Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa anak usia enam bulan mulai butuh Makanan Pendamping ASI (MPASI) sebagai tambahan energi, protein, dan nutrisi lainnya. Tujuannya tak lain untuk membantu anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
“Semakin besar usia bayi, maka kebutuhan energi dan kebutuhan nutrisinya juga bertambah. Maka setelah bayi berusia enam bulan mulai diperkenalkan MPASI secara bertahap, baik tekstur, porsi, dan jadwal pemberian,” ujar Health Communicator Kalbe Nutritionals, dr. Dewi Virdianti P. dalam live Instagram @ptkalbefarmatbk dikutip Senin (4/9/2023).
Baca Juga
“Apabila tidak diberikan tepat waktu, dapat berakibat kurangnya pemenuhan nutrisi anak, serta kebutuhan energi dan protein tidak cukup,” tambahnya.
Advertisement
Dampak lain bila nutrisi tidak terpenuhi, anak menjadi rewel, merasa selalu lapar, dan mudah sakit. Jika kondisi ini dibiarkan dan tidak ditangani dengan tepat, akan berisiko terjadinya gangguan pertumbuhan mengarah ke stunting. Selain itu, dapat pula meningkatkan risiko terjadinya alergi karena pengenalan makanan lebih lambat dibandingkan semestinya.
“MPASI harus diberikan bertahap, karena perut bayi berukuran kecil. Misalnya, di usia enam bulan pertama kita berikan dua sampai tiga makan besar sehari dan 1-2 kali makan kecil, itu ukurannya 2-3 sendok makan dan tidak boleh dipaksa supaya tidak trauma,” kata Dewi.
Perhatikan juga mengenai tempat makannya, lanjut Dewi. Ini harus dipisah dengan yang dewasa. Selain faktor kebersihan, mulut bayi masih kecil sehingga ukuran alat makannya harus disesuaikan.
Perhatikan Tekstur dan Porsi MPASI
Tekstur MPASI juga perlu diperhatikan. Awalnya, anak diberikan makanan yang halus (solid food), kemudian mulai agak bertekstur. Dilanjutkan makanan yang mulai kasar dan nanti setelah di atas satu tahun bisa makan sesuai dengan menu keluarga.
Untuk asupan nutrisinya, orangtua bisa melihat pedoman isi piringku. Yakni, kebutuhan protein hewani sebanyak 30 persen, karbohidrat sebagai sumber energi kira-kira 35 persen dari total isi piringku, dan lengkapi dengan sayur, buah, dan kacang-kacangan.
Sumber asupan nutrisi untuk anak usia enam hingga delapan bulan sebanyak 70 persen dari ASI dan 30 persen asupan dari makanan padat. Sedangkan untuk anak usia sembilan bulan, 50 persen ASI dan 50 persen makanan padat.
“Kemudian, untuk anak usia satu tahun, butuh 30 persen ASI dan 70 persen makan besar,” jelas Dewi.
Dewi menambahkan, anak harus mendapatkan berbagai macam variasi makanan dan MPASI yang bisa membantu memberikan nutrisi.
Advertisement
Pentingnya Perhatikan Tahap MPASI
Berbagai tahapan pemberian MPASI dibuat bukan tanpa alasan. Ini berpengaruh pada tumbuh kembang bayi.
Tahapan yang baik dapat mencegah anak mengalami berbagai gangguan seperti speech delay atau keterlambatan bicara.
Studi mengungkap, anak-anak yang dapat naik level tekstur dan makan beragam finger food memiliki koordinasi gerakan rahang dan kemampuan mengunyah yang lebih baik. Ketimbang anak yang hanya mengonsumsi MPASI bertekstur lembek.
Hal tersebut berkaitan dengan keterampilan oromotor (keterampilan dasar makan). Level MPASI yang naik seiring waktu membuat anak lebih terampil dalam menggerakkan lidah ke semua sisi dengan membentuk bunyi t, d, k, dan, g.
Berkaitan pula dengan kemampuan oromotor bibir untuk mempertahankan makanan dalam mulut dengan baik untuk mengucapkan bunyi m, p, dan, b.
Serta melatih rahang dan otot belakang mulut dengan gerakan menghisap dengan membentuk bunyi i dan p.
Tahapan Tekstur MPASI
Menurut tulisan yang ditinjau ulang oleh dokter spesialis anak Jennie Dianita di laman Tentang Anak, ada beberapa tahapan tekstur MPASI sesuai usia anak yakni:
- Anak umur enam bulan tekstur MPASInya bubur kental/puree dihaluskan
- Anak umur enam sampai sembilan bulan bubur kental makanan yang dilumatkan
- Anak umur sembilan sampai 11 bulan makanan dicincang halus lalu kasar
- Anak umur 12 sampai 23 bulan makanan keluarga dihaluskan jika perlu.
Jika tahapan ini dilalui dengan baik, maka kemampuan anak dalam melatih lidah dan rahang pun semakin baik dan risiko keterlambatan bicara akan semakin kecil.
Advertisement