Liputan6.com, Jakarta - Seringkali kata-kata "kesehatan mahal" terucap, yang menunjukkan bagaimana pengobatan dan perawatan karena penyakit bisa menguras banyak uang. Apalagi berhadapan dengan penyakit seperti jantung, stroke, atau diabetes yang butuh penanganan khusus dan obat-obat mahal.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menuturkan, banyak orang malah baru sadar kalau kesehatan itu mahal saat sudah sakit.Â
Baca Juga
Menurutnya, hal itu terbilang telat atau terlambat. Hal ini lantaran awalnya, orang merasa tidak percaya bahwa kesehatan itu mahal.
Advertisement
"Kesehatan mahal ya benar mahal, banyak yang enggak percaya. Maka, kita harus jaga kesehatan," tutur Ghufron usai pertemuan bersama Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) di Gedung Kemenko PMK, Jakarta pada Kamis, 11 Januari 2024.
"Orang baru sadar kesehatan mahal dan kesehatan itu penting pada waktu sakit, ya udah telat."
Cegah Sakit dengan Perilaku Hidup Sehat
Ghufron berpesan agar masyarakat menjaga kesehatan agar jangan sampai sakit. Penerapan pola hidup sehat, seperti pola makan seimbang dan aktivitas fisik dapat membantu tubuh tetap bugar.
"Kita mesti jaga lah kesehatan, jaganya ya sebelum sakit dengan pola perilaku hidup sehat dan segala macem. Kita jaga di situ," ucapnya.
"Orang bijak selalu mengatakan, health is not everyhing but without health, everything is nothing (kesehatan bukanlah segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan, segalanya tidak ada apa-apanya)."
Belum Semua Peserta JKN Mengisi Skrining
Demi menjaga orang tetap sehat, BPJS Kesehatan sudah menerapkan pencatatan skrining.Â
Pencatatan Skrining Riwayat Kesehatan BPJS Kesehatan dapat diakses masyarakat di situs https://webskrining.bpjs-kesehatan.go.id/skrining/index.html?fbclid=PAAaaP2l1SVfGsxchMzAv8fTJxnlNNul3LkbDBgGJZFGFbHscFrPrRvoIIVe8.Â
Namun, Ali Ghufron Mukti mengakui belum semua peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengisi skrining.
"BPJS melakukan hal prevention (pencegahan) ya skrining. Skrining ini tinggal ngisi (daftar pertanyaan skrining kesehatan riwayat kesehatan). Ini belum semua peserta ya, baru 23 juta lebih," imbuhnya.Â
Skrining bertujuan untuk mengidentifikasi risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan gagal ginjal. Skrining ini sangat penting karena dapat membantu seseorang mengambil tindakan preventif lebih awal jika ditemukan risiko penyakit.
Advertisement
Negara-negara dengan Biaya Layanan Kesehatan Paling Mahal
World Economic Forum mencatat negara-negara di lingkup Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dengan pengeluaran layanan kesehatan paling mahal.
Amerika Serikat (AS) menempati urutan teratas dengan pengeluaran per kapita untuk perawatan kesehatan (termasuk publik dan swasta serta pengeluaran wajib dan sukarela) lebih tinggi daripada di negara lain di dunia.
Rata-rata biaya perawatan kesehatan di AS mencapai $12.318 per orang pada tahun 2021. Di Jerman, angka itu berada di $7,383 atau 40 persen lebih rendah.
Namun, Amerika Serikat tertinggal di belakang negara-negara lain dalam beberapa aspek seperti harapan hidup dan asuransi kesehatan, tulis laporan World Economic Forum berjudul, Charted: The countries with the most expensive healthcare yang diunggah 9 Februari 2023.
Biaya kesehatan yang tinggi juga ada di negara-negara berbahasa Jerman, Belanda dan Skandinavia.
Biaya Kesehatan per Kapita di Negara OECD
Biaya kesehatan sedikit lebih rendah, sekitar $5.000 per kapita ditempati oleh Prancis, Kanada, Inggris, Australia dan Jepang. Di antara negara-negara maju, biaya per kapita perawatan kesehatan adalah yang terendah di Eropa Timur.
Selama pandemi COVID-19, biaya perawatan kesehatan mulai meningkat lebih tajam di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).Â
Berikut ini rincian negara-negara OECD dengan biaya pelayanan kesehatan paling mahal tahun 2021:
(dihitung per kapita)
- ASÂ $12.318
- Jerman $7,383
- Swedia $6.262
- Kanada $5.905
- Inggris $5.387
- Italia $4.038
- Korea Selatan $3.914
- Polandia $2.568
Advertisement