Diduga Mutasi Genetik, Bayi dari Majenang Lahir dengan Dua Kepala

Rumah Sakit Bersalin (RSB) Duta Mulya, Majenang menangani kelahiran bayi berkepala yang dilaporkan lahir dalam kondisi sehat.

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 27 Jun 2013, 16:30 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2013, 16:30 WIB
bayi-130614b.jpg
Rumah Sakit Bersalin (RSB) Duta Mulya, Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menangani kelahiran bayi berkepala yang dilaporkan lahir dalam kondisi sehat.

"Bayi berjenis kelamin laki-laki ini merupakan anak kedua pasangan bapak Usman (36) dan ibu Munjiah (27), warga Desa Purwosari RT 01 RW 03, Kecamatan Wanareja, Cilacap," kata Direktur RSB Duta Mulya dr Tatang Mulyana SpOG kepada wartawan di Majenang, Cilacap, seperti dikutip dari Antara, Kamis (27/6/2013).

Menurut dia, bayi tersebut lahir pada hari Rabu (26/6), sekitar pukul 21.25 WIB, melalui proses operasi caesar.

Ia mengatakan bahwa bayi terlahir dalam kondisi sehat dan memiliki panjang tubuh 46 centimeter dengan berat badan 4,200 gram.
     
"Namun, bayi ini mempunyai kelainan yang dalam istilah medisnya disebut ’dicephalus parapagus on joined twins’, yakni kembar mulai dari kepala sampai leher. Ini bukan kembar siam karena dia hanya memiliki satu organ dalam termasuk kerongkongan serta kaki dan tangannya sepasang," katanya.
     
Kelainan ini, kata dia, diduga akibat faktor mutasi genetik karena saat janin berusia dua minggu terjadi proses pembelahan.
     
"Di saat proses pembelahan itu berlangsung, ada faktor eksternal karena mungkin si ibu mengonsumsi obat, sehingga proses tersebut terhenti dan akhirnya membelah di kepala," kata dia menjelaskan.
    
Ia mengatakan bahwa kejadian ini sangat langka dengan perbandingan satu per 200.000 kelahiran.
     
Berdasarkan data, kata dia, kelahiran bayi berkepala dua ini merupakan yang ketiga kalinya di Indonesia karena sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2009 dan 2012.
     
Terkait penanganan, lebih lanjut, terhadap bayi tersebut, Tatang mengatakan bahwa pihaknya akan merujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito Yogyakarta.
     
"Kami masih berkomunikasi dengan RSUP dr Sardjito," katanya.
     
Selain itu, kata dia, pihaknya akan mengupayakan agar bayi tersebut mendapat pelayanan jaminan persalinan (jampersal) sehingga bisa memperoleh perawatan secara intensif karena orang tuanya termasuk keluarga tidak mampu.
     
Sementara itu, Usman, orang tua bayi, mengaku kebingungan atas kelahiran anak keduanya ini.
     
"Kalau mau dibawa ke RSUP dr Sardjito, bagaimana dengan biayanya. Saya hanya bekerja sebagai tukang kayu," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya