Liputan6.com, Jakarta - Jepang sedang menghadapi peningkatan signifikan kasus pneumonia, khususnya jenis atipikal yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae. Meskipun sering disebut 'walking pneumonia' karena gejalanya yang terkadang ringan, kita tetap perlu waspada.
Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan
Meningkatnya kasus pneumonia di Jepang sangat signifikan, bahkan mencapai angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1999. Pada akhir tahun 2024, tercatat hampir 6.000 kasus pneumonia mikoplasma, peningkatan lebih dari 10 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini jauh melampaui tahun-tahun sebelumnya, menjadikannya wabah terburuk dalam lebih dari dua dekade.
Baca Juga
Lonjakan ini terjadi bersamaan dengan peningkatan kasus influenza yang sangat tinggi pada akhir 2024, mencapai rekor 317.812 kasus mingguan pada periode 23-29 Desember 2024. Data dari Institut Penyakit Menular Nasional Jepang menunjukkan sekitar 9,52 juta kasus flu tercatat antara 2 September 2024 dan 26 Januari 2025. Faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi meliputi cuaca dingin dan kering serta polusi udara.
Advertisement
Sejumlah negara di Asia pun mengimbau warganya yang hendak melancong ke Jepang untuk berpikir ulang, salah satunya Thailand. Dokter Jade Boonyawongwiroj, asisten direktur Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima di Thailand, menyarankan wisatawan membawa obat anti-influenza, seperti Oseltamivir, jika tidak dapat membatalkan kunjungan ke Jepang.
Jika Oseltamivir tidak efektif, kata dia, Anda mungkin perlu diobati dengan Favipiravir, yang juga digunakan untuk pasien COVID-19, seperti dilansir The National. Jade menggambarkan wabah influenza di Jepang sebagai wabah yang parah, dengan rata-rata 66.132 kasus baru per hari selama 144 hari terakhir.
Dampak terhadap Sistem Kesehatan dan Pariwisata
Dampak wabah ini cukup luas. Sistem kesehatan di Jepang, terutama di Tokyo dan beberapa wilayah lainnya, sempat kewalahan menangani lonjakan pasien. Beberapa fasilitas medis mengalami kekurangan tempat tidur, sehingga perawatan pasien dengan gejala ringan terpaksa dilakukan di rumah.
Selain itu, wabah ini juga berdampak pada sektor pariwisata. Pemerintah Jepang mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk meningkatkan kewaspadaan. Laporan menyebutkan adanya kematian akibat pneumonia, termasuk kasus yang melibatkan aktris Barbie Hsu. Hal ini semakin mempertegas seriusnya situasi saat ini.
Advertisement
Rekomendasi bagi Wisatawan
Bagi Anda yang berencana mengunjungi Jepang, beberapa rekomendasi berikut perlu diperhatikan:
- Vaksinasi: Meskipun tidak ada vaksin khusus untuk pneumonia mikoplasma, vaksinasi influenza dan vaksin pneumokokus sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Vaksinasi sebaiknya dilakukan setidaknya dua minggu sebelum keberangkatan.
- Protokol Kesehatan: Selalu gunakan masker di tempat umum, rajin mencuci tangan, dan hindari menyentuh wajah. Bawa hand sanitizer dan tisu basah antiseptik.
- Persiapan Perjalanan: Memiliki asuransi perjalanan dan menyimpan kontak darurat setempat sangat disarankan untuk berjaga-jaga.
- Pertimbangan Penundaan: Bagi wisatawan dengan kondisi kesehatan kronis, mempertimbangkan untuk menunda perjalanan ke Jepang hingga situasi membaik sangat dianjurkan.
Situasi dapat berubah sewaktu-waktu. Selalu periksa informasi terkini dari sumber terpercaya seperti Kementerian Kesehatan Jepang dan otoritas kesehatan setempat sebelum bepergian.
Kementerian Kesehatan Indonesia juga memberikan imbauan kepada Warga Negara Indonesia yang hendak bepergian ke Jepang atau negara dengan cuaca dingin lainnya, namun belum mengeluarkan larangan perjalanan.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)