Donor Kornea Masih Minim, Ini Dampaknya Bagi Jutaan Orang yang Terancam Buta di Indonesia

Kebutaan ancam jutaan orang di Indonesia! Minimnya donor kornea perburuk keadaan. Solusi apa yang bisa kita lakukan?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Sep 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2024, 18:00 WIB
Transplantasi kornea bisa pulihkan penglihatan, tapi Indonesia kekurangan donor! (Ilustrasi by AI)
Transplantasi kornea bisa pulihkan penglihatan, tapi Indonesia kekurangan donor! (Ilustrasi by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Kebutaan adalah salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Dan, saat ini, sekitar 3,7 juta orang di Tanah Air mengalami kondisi ini akibat berbagai faktor medis, termasuk kelainan pada kornea.

Meskipun transplantasi kornea merupakan solusi yang efektif, jumlah donor kornea di Indonesia masih sangat minim. Hal ini menjadi tantangan besar bagi jutaan orang yang terancam kehilangan penglihatan mereka.

Apa yang Dimaksud dengan Kornea?

Kornea adalah lapisan transparan yang melindungi bagian depan mata dan memiliki peran krusial dalam penglihatan. Kornea berfungsi menyaring sinar UV, mengatur fokus cahaya, dan melindungi mata dari benda asing.

Namun, kerusakan pada kornea, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, trauma, dan kelainan genetik, dapat mengakibatkan gangguan penglihatan yang parah, bahkan kebutaan.

Menurut data dari Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), diperkirakan satu dari 1.000 penduduk Indonesia mengalami kebutaan akibat kelainan kornea. Jumlah ini sangat mengkhawatirkan, mengingat dampak dari kebutaan tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup individu tapi juga berpotensi menurunkan produktivitas masyarakat.

Tantangan dalam Donor Kornea

Salah satu kendala terbesar dalam mengatasi kebutaan akibat kerusakan kornea adalah minimnya jumlah donor kornea. Ketua Indonesia Cornea Society (INACORS), Dr. Johan A. Hutauruk, Sp.M (K), MD, menjelaskan, kebutuhan akan donor kornea sangat tinggi di Indonesia.

Menurut Johan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjadi donor dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang mampu menangani transplantasi kornea memperburuk situasi ini.

Masyarakat umumnya kurang mendapatkan informasi mengenai proses menjadi donor kornea. Banyak yang tidak mengetahui bahwa setelah meninggal, kornea dapat diambil dan didonasikan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Edukasi dan kampanye mengenai donor kornea sangat penting untuk meningkatkan jumlah donor di Indonesia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dampak Keterbatasan Donor Kornea

Minimnya donor kornea berdampak langsung pada orang-orang yang membutuhkan transplantasi untuk memulihkan penglihatan mereka.

Tanpa akses yang memadai terhadap donor, banyak pasien yang terpaksa menunggu dalam kondisi yang tidak menentu, berpotensi kehilangan peluang untuk melihat kembali.

Kebutaan dapat mengakibatkan keterbatasan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, kesulitan dalam pendidikan, serta tantangan dalam mendapatkan pekerjaan.

Lebih jauh lagi, kebutaan juga dapat meningkatkan risiko gangguan mental. Orang yang mengalami kebutaan sering merasa terisolasi, kesepian, dan kehilangan motivasi, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

 


Upaya untuk Meningkatkan Donor Kornea

Banyak organisasi kesehatan, termasuk INASCRS dan ACS, sedang bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini. Melalui program-program pelatihan dan penelitian, mereka berupaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya donor kornea.

Dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk komunitas dan penyedia layanan kesehatan, diharapkan jumlah donor kornea di Indonesia dapat meningkat, sehingga lebih banyak orang dapat diselamatkan dari kebutaan.

Selain itu, pelatihan bagi dokter spesialis mata dalam melakukan transplantasi kornea juga menjadi fokus utama. Dengan meningkatnya jumlah ahli bedah kornea, diharapkan pelayanan transplantasi dapat lebih merata dan efektif di seluruh Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya