Sejarah Hari Kanker Sedunia 4 Februari dan Perkembangan Penanganannya di Asia Tenggara

Hari Kanker Sedunia tahun ini bertema “United by Unique” yang merupakan pengingat akan komitmen kolektif melawan kanker.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Feb 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 14:00 WIB
Sejarah Hari Kanker Sedunia 4 Februari dan Perkembangan Penanganannya di Asia Tenggara
Sejarah Hari Kanker Sedunia 4 Februari dan Perkembangan Penanganannya di Asia Tenggara. Foto dibuat oleh AI.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Hari ini menandai dua puluh lima tahun penandatanganan Piagam Paris Melawan Kanker pada konferensi the World Summit Against Cancer for the New Millenium pada 4 Februari 2000.

Hari Kanker Sedunia tahun ini bertema “United by Unique” yang merupakan pengingat akan komitmen kolektif melawan kanker.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui pengalaman unik setiap pasien dan nilai dari perawatan yang berpusat pada masyarakat yang diberikan bersama oleh penyedia layanan kesehatan, keluarga, teman, dan komunitas.

WHO Wilayah Asia Tenggara memiliki 2,4 juta kasus baru kanker pada tahun 2022, termasuk 56.000 anak-anak, dan 1,5 juta kematian. Di antara seluruh wilayah WHO, wilayah Asia Tenggara memiliki jumlah kanker bibir dan rongga mulut, leher rahim, dan kanker anak tertinggi.

“Diperkirakan pada tahun 2050, akan terjadi peningkatan 85 persen jumlah kasus baru dan kematian di wilayah ini,” kata WHO Regional Director for South-East Asia, Saima Wazed, mengutip laman WHO, Selasa (4/2/2025).

Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara di kawasan ini telah mencapai kemajuan penting dalam pengendalian kanker. Enam negara telah mendedikasikan rencana nasional untuk pengendalian kanker, dan dua negara telah memasukkan kanker sebagai bagian dari rencana non-communicable diseases (NCD) nasional untuk memandu secara strategis kegiatan pencegahan dan pengendalian kanker.

Kemajuan Penanganan Kanker di Beberapa Negara

Saima menjelaskan, Bhutan berhasil menyelesaikan proyek Health Flagship pada tahun 2020, di mana lebih dari 90 persen populasi sasaran dilakukan skrining untuk kanker lambung, serviks, dan payudara, dan hasil skrining positif dikaitkan dengan diagnosis dan pengobatan.

Negara ini saat ini sedang mengintegrasikan model tersebut ke dalam layanan kesehatan umum.

Sementara, melalui program Cancer Anywhere, Thailand telah mengadopsi pendekatan cakupan kesehatan universal dalam pengelolaan kanker.

Delapan negara di Asia Tenggara telah memperkenalkan vaksinasi Human Papillomavirus secara nasional. Inisiatif global untuk kanker anak sedang diterapkan di sepuluh negara melalui jaringan institusi regional. Tujuh negara mempunyai pencatatan kanker berbasis populasi yang operasional.

Di sepuluh negara, layanan kanker tingkat tersier umumnya tersedia dan menjangkau 50 persen atau lebih pasien yang membutuhkan. Wilayah ini mengalami tingkat penurunan penggunaan tembakau tercepat yang merupakan faktor risiko utama beberapa penyakit kanker dengan beban tinggi. WHO telah bekerja sama dengan semua negara anggota untuk mendukung upaya ini.

Kanker di Indonesia

Indonesia tak mau ketinggalan, Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan dokumen berjudul Rencana Kanker Nasional 2024 -2034, Strategi Indonesia dalam Upaya Melawan Kanker.

“Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan dianggap sebagai penyakit tidak menular katastropik karena selain mengancam nyawa, juga membutuhkan biaya pengobatan yang besar serta proses perawatan yang lama,” kata Budi dalam pernyataan pembuka di dokumen tersebut dikutip Selasa (4/2/2025).

“Indonesia juga merasakan dampak berupa beban penyakit yang tinggi maupun beban keuangan yang terus meningkat,” tambahnya.

Global Cancer Observatory (Globocan) menyatakan bahwa tanpa adanya perubahan strategi, beban kasus dan kematian akibat kanker di Indonesia meningkat hingga 63 persen antara tahun 2025 hingga tahun 2040.

Untuk itu, upaya melawan kanker perlu mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas nasional.

Sebagai bentuk dari komitmen dan upaya dalam pengendalian penyakit kanker, Indonesia menyusun Rencana Kanker Nasional 2024-2034 atau yang secara global disebut National Cancer Control Plan (NCCP) sebagai acuan dalam arah strategi dan rencana aksi.

“Rencana Kanker Nasional ini diharapkan dapat mengharmonisasikan derap langkah seluruh pemangku kepentingan untuk mengurangi insiden kanker, serta meningkatkan kesintasan, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup mereka yang terdampak kanker,” jelas Budi.

6 Strategi Indonesia dalam Melawan Kanker

Penyusunan Kerangka Kanker Nasional diawali dengan analisis situasi berdasarkan enam pilar transformasi kesehatan nasional, sehingga diperoleh pemahaman atas kondisi terkini, kesenjangan, serta tantangan yang dihadapi dalam program penanganan kanker di Indonesia.

Berdasarkan analisis situasi tersebut, dirumuskan Rencana Kanker Nasional yang mencakup enam strategi pencegahan dan pengendalian kanker, yaitu:

  • Strategi promotif dan preventif.
  • Strategi skrining dan deteksi dini.
  • Strategi peningkatan akses diagnostik, tatalaksana kanker dan pelayanan paliatif.
  • Strategi penguatan registrasi dan penelitian kanker.
  • Strategi kemitraan dengan pemangku kepentingan.
  • Strategi tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker.

“Penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan Rencana Kanker Nasional ini secara konsisten dalam menyusun rencana kerja masing-masing.”

“Saya mengharapkan dukungan Kementerian dan Lembaga terkait, serta kemitraan dan kolaborasi dengan semua pihak termasuk komunitas, mitra pembangunan, industri, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang tertuang dalam Rencana Kanker Nasional,” pungkas Budi.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya