Kemenkes Dukung Pengembangan Ekosistem Genomik agar Setiap Pasien Dapat Pengobatan Presisi

Teknologi genomik tak hanya berbicara soal virus tapi juga pengobatan yang presisi dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 25 Apr 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2025, 19:00 WIB
genomik
Kepala Balai Besar Biomedis dan Genomika Kesehatan (BB Binomika) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan INA-CRC, Indri Rooslamiati dalam Illumina Genomics Summit Indonesia 2025, Kamis (24/4/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi genomik adalah hal penting di dunia kesehatan. Berkaca dari pengalaman pandemi COVID-19, saat Corona menyerang, kemampuan laboratorium Indonesia untuk diagnosis virus masih sangat rendah.

Memang ada tes polymerase chain reaction atau PCR yang merupakan teknologi molekuler untuk deteksi COVID-19. Namun, mengetahui positif atau negatif COVID saja tidak cukup. Dengan teknologi genomik seperti whole genome sequencing, maka virus Corona dan turunannya bisa diketahui karakteristiknya.

“Semua tahu kan ada varian-varian dari COVID-19, ada Omicron, Delta, nah itu bisa diketahui dari sequencing. Jadi kita bisa dapat varian-varian tersebut dan kita bisa tahu ternyata Omicron itu sebarannya lebih tinggi dari Delta, tapi Delta lebih menakutkan dan menimbulkan kematian,” kata Kepala Balai Besar Biomedis dan Genomika Kesehatan (BB Binomika) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan INA-CRC, Indri Rooslamiati dalam Illumina Genomics Summit Indonesia 2025, Kamis (24/4/2025).

Mengingat pentingnya teknologi genomik, maka Kemenkes memiliki kesadaran untuk mendukung perkembangannya di Indonesia. Indri menjelaskan, teknologi genomik tak hanya berbicara soal virus tapi juga pengobatan yang presisi dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

“Selama ini kan pengobatan itu setiap orang punya obat yang sama dengan dosis yang sama.”

Padahal, sambungnya, orang dengan penyakit yang sama belum tentu membutuhkan obat yang sama pula dari sisi jenis dan dosisnya. Maka mereka perlu pengobatan presisi (pecision medicine) atau pengobatan yang dipersonalisasi sesuai keadaan dan kebutuhan setiap pasien.

“Memang masih mahal (tes genomik), tapi perlahan-lahan kita berupaya agar tes ini bukan seperti tas mewah tapi menjadi lebih terjangkau seperti kita belanja di supermarket,” tuturnya.

 

Butuh Kolaborasi Semua Pihak

Guna mencapai keterjangkauan tes genomik, maka diperlukan kolaborasi strategis antara pemerintah, industri, akademisi, dan tenaga ahli di bidang kesehatan, sambung Indri.

Ini perlu dilakukan karena teknologi genomik berperan penting dalam mendorong kemajuan penelitian dan pengobatan presisi, khususnya di bidang kesehatan reproduksi, onkologi, penyakit genetik dan infeksi, serta mikrobiologi.

“Melalui kolaborasi dengan penyedia teknologi dan mitra, seperti Illumina dan Pandu Biosains, kami dapat mengambil langkah krusial dalam meningkatkan infrastruktur sekuensing di Indonesia, memperkuat pengawasan genom, dan mendekatkan integrasi genomik ke dalam sistem kesehatan Indonesia,” ucap Indri.

 

Mengenal Genomik

genomik
Country Manager, Illumina Indonesia, Gianina Miranda Sebayang soal genomik, Jakarta (24/4/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Dalam kesempatan yang sama, Country Manager, Illumina Indonesia, Gianina Miranda Sebayang, menjelaskan soal genomik.

“Genomik itu kalau diibaratkan dalam komputer adalah coding-nya. Tapi yang di-coding apa? Yang di-coding itu makhluk hidupnya. Jadi ada rangkaian informasi di dalam tubuh kita, ada gen, kromosom, nah di situlah tersimpan informasi-informasi yang dalam mekanisme tubuh di-coding dan diwujudkan menjadi sebuah bentuk,” papar Gianina.

Setiap manusia memiliki “coding” yang spesifik, inilah yang menyebabkan kondisi fisik setiap manusia berbeda. Misal, wajah si A berbeda dengan wajah si B atau karakteristik fisik orang Asia beda dengan orang Eropa.

“Walaupun 90 persen dari rantai DNA-nya sama, tapi yang satu persen atau 0,5 persen adalah yang membuat perbedaan satu orang dengan lainnya,” ujar Gianina.

 

Tantangan Pengembangan Ekosistem Genomik di Indonesia

Gianina menambahkan, pengembangan ekosistem genomik di Indonesia masih menghadapi tantangan.

Sebetulnya, alat atau mesin sekuensing genomik sudah mulai dikenalkan di Indonesia, misalnya mesin terbaru yakni Illumina MiSeq™ i100.

“Secara teknologi, genomik sudah ada di Indonesia, tapi dalam membangun ekosistem itu tidak cukup degan adanya alat, tapi perlu juga kemampuan resource-nya (sumber), itu juga penting. Tenaga-tenaga ahlinya kita masih butuh cukup banyak,” ujarnya.

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan
Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya