Kurang Konsumsi Protein Bisa Sebabkan Tumbuh Kembang Terhambat

Program makan siang gratis bagi anak sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah, kata dokter spesialis gizi klinik, dalam pelaksanaannya sebaiknya memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi anak, termasuk kebutuhan protein.

oleh Tim Health diperbarui 09 Okt 2024, 15:18 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2024, 15:02 WIB
Ilustrasi daging protein seperti ayam dan ikan. (Unsplash/Yulia Gusterina)
Ilustrasi daging protein seperti ayam dan ikan. (Unsplash/Yulia Gusterina)

Liputan6.com, Jakarta - Kekurangan protein bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia Dr dr Luciana B Sutanto, Ms, SpGK(K) menyampaikan, kekurangan protein berdampak pada tumbuh kembang yang terhambat hingga stunting.

"Dampak kekurangan protein yaitu gangguan kesehatan, hambatan tumbuh kembang hingga stunting," kata Luciana, dilansir ANTARA, Senin.

Luciana juga menyampaikan, selain bisa menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, kekurangan protein bisa mengganggu imunitas dan membuat anak lebih rentan sakit.

Oleh karena, anak-anak harus mendapatkan asupan protein sesuai kebutuhan, baik dari sumber protein hewani maupun nabati.

"Pada anak, anjuran konsumsi protein nabati batita adalah 10 persen dari isi piring atau pada balita anjurannya 35 persen adalah protein hewani dan nabati," kata Luciana.

Program makan siang gratis bagi anak sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah, kata Luciana, dalam pelaksanaannya sebaiknya memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi anak, termasuk kebutuhan protein.

Program makan siang gratis ini diharapkan bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah konsumsi protein penduduk Indonesia, yang masih lebih rendah dibandingkan dengan penduduk negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara.

Data Badan Pusat Statistik pada Maret 2023 menunjukkan, konsumsi protein hewani dan nabati penduduk Indonesia rata-rata masih 62,3 gram per kapita per hari.

Sebagai perbandingan, konsumsi protein per kapita per hari penduduk Kamboja sudah 63,3 gram, Thailand sebanyak 66,5 gram, Filipina sebanyak 73,1 gram, Myanmar sebanyak 78,3 gram, Malaysia sebanyak 89,1 gram, dan Vietnam sebanyak 94,4 gram. 

 

Makanan Lokal Kaya Protein Hewani

Terkait penanganan stunting, dalam kesempatan berbeda, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) mengatakan, konsumsi makanan lokal kaya protein hewani bisa mencegah anak terkena stunting dan obesitas.

"Saat ini terapi makanan anti-stunting sekaligus untuk mencegah obesitas. Yaitu dengan memberi anak makanan bermuatan lokal tapi kaya protein hewani. Contohnya di Lampung ini banyak ikan, jadi anak bisa diberi makanan yang ada komposisi ikannya," ujar dr Piprim pada Simposium Nasional IDAI di Bandarlampung pada Februari lalu.

Ia mengatakan dengan memberi anak makanan berbahan baku dari daerah masing-masing yang kaya akan protein hewani, maka akan membantu anak terhindar dari stunting dan juga obesitas, karena gizi anak terpenuhi dengan seimbang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya