas program, lintas sektor di Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta.

"Melaksanakan penyelidikan Epidemiologi, termasuk melakukan pengambilan sampel anak sehat (bukan kontak) minimal sebanyak 30 sampel. Melakukan house to house screening ke 200 rumah di sekitar kasus, termasuk RCA dan komunikasi risiko kepada masyarakat," ucap Nina.

Langkah lainnya yaitu merujuk pasien kasus ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Purwakarta, untuk melengkapi resume medis dan pemeriksaan lainnya.

Tak hanya itu, HRR (Hospital Record Review) kasus AFP di RSUD Bayu Asih Purwakarta, RS Abdul Razak, RS ASri untuk periode 6 bulan terakhir untuk mendeteksi kasus tambahan tengah dilakukan.

Sosialisasi Vaksinasi ke Fasyankes

Nina menambahkan Dinas Kesehatan Jawa Barat juga tengah menyosialisasikan pelaksanaan sub PIN (Sub Pekan Imunisasi Nasional) secara daring ke semua fasilitas pelayanan kesehatan(fasyankes).

"Rencana tindak lanjutnya adalah melanjutkan HRR ke rumah sakit lainnya dan melakukan follow up dengan Petugas Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) ke rumah pasien yang diagnosis bandingnya masuk dalam kriteria AFP," terang Nina.

Sedangkan, pemeriksaan spesimen anak sehat dari lokasi terdampak dilakukan di Laboratorium Biofarma.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Jawa Barat meminta seluruh daerah untuk segera mengirimkan contoh (sampel) acute flaccid paralysis (AFP) mewaspadai kemungkinan potensi penyebaran polio usai temuan satu kasus positif di Kabupaten Purwakarta.

 

 

Kabupaten Karawang Tidak Capai Target Pengiriman Sampel AFP

Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Jawa Barat pada 2022, Kabupaten Karawang tidak mencapai target pengiriman sampel AFP atau acute flaccid paralysis. AFP merujuk ke gejala lumpuh layu akut yang dilaporkan.

Menurut Ketua Tim Surveilans Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dewi Ambarwati, kasus polio di Kabupaten Purwakarta ditemukan atas penyisiran yang dilakukan oleh otoritasnya.

"Purwakarta termasuk yang tidak mencapai target pengiriman sampel, tapi (kemudian) menggiatkan penemuan AFP di lapangan (dengan pengiriman sampel)," ujar Dewi dalam keterangan resminya, Bandung, Sabtu, 25 Maret 2023.

Dewi mengatakan Dinas Kesehatan Jawa Barat dan Dinas Kesehatan Purwakarta mendapatkan laporan hasilnya positif virus polio tipe 2 VDVP dari sampel yang dikirim pada 14 Maret 2023.

Sampel tersebut berasal dari seorang anak perempuan usia 4 tahun 5 bulan warga Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis.

Lakukan Langkah Penyelidikan Epidemiologi Polio

Menurut Dewi Ambarwati, Tim Surveilans Dinkes Jabar bersama Dinkes Purwakarta, Kementerian Kesehatan RI, serta perwakilan badan kesehatan dunia, WHO, telah turun ke Desa Tegal Datar Kecamatan Maniis untuk melakukan langkah penyelidikan epidemiologi polio.

Atas dasar rekomendasi Tim Ahli, beberapa langkah sudah diambil. Pertama, mengambil sampel tinja dari 30 anak sehat di desa tersebut untuk melihat apakah sudah ada sirkulasi virus dan terpapar pada anak sekitar tetapi tidak sakit seperti kejadian di Aceh.

Kedua, skrining dari rumah ke rumah untuk mencari suspek AFP, dan melihat situasi kesehatan anak-anak mulai dari riwayat imunisasi, kesehatan lingkungan, dan lain - lain.

"Hingga 17 Maret 2023, tim telah berhasil mewawancarai 261 kepala keluarga dari target 200 rumah," ungkap Dewi.

Langkah ketiga, merujuk pasien suspek polio di Desa Tegal Datar ke RS Hasan Sadikin untuk diperiksa lebih lanjut. Selanjutnya, mengedukasi dan meningkatkan kapasitas puskesmas dan rumah sakit di Purwakarta.

Tahapan selanjutnya terang Dewi, mencegah penyebaran kasus dengan melakukan ORI (Outbreak Respon Immunization).

Yakni imunisasi polio tetes tipe 2 atau lebih dikenal dengan Sub PIN pada semua anak di bawah usia 5 tahun, di seluruh kabupaten atau kota yang memiliki peta risiko tinggi polio.

Dewi menjelaskan untuk target pengiriman AFP nasional tahun 2022 angkanya harus lebih dari 2 sampel per 100 ribu penduduk. Tahun 2023 targetnya ditingkatkan menjadi 3 sampel per 100 ribu penduduk.

Imbau Kabupaten/Kota Lebih Giat Cari Kasus Polio

Penambahan target pengiriman AFP tidak terlepas dari KLB polio di Aceh. Sebagai catatan, pada tahun 2022 ada 19 daerah di Jawa Barat yang telah memenuhi target pengiriman sampel, yaitu Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Garut, Kuningan, Tasikmalaya, Bekasi, Bandung Barat, Pangandaran, Majalengka, Sumedang, Ciamis, dan Kabupaten Karawang. Kemudian Kota Cirebon, Sukabumi, Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Bandung.

"Dari semua sampel tinja yang dikirim tahun 2022 tidak ada yang positif baik virus polio tipe 1,2, maupun 3," sebut Dewi.

Dewi mengimbau kabupaten atau kota yang belum mencapai target pengiriman sampel AFP pada 2023 untuk lebih giat mencari kasus polio di masyarakat dan mengirimkan sampelnya ke provinsi. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya