Liputan6.com, Jakarta Perihal minta maaf. Anda mungkin salah satu orang yang terbiasa meminta maaf dengan terlalu sering, bahkan pada hal-hal yang sebenarnya bukan kesalahan.
Jika pun bukan Anda orangnya, bisa jadi Anda pernah mendapati orang lain yang punya kepribadian serupa, meminta maaf dengan terlalu sering.
Baca Juga
Frekuensi meminta maaf tanpa disadari meningkat hingga membuat Anda bisa diperingatkan orang lain untuk tidak perlu terlalu sering meminta maaf. Namun, benarkah terlalu sering minta maaf berarti buruk?
Advertisement
Faktanya, sebuah studi yang dipublikasikan dalam Personality and Social Psychology Bulletin bertajuk The Social Consequences of Frequent Versus Infrequent Apologizing justru menemukan manfaat di baliknya.
"Saya sudah mempelajari permintaan maaf selama 15 tahun, dan saya sering ditanya apakah mungkin untuk meminta maaf terlalu banyak,” kata Karina Schumann, seorang profesor di Universitas Pittsburgh sekaligus penulis studi mengutip PsyPost, Rabu (23/8/2023).
Minta Maaf Bukan Berarti Lemah
Karina mengakui jikalau ada masyarakat yang ingin mengetahui perihal dampak dan manfaat dari terlalu sering minta maaf. Apakah ada dampak dan manfaat yang diberikan dari keseringan minta maaf?
"Apakah orang yang sering meminta maaf dianggap tidak kompeten, lemah, atau menyebalkan? Apakah mereka dianggap bermoral dan hangat?" kata Karina.
"Saya dan rekan ingin memeriksa pertanyaan-pertanyaan penting ini, dan juga menguji apakah menjadi orang yang sering meminta maaf atau justru jarang meminta maaf dapat memengaruhi persepsi korban terhadap permintaan maaf tertentu," sambungnya.
Hasil Studi soal Manfaat Terlalu Sering Minta Maaf
Karina dan rekannya menemukan bahwa kepribadian yang sering minta maaf justru memiliki kualitas yang baik, seperti kejujuran dan kehangatan, dibandingkan dengan mereka yang punya kepribadian tidak pernah meminta maaf.
"Berlawanan dengan harapan kami, orang ternyata tidak meremehkan permintaan maaf dari mereka yang sering meminta maaf," ujar Karina.
"Artinya, orang yang menerima permintaan maaf dari seseorang yang sangat sering meminta maaf sebenarnya tidak menanggapi permintaan maaf tersebut secara berbeda dibandingkan ketika mereka menerima permintaan maaf dari seseorang yang sangat jarang meminta maaf,” sambungnya.
Hanya saja, memang ada efek tidak langsung pada mereka yang punya kepribadian sering meminta maaf. Efek itu berkaitan dengan perasaan ingin diperhatikan, kepuasan dengan permintaan maaf, dan pengampunannya.
Advertisement
Studi Lanjutan Teliti Kebiasaan Meminta Maaf ke Pasangan
Dalam studi selanjutnya, Karina dan rekannya mencari tahu soal kebiasaan meminta maaf dalam hubungan romantis. Menariknya, hasil menunjukkan jikalau orang yang sering meminta maaf tidak selalu merupakan peminta maaf yang baik.
"Temuan paling utama dari penelitian kami adalah bahwa orang yang sangat sering meminta maaf dianggap lebih hangat dan bermoral daripada mereka yang jarang meminta maaf," kata Karina.
"Mereka juga dianggap kurang asertif dan kuat. Namun, kami menemukan ini hanya terjadi ketika orang dianggap sebagai peminta maaf berkualitas rendah."
Kesimpulan dari Kebiasaan Sering Minta Maaf
Sehingga, Karina dan rekannya berkesimpulan bahwa jika memang Anda menjadi orang yang sering meminta maaf, pastikan untuk memberi perhatian khusus terkait hal yang membuat Anda meminta maaf tersebut.
"Jadi bagi Anda yang sering meminta maaf, pastikan untuk memberikan perhatian khusus pada kualitas permintaan maaf yang Anda berikan," kata Karina.
Hal itu akan lebih bermanfaat lagi jika permintaan maaf yang ditawarkan punya kualitas tinggi, alias tidak asal-asalan.
"Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa menjadi orang yang sering meminta maaf memiliki manfaat yang lebih besar, terutama jika Anda menawarkan permintaan maaf yang berkualitas tinggi," pungkasnya.
Advertisement