Liputan6.com, Bandung - Pemberian suntikan imunisasi ganda masih dikhawatirkan para tenaga kesehatan (nakes). Ternyata mereka khawatir bila imunisasi ganda memberikan efek samping lebih besar ketimbang suntik tunggal atau satu jenis vaksin.
Kekhawatiran suntikan ganda di atas disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Rochady Hendra Setya Wibawa. Hal ini pun menjadi persoalan dalam pemberian imunisasi ganda di Jawa Barat.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Media Vietnam Sebut Kartu Merah Muhammad Ferrari Jadi Faktor Kunci Perubahan Permainan Timnas Indonesia
Hasil Piala AFF 2024 Timnas Indonesia vs Filipina: Dihukum Kartu Merah dan Penalti, Garuda Gagal ke Semifinal
Untuk diketahui, imunisasi ganda adalah imunisasi yang pemberiannya lebih dari satu jenis vaksin atau antigen dalam satu kali kunjungan.
Advertisement
“Ada masalah pada nakes kita yang belum percaya diri. Mereka khawatir efek sampingnya lebih besar, khawatir kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) nya lebih besar,” ujar Rochady saat diwawancara Health Liputan6.com di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Bandung, ditulis Minggu (28/5/2023).
“Kami, kemarin pelatihan dulu, sosialisasi ke tenaga kesehatan supaya percaya diri (pede) dulu. Bahwa suntikan ganda itu dibolehkan dan tidak menjadi masalah.”
Suntikan Ganda Tak Jadi Masalah
Rochady menegaskan, suntikan ganda sebenarnya tak menjadi masalah. Kunci utamanya adalah vaksin yang diberikan berbeda, artinya tidak boleh sama.
“Suntikan ganda itu sebetulnya boleh dan tidak jadi masalah, asalkan jenis vaksinnya berbeda. Jangan sampai vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccines (PCV) sama PCV lah. Kalau polio sama PCV boleh-boleh aja,” tegasnya.
Efek Samping Sama Seperti Satu Suntikan
Terkait efek samping imunisasi ganda, Rochady Hendra Setya Wibawa menjelaskan, bukan berarti efeknya berkali-kali lipat. Berbagai penelitian membuktikan, efek suntikan ganda sama seperti suntikan tunggal atau satu kali suntikan.
“Di luar negeri, pengalaman tidak ada kasus efek sampingnya yang jadi makin besar. Enggak ada, ya mau satu suntikan, dua suntikan, tiga suntikan, itu sama aja efeknya bukan berarti makin besar,” jelasnya.
“Intinya, penelitian di luar negeri itu sangat biasa – suntikan ganda – dan laporan efek sampingnya enggak ada yang besar.”
Harus Berbeda Vaksin
Disampaikan kembali oleh Rochady, suntikan ganda harus berbeda vaksin. Pada kondisi anak belum suntik PCV 2 dan 3, tidak boleh juga langsung dilakukan suntikan yang sama. Ini karena jenis vaksin sama.
“Jangan sampai misalnya, si anak ini harusnya PCV3 gitu ya, tapi PCV2 belum. Lalu disuntik PCV2 dan PCV3, itu yang enggak boleh,” imbuhnya.
“Jenis vaksin enggak boleh sama. Tapi kalau misalnya, satu suntikan vaksin Polio suntik (IPV), satu PCV ya boleh-boleh saja. Harus berbeda vaksin.”
Advertisement
Nakes Harus Pede Dulu
Yang lebih penting juga adalah tenaga kesehatan (nakes) harus percaya diri alias pede dulu memberikan suntikan imunisasi ganda.
“Kalau nakes udah pede, kan dia bakal tahu nanti bagaimana bersosialisasi, bagaimana memberi pengetahuan kepada masyarakat, itu akan lebih bagus,” ucap Rochady Hendra Setya Wibawa.
Asumsi Sendiri Soal Efek Samping
Dari laporan yang diterima Dinkes Provinsi Jawa Barat, nakes yang masih khawatir soal efek samping suntikan ganda biasanya tidak berani langsung suntik ganda.
“Biasanya kalau suntikan ganda, mereka mengundur gitu, dua minggu atau tiga minggu. Jadi enggak berani,” tutup Rochady.
“Padahal, efek samping enggak ada (besar), cuma mereka berasumsi sendiri. Kalau kita sekarang lagi musim istilahnya self-diagnosis.”
Self-diagnosis adalah asumsi yang menyatakan bahwa seseorang terkena suatu penyakit berdasarkan pengetahuannya sendiri.