Liputan6.com, Jakarta Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Profesor Tjandra Yoga Aditama mengingatkan agar saat program makan bergizi gratis yang dijalankan pemerintahan 2024-2029 Prabowo-Gibran tidak asal-asalan.
Tjandra berharap program makan bergizi itu menerapkan prinsip gizi seimbang pada makanan yang diberikan ke anak-anak.
Baca Juga
"Kita amat berharap agar pelaksanaannya tentunya sesuai prinsip gizi seimbang, atau yang populer dgn istilah Isi Piringku, dimana porsi makanan terdapat makanan pokok karbohirat, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan," kata Tjandra dalam pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com ditulis Senin, 21 Oktober 2024.
Advertisement
Konsep Isi Piringku biasanya dibagi-bagi dalam porsi yakni sepertiga karbohidrat, sepertiga protein hewani atau nabati dan sepertiga sayur & buah-buahanan.
Menurut pria yang pernah menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini, bila program makan bergizi gratis menerapkan gizi seimbang maka ada tiga manfaat yang paling tidak didapatkan anak-anak.
Pertama, untuk menjamin kecukupan gizi, kedua sebagai sumber energi untuk sekolah dan beraktivitas serta ketiga untuk mengatasi dan menghindari berbagai penyakit dan masalah kesehatan.
Selain adanya jaminan soal kandungan gizi dan juga aspek rasa makanan, Tjandra mengingatkan pula bahwa aspek tampilan menarik alias estetik. Tampilan makanan menarik penting juga bagi anakÂ
Â
Kebersihan dan Higienitas Makanan
Selain itu yang tak kalah penting diperhatikan adalah soal kebersihan dan higienitas makanan.
"Gerakan amat masif untuk seluruh negeri maka harus betul-betul dijaga agar jangan sampai terjadi masalah gangguan saluran cerna (apalagi keracunan makanan dan atau penyakit) pada masyarakat yang mengonsumsinya," kata Tjandra.
Ia pun berharap aga program makan bergizi gratis ini sukses dan memberi manfaat besar bagi derajat kesehatan anak bangsa.
Advertisement
Sebelumnya Bernama Makan Siang Gratis
Prabowo Subianto mengubah nama program Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis. Perubahan istilah itu berdasarkan berbagai hasil pengkajian.
Salah satu alasannya, karena anak sekolah dasar mayoritas masuk pagi, sehingga kalau makan siang, terlalu menunggu lama. Bahkan, di berbagai wilayah, siswa sekolah TK dan SD bisa saja pulang sekolah sebelum waktu jam makan siang seperti mengutip Bisnis Liputan6.com.
Dengan mengubah menjadi Makan Bergizi Gratis, siswa bisa tetap mendapatkan makanan tanpa harus menunggu siang. Alhasil, waktunya bisa lebih fleksibel, tidak harus jam makan siang, yaitu 12-13, bisa lebih pagi juga.