Kerap Terjadi Pada Anak, Ini Penyebab Fimosis dan Cara Menanganinya

Fimosis adalah kondisi pada penis yang dialami pria dewasa serta anak-anak yang belum disunat. Berikut penyebab dan cara menanganinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jun 2023, 10:49 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi penis (pixabay)
Apa Itu Fimosis? (pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Fimosis adalah kondisi yang memengaruhi penis pria dewasa serta anak-anak yang belum disunat. Seseorang yang menderita fimosis, kulup penisnya terlalu ketat dan tidak dapat ditarik ke belakang kepala penis, menurut Cleveland Clinic.

Ini mungkin terlihat seperti terdapat cincin ketat atau 'karet gelang' yang melingkari kulup di sekitar ujung kemaluan.

Dikutip dari KlikDokter, gejala utama fimosis adalah kulup penis yang tidak bisa ditarik ke belakang pada usia 3 tahun. Kulup yang juga disebut preputium, ketat saat lahir, tetapi biasanya menjadi lebih longgar saat anak berusia 2 tahun.

Antara usia 2 dan 6, kulup mengendur dan mulai terpisah dari kepala penis. Akan tetapi, proses ini dapat memakan waktu lebih lama pada beberapa anak laki-laki. Pada usia sekitar 17 tahun, anak laki-laki seharusnya sudah bisa dengan mudah menarik kulup penisnya.

Kesulitan menarik kulup pada usia tersebut mengindikasikan terjadinya fimosis.

Kendati demikian, tidak semua fimosis harus diwaspadai. Cleveland Clinic menyebut kondisi ini menjadi masalah hanya ketika menimbulkan gejala yang mengganggu. Ini mungkin terjadi jika fimosis sudah parah dan meninggalkan lubang seukuran lubang jarum.

Terdapat dua jenis fimosis, yaitu fisiologis dan patologis. Fisiologis berhubungan dengan masa kanak-kanak dan biasanya sembuh seiring bertambahnya usia.

Sementara itu, jenis patologis dikaitkan dengan kondisi yang disebut balanitis xerotica obliterans (BXO), yaitu dermatosis inflamasi sklerosis progresif pada kulup dan kelenjar penis.

Seberapa Umumkah Fimosis?

Fimosis
Fimosis

Fimosis ditemukan pada hampir semua bayi baru lahir, sebelum kemudian kulup berubah secara bertahap sehingga dapat ditarik kembali. Menurut Cleveland Clinic, hanya terdapat sekitar satu persen orang yang masih memiliki fimosis setelah menginjak usia 16 tahun.

Seseorang dengan fimosis mungkin mengalami gejala sebagai berikut:

-Kemerahan atau perubahan warna yang mungkin terjadi akibat infeksi atau iritasi.

-Pembengkakan (peradangan), yang mungkin terjadi akibat infeksi atau iritasi.

-Nyeri.

-Nyeri saat buang air kecil (disuria).

-Nyeri saat ereksi berhubungan seksual.

Penyebab Fimosis

Menurut Cleveland Clinic, terdapat beberapa penyebab fimosis patologis, termasuk:

-Tidak menjaga kebersihan. Meski terasa nyeri dan sakit, penting untuk membersihkan kemaluan dengan benar demi mencegah infeksi.

-Masalah kulit seperti eksim, psoriasis, lichen planus dan lichen sclerosus dapat mempengaruhi penis Anda.

-Adhesi preputial, atau jaringan parut, yang menjaga kulup melekat pada ujung kelenjar penis Anda.

-Cedera.

-Infeksi, termasuk penyakit menular seksual.

Cara Mengobati Fimosis

Gambar Ilustrasi Dokter Sedang Melakukan Sunat
Sunat Sumber: Freepik

Fimosis fisiologis (bawaan) yang juga disebut fimosis primer biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak.

Sebaliknya, fimosis patologis yang juga disebut fimosis sekunder, memang perlu diobati.

Adapun beberapa hal yang biasanya disarankan dokter untuk mengatasi fimosis, antara lain:

  • Meregangkan kulup setelah sekitar dua minggu menggunakan krim steroid. Sebagai catatan, Anda harus melakukannya dengan sangat lembut, menariknya kembali hanya sejauh yang bisa dilakukan tanpa menimbulkan rasa sakit sama sekali.
  • Sunat. Sunat atau sirkumsisi adalah operasi pelepasan kulit kulup yang menutupi ujung penis. Dokter akan menganjurkan prosedur sunat apabila pengobatan fimosis dengan terapi kortikosteroid hasilnya belum memuaskan.
  • Konsultasikan masalah fimosis dengan dokter jik khawatir tidak bisa menggerakkan kulup. Selain itu, hubungi dokter jika kesulitan buang air kecil atau merasakan sakit.

Komplikasi serta Cara Menjaga Kebersihan

Kenali Varikokel dan Gejalanya yang Rentan Mengganggu Kesehatan Alat Reproduksi Pria Muda
varikokel merupakan penyakit terjadi ketika pembengkakan pembuluh darah vena dalam skrotum atau kantong buah zakar. (Copyright foto: Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pengobatan yang dilakukan untuk menangani fimosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Komplikasi yang berkaitan dengan aplikasi steroid biasanya berhubungan dengan penggunaan steroid oral dalam jangka panjang.

Sementara itu, sunat dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti, pendarahan, infeksi, kulup yang terlalu panjang atau pendek, serta nyeri.

Fimosis fisiologis memang tidak dapat dicegah. Kendati demikian, penting untuk menjaga penis tetap bersih. Orang tua atau babysitter harus tahu cara membersihkan penis yang benar.

Seiring bertambahnya usia anak, ia harus diajarkan cara untuk menjaga kebersihan area kemaluannya sendiri, baik ia memiliki fimosis atau tidak.

Gunakan sabun lembut dan air hangat untuk membersihkan penis setiap hari, dan keringkan dengan lembut setelahnya. Pastikan tangan dan pakaian yang digunakan bersih.

Selain itu, jika Anda aktif secara seksual, jangan khawatir sebab Anda masih dapat melakukan hubungan seksual meski memiliki fimosis. Hanya saja, pastikan untuk menggunakan alat kontrasepsi saat melakukannya. Ini karena gesekan yang ditimbulkan akibat aktivitas seksual tanpa alat kontrasepsi dapat menyebabkan kulup robek.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 5 Tips Pakai Masker Cegah Covid-19 untuk Anak. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Pakai Masker Cegah Covid-19 untuk Anak. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Ini Bisa Cegah & Obati Pasien Covid-19?
Infografis 6 Cara Ini Bisa Cegah & Obati Pasien Covid-19? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya