Ibu Hamil dan Baru Melahirkan Rentan Stres, Ini Ciri-Ciri yang Paling Terlihat

Ibu hamil dan ibu yang baru saja melahirkan akan sangat rentan terkena stres yang diakibatkan oleh banyak hal. Stres yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak buruk bagi bayi dan ibu.

oleh Fariza Noviani Abidin diperbarui 05 Apr 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2024, 16:00 WIB
kehamilan
ilustrasi ibu hamil bisa alami stres terutama saat masuk trimester ketiga kehamilan. /copyright unsplash.com/Ömürden Cengiz

Liputan6.com, Jakarta - Kehamilan dan persalinan merupakan momen yang penuh kebahagiaan tapi juga periode yang penuh stres bagi ibu. Perubahan fisik dan hormonal lalu tuntutan baru dalam mengasuh bayi hingga kurangnya waktu tidur dapat berkontribusi pada stres ibu.

Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif pada kesehatan mental ibu seperti kecemasan dan insomnia. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan ibu untuk merawat bayinya dan dapat membahayakan kesehatan mental dan fisiknya sendiri.

Psikolog dan konselor Lieke Puspasari mengatakan bahwa stres pada ibu hamil umumnya muncul pada trimester ketiga hingga menjelang persalinan.

"Mulai trimester ketiga ibu mulai merasa enggak nyaman pada tubuh ya. Perut mulai besar sekali, miring kiri enggak enak, miring kanan engga enak, capek," ucap Lieke dalam Diskusi Media pada Selasa, 2 April 2024 di Jakarta.

Selain perubahan fisik, ibu juga mengalami perubahan hormonal yang bisa memicu stres pada ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan. Hormon esterogen dan progesteron akan mengalami kenaikan saat hamil dan penurunan saat melahirkan.

"Ketika (hormon) turun, timbul perasaan cemas, takut, mulai overthinking."

Hal ini dapat menimbulkan baby blues hingga depresi postpartum pada ibu dan diperparah dengan peningkatan hormon kortisol yang mempengaruhi tubuh dalam merespons stres.

Penyebab stres pada ibu hamil dan pasca melahirkan lainnya adalah karena perubahan kebiasaan. Mulai dari kurang tidur, terlalu banyak bergerak atau tidak sama sekali, emosi yang tidak terkontrol, khawatir dengan bayi, dan lain sebagainya.

Hal-hal di atas akan memicu stres jika tidak mendapatkan dukungan atau bantuan yang tepat untuk sang ibu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ciri Stres Pada Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan

Stres merupakan respon alami tubuh terhadap perubahan dan tuntutan. Meskipun stres merupakan hal yang wajar, penting bagi ibu untuk mengenali tanda-tandanya agar dapat dikelola dengan baik.

Lieke menyebutkan bahwa ciri stres pada ibu hamil adalah adanya nyeri dada dan sesak napas.

"Kemudian ada gangguan penglihatan, nyeri perut dan otot, mudah lupa, sering lelah, detak jantung menjadi lebih cepat," jelasnya.

Tidak Semua Ibu Hamil Alami Stres

Ibu hamil yang stres juga cenderung akan kehilangan minat dalam melakukan hobi atau kesukaannya dan akan lebih mudah marah. Lieke menggarisbawahi bahwa mungkin tidak semua ibu hamil akan merasakan hal-hal ini, karena kondisi kehamilan setiap orang berbeda-beda.

"Memang kondisi itu berbeda-beda dari setiap orang, karena pengaruh dari hormonnya tadi."

Ciri-Ciri Ibu Baru Melahirkan Stres

Sedangkan untuk ciri-ciri stres pada ibu yang baru melahirkan adalah nafsu makan yang berlebihan atau berkurang, menjauh dari lingkungan sekitar, sedih berkepanjangan, dan mengalami perasaan tidak berharga dan ketakutan. 

"Pokoknya sedih berkepanjangan, nangis-nangis. Terus ketakutan, ada yang malah takut bukannya merawat," ucap Lieke.

Jika mengalami hal-hal di atas, penting untuk segara mencari cara untuk mengatasinya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


Bagaimana Cara Mengatasinya?

Dalam mengatasi stres pada ibu hamil dan pasca melahirkan membutuhkan dukungan dan bantuan dari lingkungan, keluarga dan terutama pasangan. 

Lieke menjelaskan bahwa hal ini sangat penting bagi mental ibu. Saat ibu merasa lelah dan butuh istirahat, suami diharapkan dapat membantu istrinya untuk mendapatkan istirahat yang berkualitas. Seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah, atau membantu menjaga anak untuk sementara waktu.

Selain itu, ibu dianjurkan untuk menghindari makan makanan manis, perbanyak lemak sehat dan protein serta tidur sebanyak mungkin atau cukup.

"Artinya, tidur sebanyak mungkin itu kalau kita lagi punya kesempatan tidur, ya tidur," ucap Lieke.

Melakukan hal-hal yang membuat ibu merasa senang dan nyaman juga akan membantu pikiran dan tubuh terasa lebih rileks. Kegiatannya bisa dimulai dari olahraga ringan, seperti yoga dan senam hamil.

Ibu juga bisa memberikan afirmasi pada diri sendiri bahwa hal ini mampu untuk dilewati dan semuanya akan baik-baik saja, "Kita juga perlu afirmasi. Sampaikan pada diri bahwa ini adalah hal dan sesuatu yang wajar dan mampu kita lewati."

Sedangkan, untuk ibu yang baru melahirkan, jika gejala stres yang dialami sudah sampai dititik di mana ibu tidak bisa merawat bayi, maka akan dibutuhkan bantuan profesional untuk sang ibu. 


Dampak Stres Pada Ibu Hamil

Ketika seorang ibu merasakan stres saat kehamilannya, dampak yang dirasakan oleh bayi dan ibu bisa menjadi sangat serius. Berikut dampak stres pada ibu hamil yang dijelaskan oleh Lieke:

  1. Kelainan dalam pembentukan janin.
  2. Menurunkan daya tahan tubuh.
  3. Berkurangnya gerakan janin.
  4. Berat badan bayi rendah.
  5. Kelahiran prematur.
  6. Pendarahan dan tekanan darah tidak stabil.
  7. Bayi dalam kandungan kekurangan oksigen.
  8. IQ bayi menurun.
  9. Gangguan Tidur.
  10. Gangguan bayi rewel, mudah marah, dll.
  11. Bayi rentan mengalami gangguan perkembangan, seperti autisme hingga ADHD.

Sedangkan, untuk stres pada ibu yang baru melahirkan akan menyebabkan masalah menyusui, seperti ASI tidak keluar, mengganggu bonding antara ibu dan anak serta akan meningkat menjadi depresi postpartum.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya