Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus menyosialisasikan alat kontrasepsi (alkon) jangka panjang seperti IUD, sterilisasi dan implan guna meningkatkan jumlah peserta program keluarga berencana (KB).
 Â
"Sosialisasi harus terus dilakukan karena sejauh ini alat kontrasepsi jangka panjang masih kurang diminati," kata Plt. Deputi Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Wendy Hartanto di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (24/9/2013).
  Â
Dia menjelaskan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi jangka panjang dari tahun ke tahun terus menurun penggunaannya.
  Â
"Banyak laporan yang masuk menunjukkan bahwa peserta KB lebih menyukai menggunakan metode suntik dan pil," katanya.
  Â
Pada 1991, jelas Wendy, pengguna kontrasepsi IUD mencapai 13 persen dari total pemakai kontrasepsi.
  Â
Tetapi angka tersebut terus menurun hingga 1994 tercatat hanya 10 persen pemakai IUD, pada 1997 turun lagi menjadi delapan persen, dan pada 2002 jadi enam persen, serta turun lagi jadi lima persen pada 2007, dan pada data 2012, pemakai kontrasepsi IUD tinggal empat persen saja.
  Â
Sementara itu, pemakai alat kontrasepsi suntik malah sebaliknya meningkat tajam.
  Â
Pada 1991 penggunanya sebanyak 12 persen, tahun 1994 naik menjadi 15 persen, dan pada 1997 angkanya meningkat jadi 28 persen dan pada 2002, 2007, serta 2012 berkisar pada 32 persen pengguna alkon KB suntik.
  Â
Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang.
  Â
"Sebab, akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali. Angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya enam dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik," katanya.
  Â
Sementara untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100. Selain itu alat kontrasepsi IUD juga bisa bertahan hingga delapan tahun.
  Â
Wendy menduga rendahnya minat pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang menjadi salah satu penyebab program KB mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir ini.
(Abd)
 Â
"Sosialisasi harus terus dilakukan karena sejauh ini alat kontrasepsi jangka panjang masih kurang diminati," kata Plt. Deputi Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Wendy Hartanto di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (24/9/2013).
  Â
Dia menjelaskan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi jangka panjang dari tahun ke tahun terus menurun penggunaannya.
  Â
"Banyak laporan yang masuk menunjukkan bahwa peserta KB lebih menyukai menggunakan metode suntik dan pil," katanya.
  Â
Pada 1991, jelas Wendy, pengguna kontrasepsi IUD mencapai 13 persen dari total pemakai kontrasepsi.
  Â
Tetapi angka tersebut terus menurun hingga 1994 tercatat hanya 10 persen pemakai IUD, pada 1997 turun lagi menjadi delapan persen, dan pada 2002 jadi enam persen, serta turun lagi jadi lima persen pada 2007, dan pada data 2012, pemakai kontrasepsi IUD tinggal empat persen saja.
  Â
Sementara itu, pemakai alat kontrasepsi suntik malah sebaliknya meningkat tajam.
  Â
Pada 1991 penggunanya sebanyak 12 persen, tahun 1994 naik menjadi 15 persen, dan pada 1997 angkanya meningkat jadi 28 persen dan pada 2002, 2007, serta 2012 berkisar pada 32 persen pengguna alkon KB suntik.
  Â
Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang.
  Â
"Sebab, akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali. Angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya enam dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik," katanya.
  Â
Sementara untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100. Selain itu alat kontrasepsi IUD juga bisa bertahan hingga delapan tahun.
  Â
Wendy menduga rendahnya minat pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang menjadi salah satu penyebab program KB mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir ini.
(Abd)