Liputan6.com, Paris - Seorang remaja AS telah ditangkap di Paris setelah bayinya yang baru lahir diduga terlempar dari jendela hotel dan meninggal," kata jaksa penuntut dan media Prancis seperti dikutip dari CNN, Rabu (26/2/2025).Â
Wanita muda itu, yang tidak disebutkan namanya, dibawa ke rumah sakit untuk menjalani operasi setelah melahirkan dan kemudian ditempatkan di bawah tahanan polisi, Kantor Kejaksaan Paris mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Bayinya yang baru lahir "diduga terlempar dari jendela lantai dua sebuah hotel" di Arondisemen ke-20 Paris pada hari Senin (24/2), kata kantor kejaksaan. "Bayi yang baru lahir itu dibawa ke perawatan darurat tetapi tidak selamat."
Advertisement
"Sang ibu, seorang warga negara Amerika, adalah bagian dari sekelompok orang dewasa muda yang bepergian di Eropa," kata kantor kejaksaan, seraya menambahkan penyelidikan atas pembunuhan seorang anak di bawah umur telah dibuka sejak saat itu.
Kantor kejaksaan mengatakan ada kemungkinan wanita muda itu tidak menyadari kehamilannya, atau menyangkalnya.
Seorang juru bicara wali kota Arondisemen ke-20 Paris mengatakan kepada CNN bahwa bayi itu ditemukan hidup di tempat sampah dekat hotel dan dilarikan ke rumah sakit anak-anak Paris, Necker. Bayi itu meninggal di rumah sakit.
CNN telah menghubungi polisi Prancis dan Departemen Luar Negeri AS. Rumah sakit tempat wanita itu dibawa menolak berkomentar.
Penjaga gedung di seberang hotel Ibis tempat insiden itu terjadi mengatakan bahwa dia dan suaminya terbangun oleh suara sirene pada Senin (24/2) pagi.
"Ada mobil polisi dan ambulans," Maria, yang menolak menyebutkan nama belakangnya, mengatakan kepada CNN, seraya menambahkan bahwa polisi kemudian mengetuk pintu rumahnya, mencari saksi mata.
"Kami pikir itu mungkin terkait geng, tetapi ketika kami mengetahui apa yang terjadi, kami sangat terpukul," kenang Maria.
Maria mengatakan dia terkejut dengan apa yang terjadi. "Saya telah tinggal di sini selama lebih dari 30 tahun, dan ini adalah lingkungan yang tenang dengan sangat sedikit turis. Sangat menyedihkan."
Kedutaan Besar AS di Paris mengatakan kepada CNN bahwa mereka mengetahui laporan penangkapan tersebut dan "memantau kasus ini dengan saksama."
"Kami sangat sedih mendengar tragedi baru-baru ini yang melibatkan hilangnya nyawa seorang anak," kata kedutaan.
Kasus ini pertama kali dilaporkan oleh Paris Match. Kantor berita AFP dan Le Parisien menyebutkan usia wanita itu 18 tahun.
Mengapa Remaja Tega Melakukan Kekerasan Terhadap Bayi yang Tak Berdaya?
Pertanyaan ini mengusik nurani kita semua. Kasus kekerasan pada bayi yang dilakukan remaja terjadi di berbagai negara, mengungkapkan kompleksitas masalah yang melibatkan berbagai faktor saling berkaitan.
Merangkum sejumlah sumber, disebutkan bahwa tidak ada satu penyebab tunggal, melainkan perpaduan faktor keluarga, kesehatan mental, lingkungan sosial, hingga kurangnya pengetahuan dan kesadaran.
Kasus ini melibatkan siapa saja, mulai dari remaja pelaku kekerasan, bayi yang menjadi korban, dan keluarga yang seharusnya melindungi. Kejadian ini juga disebut terjadi di berbagai belahan dunia, kapanpun dan dimanapun, didorong oleh berbagai faktor yang perlu dikaji secara mendalam.
Mengapa hal ini terjadi? Sejumlah sumber menyebut kurangnya pemahaman akan perkembangan bayi, kurangnya dukungan sistemik, dan dampak buruk dari lingkungan sekitar.
Jadi, bagaimana kekerasan ini bisa dicegah? Jawabannya terletak pada upaya multi-faceted. Perlu kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari keluarga, sekolah, komunitas, hingga pemerintah. Pencegahan dini, pendidikan, dan dukungan mental sangat krusial untuk melindungi anak-anak dari kekerasan yang mengerikan ini. Perlu pula adanya edukasi sejak dini tentang pengasuhan anak yang baik, serta akses mudah terhadap layanan kesehatan mental.
Advertisement
Faktor Keluarga: Benih Kekerasan di Rumah
Sumber lain menyebut bahwa lingkungan rumah tangga yang penuh kekerasan, baik fisik maupun emosional, menjadi faktor risiko terbesar. Remaja yang tumbuh dalam keluarga dengan pola asuh buruk, pengabaian, atau kekerasan domestik, berpotensi besar menjadi pelaku kekerasan. Kurangnya kasih sayang dan ikatan emosional yang sehat ikut berperan. Konflik orang tua yang berkepanjangan, perpisahan, atau kematian orang tua menciptakan ketidakstabilan emosional yang memicu perilaku kekerasan.
Ketiadaan figur orang tua yang positif dan suportif dapat berdampak buruk pada perkembangan emosi dan sosial remaja. Mereka mungkin belajar bahwa kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan konflik atau mengekspresikan emosi. Hal ini menciptakan siklus kekerasan yang berkelanjutan dari generasi ke generasi.
Dalam beberapa kasus, remaja yang menjadi orang tua mungkin merasa kewalahan dan frustrasi karena kurangnya dukungan dari keluarga. Ketidakmampuan dalam mengelola stres dan emosi negatif dapat memicu tindakan kekerasan terhadap bayi yang mereka asuh.
Dampak Kesehatan Mental: Emosi yang Tak Terkendali
Sumber lainnya menyebut bahwa gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan kepribadian antisosial, atau psikosis meningkatkan risiko perilaku kekerasan. Remaja dengan gangguan mental mungkin kesulitan mengendalikan emosi, impuls, dan perilaku. Kondisi ini seringkali tidak terdiagnosis atau tidak tertangani dengan baik.
Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai menjadi kendala besar. Banyak remaja yang membutuhkan bantuan profesional namun tidak mendapatkannya. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan mental mereka semakin memburuk dan berujung pada tindakan kekerasan.
Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan akses terhadap layanan kesehatan mental yang terjangkau dan berkualitas bagi remaja. Deteksi dini dan intervensi yang tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya kekerasan.
Advertisement
Lingkaran Sosial dan Pengaruh Media: Belajar dari Lingkungan
Di sisi lain, sejumlah sumber juga menyebut bahwa pengaruh teman sebaya, paparan kekerasan di media (film, video game, internet), dan tekanan sosial juga mempengaruhi perilaku remaja. Paparan terus-menerus pada konten kekerasan dapat menormalisasi perilaku tersebut dan mendorong imitasi.
Tekanan dari teman sebaya untuk melakukan tindakan kekerasan juga menjadi faktor pendorong. Remaja mungkin merasa tertekan untuk mengikuti perilaku teman-temannya, bahkan jika mereka tahu itu salah. Hal ini menunjukkan pentingnya peran lingkungan sosial dalam membentuk perilaku remaja.
Oleh sebab itu, penting untuk menciptakan lingkungan sosial yang positif dan suportif bagi remaja. Edukasi media dan literasi digital juga sangat penting untuk membantu remaja memahami dampak dari konten kekerasan yang mereka konsumsi.
Penyalahgunaan Zat: Hilangnya Kontrol Diri
Penyalahgunaan narkoba dan alkohol juga disebut sejumlah sumber sebagai penyebab menurunnya kontrol impuls dan meningkatkan agresivitas, sehingga meningkatkan risiko perilaku kekerasan. Penggunaan zat-zat ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada.
Remaja yang menggunakan narkoba atau alkohol mungkin kehilangan kendali atas emosi dan perilaku mereka. Mereka mungkin lebih cenderung melakukan tindakan kekerasan tanpa memikirkan konsekuensinya. Penggunaan zat adiktif harus ditangani secara serius dan membutuhkan intervensi yang tepat.
Program pencegahan penyalahgunaan zat dan rehabilitasi sangat penting untuk membantu remaja mengatasi ketergantungan dan mencegah perilaku kekerasan.
Advertisement
Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran: Bayi yang Tak Dipahami
Kurangnya pemahaman tentang perkembangan bayi, kebutuhan bayi, dan cara merawat bayi dapat menyebabkan frustrasi dan perilaku kekerasan. Remaja yang tidak siap secara emosional dan mental untuk menjadi orang tua mungkin lebih cenderung melakukan kekerasan jika mereka merasa kewalahan atau tidak tahu bagaimana mengatasi tantangan pengasuhan.
Pendidikan seks dan pengasuhan anak yang komprehensif sangat penting untuk memberikan remaja pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk merawat bayi dengan baik. Program pendidikan ini perlu dimulai sejak dini dan mencakup berbagai aspek pengasuhan anak.
Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan juga sangat penting untuk membantu remaja mengatasi tantangan pengasuhan dan mencegah kekerasan terhadap bayi.
Kesimpulannya, kekerasan terhadap bayi yang dilakukan remaja merupakan masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multi-faceted. Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk mencegah kekerasan dan melindungi anak-anak. Pendidikan, dukungan, dan intervensi dini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi anak-anak.
