Antraks Penyakit Zoonosis, Penularannya Tidak Bisa Terjadi dari Manusia ke Manusia

Sebagian orang mungkin masih asing dengan antraks. Namun, dari tahun ke tahun, kasus antraks sebenarnya masih terus terdeteksi di berbagai provinsi di Indonesia.

oleh Diviya Agatha diperbarui 07 Jul 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2023, 10:00 WIB
Sapi Termahal di Dunia
Kasus antraks sendiri sudah terdeteksi sejak puluhan tahun lalu di Indonesia, tepatnya sejak 1880-an. (Sumber foto: Juliana e Mariana Amorim/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Sebagian orang mungkin masih asing dengan antraks. Kasus antraks sendiri sudah terdeteksi puluhan tahun lalu di Indonesia, tepatnya sejak 1880-an.

Dari tahun ke tahun, kasus antraks masih terdeteksi di berbagai provinsi di Indonesia. Kasus yang paling baru dilaporkan di Gunungkidul, DI Yogyakarta dengan tiga orang meninggal dunia dan 93 orang positif.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dr Imran Pambudi pun mengungkapkan bahwa antraks adalah penyakit zoonosis.

Artinya, penyakit antraks dapat ditularkan dari hewan ke manusia, bukan dari manusia ke manusia.

"Ini (antraks) zoonosis. Jadi penularan tidak dari manusia ke manusia," ujar Imran saat konferensi pers bersama Kemenkes RI, Kamis (6/7/2023).

Bukan Cuma Sapi

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), Dr drh Nuryani Zainuddin mengungkapkan bahwa antraks disebabkan oleh sebuah bakteri, bukan virus.

"Jadi bersifat akut dan menyebabkan kematian pada hewan, dan ini zoonosis yang bisa menular dari hewan ke manusia," kata Nuryani.

Nuryani menjelaskan, hewan rentan yang dapat terkena antraks bukan hanya sapi. Melainkan juga kambing, domba, kerbau.

Selain itu, kuda, babi, rusa, kelinci, marmut, hingga mencit turut masuk dalam kategori hewan yang bisa terkena antraks.

"Tidak menyerang unggas dan burung, kecuali burung unta. Nah, kadang-kadang ada persepsi yang salah. Kemudian tidak juga menyerang hewan berdarah dingin," ujar Nuryani.

Gejala Klinis dari Hewan yang Positif Antraks

Waspada Antraks, Tegal Setop Terima Daging Sapi dari Yogyakarta
DKPP Tegal menghentikan lalu lintas daging sapi dari Yogyakarta. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Lebih lanjut Nuryani menjelaskan apa-apa saja gejala klinis pada hewan yang positif antraks. Gejala yang dapat muncul berupa hewan bisa mengalami demam tinggi pada awal infeksi.

"Ternak kemudian gelisah, sulit bernapas, kejang, rebah, dan mati. Tidak jarang ternak ini mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis," kata Nuryani.

"Kalaupun ada gejala klinis, terlihat pendarahan keluar dari lubang-lubang kumlah seperti telinga, hidung, dan mulut," sambungnya.

Hewan Terkena Antraks Mati, Harus Apa?

Waspada Antraks, Tegal Setop Terima Daging Sapi dari Yogyakarta
DKPP Tegal menghentikan lalu lintas daging sapi dari Yogyakarta. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Dalam kesempatan yang sama, Nuryani turut menjelaskan apa-apa saja yang bisa dilakukan saat hewan antraks mati. Menurut Nuryani, sapi atau hewan lainnya yang positif antraks tidak boleh dibedah atau dibuka.

Artinya, saat sudah terinfeksi dan mati, hewan harus melalui proses pembakaran dan dikubur untuk mencegah penularan. Hindari membuka apalagi membedah hewan karena bisa menyebabkan spora menjadi aktif.

"Harus dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan, karena ketika dibedah spora akan keluar, spora akan masuk ke dalam tanah dan bertahan selama puluhan tahun," kata Nuryani.

Apa yang Dimaksud dengan Spora Antraks?

Virus Antraks. (Science Photo Library)
Bakteri yang jadi penyebab antraks bisa bertahan di tahan selama puluhan tahun. (Science Photo Library)

Sebelumnya, Imran sempat mengungkapkan perihal spora antraks yang memang bisa puluhan tahun berada di dalam tanah.

Imran menjelaskan, bakteri penyebab antraks yang kontak dengan udara memang akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap lingkungan dan bahan kimia tertentu.

"Bakteri penyebab antraks ini bila kontak dengan udara itu akan membentuk spora, dimana spora ini fungsinya sebagai pelindung," ujar Imran.

"Sehingga bakteri yang ada di dalam spora ini akan sulit untuk mati, karena dia terlindungi dengan spora, dan ini bisa bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah," pungkasnya.

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai kenali faktor-faktor risiko bunuh diri
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya