Ditemukan 1 Kasus Cacar Monyet di Bandung, Kemenkes: Kasus Mpox Sekarang Sudah Ada 21

Kasus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) sekarang sudah ada 21 kasus. Selain dari Jakarta dan Tangerang Selatan, ada temuan satu kasus di Bandung.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2023, 07:00 WIB
Waspada Cacar Monyet yang Kini Merebak di Eropa hingga Australia, Kenali Gejala serta Cara Pencegahannya
Cacar monyet kini tengah merebak di sejumlah negara di Eropa, terbaru Australia. Simak gejala serta cara pencegahannya dari dokter berikut ini. (Unsplash/cdc).

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, ditemukan satu kasus cacar monyet atau Monkeypox di Bandung, Jawa Barat. Dengan demikian, total kasus Mpox di Indonesia menjadi 21 kasus.

"Kasus Mpox sekarang sudah ada 21 kasus. Selain dari Jakarta dan Tangerang Selatan, ada temuan satu kasus di Bandung," kata Nadia di Jakarta, Minggu (29/10), dilansir Antara.

Meski demikian, Nadia tidak merinci lebih lanjut mengenai kondisi pasien maupun lokasi dari kasus cacar monyet di Bandung.

Menurut nadia, jumlah kasus Mpox telah bertambah dari laporan sebelumnya per 27 Oktober 2023 yang mencapai 17 kasus dan seluruhnya berasal dari DKI Jakarta.

Hasil penelusuran kontak erat dari 21 kasus cacar monyet, kata Nadia, seluruhnya masih dinyatakan negatif.

"Hasil kontak masih negatif," tuturnya.

Sementara itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menginformasikan, per 13 Oktober 2023 terdapat 15 orang dengan kasus positif cacara monyet. Satu kasus diantaranya dinyatakan sembuh pada Agustus 2022.

Ketua Satgas Mpox PB IDI Hanny Nilasari mengatakan, seluruh pasien positif bergejala ringan dan tertular secara kontak seksual. Pasien seluruhnya berjenis kelamin laki-laki usia 25-50 tahun.

Data DKI Jakarta juga menyebutkan, terdapat 20 orang dengan hasil PCR negatif dan 2 orang lainnya masih menunggu hasil PCR.

 

Hindari Perilaku Seks Berisiko

Lebih dari 90 persen kasus Mpox di dunia, kata Hanny, dilaporkan pada populasi khusus yaitu homoseksual dan biseksual.

Hanny menyarankan, populasi risiko tinggi misalnya memiliki multipartner, dan kondisi imunokompromais (autoimun, penyakit kronis lainnya) sedapat mungkin menghindari perilaku yang berisiko.

"Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman, menggunakan kondom serta lakukan vaksinasi," ucapnya.

Diketahui, Kemenkes juga telah menyediakan vaksinasi Mpox dan telah diberikan pada 251 orang dari target 495 orang.

Indonesia Bakal Dapat Vaksin Mpox dari ASEAN

Indonesia akan mendapat kiriman 2.000 dosis vaksin cacar monyet atau Monkeypox dari ASEAN. Vaksin tambahan ini direncanakan datang dalam waktu dekat.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, kiriman 2.000 dosis vaksin cacar monyet itu termasuk bantuan dari ASEAN.

"Kemarin malam, kami mengadakan rapat dengan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes). Ini kan karena vaksinnya terbatas, tapi kita dapat bantuan ASEAN, ada 2.000-an dosis," ungkap Maxi saat Konferensi Pers: Update Penanganan kasus Mpox di Indonesia, Kamis (26/10/2023).

"Katanya itu untuk dikirim ke Indonesia. Saya kira dalam waktu dekat, kita ada 2.000-an vaksin."

Kasus Cacar Monyet di Indonesia Diprediksi hingga 3 Ribu Kasus Dalam Setahun

Mengenai kasus cacar monyet di Indonesia, Kemenkes memprediksi bisa tembus hingga lebih dari 3.000 kasus dalam setahun. Prediksi ini disampaikan melalui hasil pertemuan antara Kemenkes bersama para epidemiolog beberapa waktu silam.

Menurut Maxi, angka tersebut dihitung dari jumlah populasi kunci yang berisiko seperti Lelaki Suka Lelaki (LSL) dan biseksual.

"Kalau saya ditanya prediksi. Kami kemarin mengundang epidemiolog. Mereka dengan menggunakan rate yang terjadi itu memperkirakan kasus dihitung dari jumlah populasi kunci, itu bisa sampai 3600-an orang ya," papar Maxi saat Konferensi Pers: Update Penanganan kasus Mpox di Indonesia, Kamis (26/10/2023).

"Nah, itu kalau tidak dilakukan intervensi dengan baik, terutama edukasi pada mereka. Vaksinasi oke, tapi yang paling utama itu edukasi," lanjut Maxi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya