Adanya kuesioner yang menanyakan ukuran kelamin siswa di Sabang, Aceh, ditanggapi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tidak relevan. Dan saat ini KPAI meminta pada dinas kesehatan setempat untuk menarik kuesioner tersebut.
Komisioner KPAI bidang pornografi dan Napza, Maria Advanti dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jumat (6/9/2013), mengatakan bahwa kuesioner tersebut tidak relevan dengan permasalahan kesehatan reproduksi yang dihadapi anak dan remaja.
"Pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dan remaja seharusnya lebih diarahkan pada pencegahan dari perilaku seksual yang keliru dan dari kekerasan seksual," ujar Maria.
Selain itu disebut Maria, mestinya dinas kesehatan Sabang justru memberikan edukasi seperti menjaga kebersihan, tidak melakukan seks pranikah, dan lain-lain.
"Pendidikan kesehatan reproduksi memang benar sangat dibutuhkan oleh anak dan remaja, namun informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja juga penting. Sehingga hal ini dapat diketahui oleh para pemberi layanan kesehatan, pembuat keputusan, para praktisi pendidikan dan penyelenggara program bagi remaja agar dapat dirumuskan metode penyebaran informasi yang tepat bagi remaja," ungkapnya.
Maria menegaskan, kuesioner yang menampilakan gambar, foto, atau sketsa bagian alat vital reproduksi tanpa penjelasan yang memadai bisa mengarah pada pornografi.
"Informasi berupa gambar, foto, sketsa yang terpapar kepada anak bisa ditangkap secara berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Informasi yang salah mengenai seksualitas seperti pencabulan, pemerkosaan, kehamilan pra nikagh bahkan lebih jauh lagi anak dapat terinveksi HIV/AIDS, penyakit seksual, atau mengakhiri hidup janin yang dikandungnya dengan aborsi," jelasnya.
(FIt/Mel)
Komisioner KPAI bidang pornografi dan Napza, Maria Advanti dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jumat (6/9/2013), mengatakan bahwa kuesioner tersebut tidak relevan dengan permasalahan kesehatan reproduksi yang dihadapi anak dan remaja.
"Pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dan remaja seharusnya lebih diarahkan pada pencegahan dari perilaku seksual yang keliru dan dari kekerasan seksual," ujar Maria.
Selain itu disebut Maria, mestinya dinas kesehatan Sabang justru memberikan edukasi seperti menjaga kebersihan, tidak melakukan seks pranikah, dan lain-lain.
"Pendidikan kesehatan reproduksi memang benar sangat dibutuhkan oleh anak dan remaja, namun informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja juga penting. Sehingga hal ini dapat diketahui oleh para pemberi layanan kesehatan, pembuat keputusan, para praktisi pendidikan dan penyelenggara program bagi remaja agar dapat dirumuskan metode penyebaran informasi yang tepat bagi remaja," ungkapnya.
Maria menegaskan, kuesioner yang menampilakan gambar, foto, atau sketsa bagian alat vital reproduksi tanpa penjelasan yang memadai bisa mengarah pada pornografi.
"Informasi berupa gambar, foto, sketsa yang terpapar kepada anak bisa ditangkap secara berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Informasi yang salah mengenai seksualitas seperti pencabulan, pemerkosaan, kehamilan pra nikagh bahkan lebih jauh lagi anak dapat terinveksi HIV/AIDS, penyakit seksual, atau mengakhiri hidup janin yang dikandungnya dengan aborsi," jelasnya.
(FIt/Mel)