Liputan6.com, Jakarta - Sore itu, seorang anak bernama Sanu mendorong troli berisi beberapa jeriken ukuran lima liter yang sudah penuh terisi air bersih. Ditemani sang adik, Sanu baru selesai mengambil air dari keran yang tak jauh dari rumahnya di Desa Basmuti, Kecamatan Kuanfatu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Yang menarik perhatian, tak seperti jeriken pada umumnya, wadah air milik Sanu ditulisi nama.
"Iya, ini jeriken diberi nama memang agar tidak tertukar dengan milik orang lain," tutur Sanu sembari menunjuk jeriken putih bertinta hitam bertuliskan namanya.
Baca Juga
Selain Sanu, seorang warga Desa Basmuti yakni Yohanis Panab juga menceritakan nikmatnya sudah memiliki sumber air bersih yang letaknya tak jauh dari rumah.
Advertisement
"Terima kasih, doa kami didengarkan. Kami sudah tidak perlu lagi jauh-jauh ambil air," kata Yohanis dengan suara lantang kepada Liputan6.com di akhir Mei 2023.
Kebahagiaan Sanu dan Yohanis serta 200-an keluarga di Desa Basmuti bisa mengakses air bersih dari keran dekat rumah sebenarnya baru dirasakan sejak Maret 2023. Sebelumnya, selama bertahun-tahun tinggal di wilayah tandus, warga di Desa Basmuti harus berjuang mendapatkan air, terutama di musim kemarau.
Masyarakat di sana harus berjalan kaki menuruni lereng sejauh 2 kilometer demi mengambil air bersih di mata air. Lalu, kembali ke rumah dengan memikul air bersih sekitar 20 liter yang terbagi dalam empat jeriken.
Selain berat, jalan setapak yang dilewati menanjak dan terjal. Awal-awal melakukan perjalanan ini, butuh waktu sekitar dua jam.
"Empat jeriken air itu kami bawa, satu jeriken itu pun sudah habis di jalan. Jadi, sampai rumah ada tiga jeriken itu untuk malam dan pagi. Sorenya balik lagi (ambil air di mata air)," cerita Yohanis.
Dulu untuk mencuci baju dilakukan di mata air yang dekat sungai itu. Usai mencuci baju, warga tak langsung pulang, melainkan menjemur pakaian di batu-batu besar yang ada di sungai. Setelah cucian kering, baru sore harinya kembali ke rumah.
"Kalau langsung pulang, dipikul basah-basah tidak kuat untuk naik. Jadi, sudah kering baru dibawa ke rumah," tutur Yohanis.
Begitulah perjuangan warga sekitar mengakses air bersih di tahun-tahun lalu.
Bantuan Wahana Visi Indonesia, Dekatkan Air ke Rumah-Rumah
Cerita pedih di atas berubah menjadi sukacita setelah organisasi kemanusiaan Wahana Visi Indonesia menginisiasi pembangunan jaringan air bersih (JAB) di Desa Basmuti.
Bersama-sama, pemerintah dan masyarakat desa bergotong royong mengupayakan pembangunan JAB ini berjalan lancar.
Pembangunan JAB berjalan sejak Agustus 2022, mulai dari membangun saluran mata air hingga ke penampungan, pemasangan panel surya sebagai pembangkit pompa, hingga kemudian bisa disalurkan ke delapan titik keran umum sejak Maret 2023.
Saat ini, air yang bisa ditampung di bak penampungan sekitar 8700 liter untuk dialirkan ke 203 keluarga yang ada di Dusun 1 dan sebagian Dusun 2 Desa Basmuti.
Area Program Manager WVI Cluster Timora (Timor dan Alor) Berwaddin Ibrani Simbolon mengungkapkan bahwa saat ini masih ada pengembangan. Rencananya, bakal ditambah lagi delapan titik keran. Serta dalam waktu dekat juga akan dibuat sambungan JAB untuk bisa di rumah-rumah masyarakat paling rentan.
"Kami akan dukung sambungan air ke rumah-rumah untuk masyarakat yang paling rentan, seperti masyarakat yang punya balita, ibu hamil, orang dengan disablitas. Itu yang kami prioritaskan," tutur Waddin ke Liputan6.com.
Data yang sudah masuk ke WVI, paling tidak ada sekitar 50 keluarga yang bakal mendapatkan sambungan jaringan air bersih hingga ke rumah.
"Perihal masyarakat yang bakal mendapatkan sambungan air bersih ke rumah ini sudah dibicarakan di masyarakat. Kita sudah musyawarah, berdasarkan kriterian yang sudah disepakati bersama terkumpul 50 keluarga," kata Waddin.
Advertisement
Sumber Daya Desa Luar Biasa
Saat awal proses pembangungan JAB ini berjalan, peran serta masyarakat luar biasa. Misalnya dalam pembangunan bronjong atau gabion di dekat mata air. Bronjong merupakan suatu anyaman yang umumnya berbentuk kotak persegi yang terbuat dari kawat baja di dalam diisi dengan batu-batu berukuran sedang hingga besar.
Kehadiran bronjong ini dibutuhkan untuk mengamankan mata air dari air sungai.
Dalam pembuatan bronjong, masyarakat membuat jadwal. Setiap hari, bapak-bapak secara bergantian bekerja sama membangun bronjong dari jam 9 pagi hingga 4 sore. Sementara para ibu, secara bergantian pula menyiapkan makanan dan camilan.
Masyarakat yang kompak, material (batu dan pasir) yang sudah tersedia dari alam di sana, serta lahan yang digunakan dalam pembuatan JAB menunjukkan sumber daya Desa Basmuti yang besar.
"Sebenarnya, sumber daya desa ini jauh lebih besar dari apa yang kita bawa. Jadi, masyarakat bekerja secara gotong royong dengan jadwal bergantian, lalu material yang digunakan berasal dari desa serta lahan yang digunakan sebenarnya itu jauh lebih besar dari apa yang kita bawa," tutur Waddin.
Jaringan Air Bersih Bakal Bisa Diakses di Seluruh Warga Desa Basmuti
Pemerintah Desa Basmuti dengan anggaran 2023 sudah menganggarkan pembangunan tempat penampungan air dengan kapasitas 30 ribu liter. Dengan kapasitas air yang lebih besar maka seluruh warga yang ada di Desa Basmuti bisa menikmati air bersih.
"Dana desa ada anggaran untuk membuat bak reservoir (tempat penampungan air) berkapasitas 30 ribu liter. Tujuannya agar bisa didistribusikan ke seluruh masyarakat di Desa Basmuti yakni juga ke Dusun 2 dan Dusun 3," kata Kepala Desa Basmuti Wempi Biliu.
Wempi pun berharap, kehadiran JAB ini bisa segera menekan angka stunting di Desa Basmuti. Apalagi, saat ini masih ada 17 anak stunting di sana.
"Dengan progres ada JAB ini, bisa mengurangi angka stunting mengingat angka stunting kami cukup tinggi," tutur Wempi.
Menurut riset Kementerian Kesehatan ketidakhadiran air bersih erat kaitannya dengan stunting. Data Kemenkes menunjukkan stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen.
Advertisement