Liputan6.com, Jakarta - Daun kelor atau Moringa Oleifera dikenal sebagai tanaman yang kaya akan manfaat. Selain dijadikan bahan obat tradisional, daun kelor juga kerap dijadikan santapan sehat keluarga Indonesia seperti sayur bening.
Guna mendapatkan manfaat maksimal dari daun kelor, maka cara pengolahannya tak boleh sembarangan.
Advertisement
Menurut dokter Theresia Monica Rahardjo atau akrab disapa Dok Mo, ada beberapa prinsip dalam mengolah daun kelor agar manfaatnya bisa didapat secara optimal.
Advertisement
“Ada beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan dalam mengolah daun kelor, yang pertama dari seluruh bagian tanaman kelor, daun kelor merupakan bagian terbaik karena mengandung nutrisi yang sangat lengkap termasuk vitamin dan antioksidan,” kata Dok Mo dalam video TikTok di akun @doktermonica, dikutip Senin (27/1/2025).
Dok Mo menambahkan, merebus daun kelor sebaiknya tidak terlalu lama. Pasalnya, kelor segar memiliki kandungan vitamin C dan E yang sangat tinggi.
“Vitamin C dan E sensitif terhadap suhu tinggi. Bila kita ingin mendapatkan manfaat maksimal dari vitamin C dan E di dalam daun kelor segar, sebaiknya suhu pengolahan tidak melebihi 60 derajat celcius,” saran Dok Mo.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha Bandung ini pun menyampaikan cara mencampurkan daun kelor ke makanan sehari-hari.
“Jika ingin mencampurkan daun kelor segar ke dalam makanan sehari-hari, sebaiknya daun kelor dimasukkan di saat terakhir supaya tidak terlalu lama terpapar dengan suhu yang tinggi dan setelah itu makanan langsung dihabiskan,” jelasnya.
Daun Kelor, Stunting, dan Ketahanan Nasional
Sebelumnya, Dok Mo telah meluncurkan buku yang membeberkan manfaat daun kelor untuk pencegahan stunting.
Buku berjudul Daun Kelor, Stunting, dan Ketahanan Nasional ini mengupas tuntas manfaat daun kelor dan cara mengolahnya.
“Melalui buku yang saya tulis ini, saya menuangkan semua hal tentang daun kelor, terutama kandungan dan khasiatnya,” katanya di Bandung (19/10/2023) mengutip laman Kementerian Sekretariat Negara RI.
Dia pun mengatakan, kelor mengandung gizi melimpah ruah dan memiliki zat-zat ajaib yang mendorong tumbuh kembang bayi secara spektakuler. Kelor yang dimasak dengan benar secara efektif dapat mencegah gagal tumbuh pada anak.
Balita yang mengidap stunting dapat diberi olahan daun kelor secara rutin. Maka, balita tersebut akan secara gradual mengalami perbaikan kondisi, dari kondisi stunted berat ke sedang, sedang ke ringan, dan ringan ke normal.
Advertisement
Kandungan Gizi Kelor
Daun kelor mengandung banyak gizi dan sumber vitamin hingga mineral untuk tubuh. Kelor adalah sayuran yang cukup populer di Indonesia dengan bentuk daun hijau bundar lonjong.
Sayuran ini kaya akan asam amino, antioksidan, dan senyawa anti inflamasi. Selain itu, tanaman ini juga mengandung vitamin dan mineral tingkat tinggi seperti zat besi, kalsium, vitamin A, B, C dan E.
Zat-zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan otot, serta meningkatkan perkembangan otak pada bayi.
Anjurkan Setiap Keluarga Tanam Pohon Kelor
Kelor bisa digunakan untuk membuat sup. Bisa dimasak dengan daging cincang, kaldu tulang atau dimasak dengan sayuran lainnya. Daun kelor juga bisa diolah menjadi beragam asupan seperti teh hingga kopi.
Dok Mo juga mengatakan, daun kelor dapat dijadikan komoditas ekonomi dan untuk itu distribusinya menjadi menyebar ke mana-mana.
“Kalau masif, maka dapat membantu perekonomian masyarakat luas. Tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, memelihara kesehatan, tetapi juga menjadi sumber penghasilan,” ucap Dok Mo.
Buku yang ditulis oleh dr. Theresia Monica Rahardjo ini bukanlah yang pertama membahas manfaat daun kelor. Tetapi buku ini memandang kelor dalam segi medik yang cukup mendalam, karena ditulis oleh seorang dokter spesialis dan konsultan anestesiologi.
Saking pentingnya daun kelor, Dok Mo mengimbau setiap keluarga menanam pohon kelor.
“Saya mengimbau dan menganjurkan kepada pemerintah dan masyarakat, untuk menciptakan gerakan satu keluarga satu pohon kelor. Sebagai langkah bersama menuju Indonesia Emas 2045, agar keuntungan demografi dapat kita maksimalkan,” tutup Dok Mo.
Advertisement