Pasangan suami istri Amat Arifin (60) dan Novita (58) begitu sayangnya dengan puluhan kucing dan anjing yang kini dipeliharanya. Bahkan keduanya rela tak makan agar binatang peliharaannya tetap makan.
Tim Health Liputan6.com mendatangi kediaman Amat dan Novita yang hanya terbuat dari triplek dan beratapkan beton serta beralas karpet plastik di kolong jembatan Kampung Melayu. Tentu, hidup di kolong jembatan jauh dari fasilitas yang serba ada. Jangan membayangkan toilet yang bersih atau tempat tidur nyaman ada di kolong jembatan. Keduanya hidup di dalam bagunan triplik
Ternyata, dalam bangunan mungil itu ada juga puluhan kucing dan beberapa anjing. Di dalam rumah tersebut sampah bak sahabat pasangan suami istri tersebut. Keduanya melakukan aktivitas bersama di tengah tumpukan sampah kering hasil kerja mereka.
Setiap harinya, keduanya mengais botol plastik dan juga koran atau kardus-kardus bekas. "Kami memulung dari Tebet, Kasablanka sampai Jatinegara, kami melakukab aktivitas bersama di koling jembatan ini," tutur Amat.
Ketika kami datang, Amat dan Novita menyambut dengan kesederhanaan dan keramahan mereka. Seperti tidak ada beban, senyum dan tawa selalu menghiasi wajah mereka.
Bantu Kucing Sakit
Seharian kami bersama, tapi tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari mulut mereka. "Kami menikmati hidup seperti ini, kami percaya Tuhan itu adil. Saya lebih baik sehari hidup dengan Rp 10 ribu bisa tidur nyenyak. Daripada Rp 10 juta tapi terlalu banyak pikiran," ungkap Pria kelahiran Kendal, 12 Mei 1953.
Dengan pendapatan yang terbilang pas-pasan mereka mampu merawat dan memelihara 63 hewan peliharan mereka. Kucing dan anjing sebanyak itu didapat Amat dan Novi dari jalanan saat mereka memulung.
"Kami hanya membawa pulang kucing-kucing yang sakit kalau yang sehat kan masih bisa cari sendiri kalau sakit mereka yang harus dibantu," kata Amat.
Amat dan Novi mengaku rela tidak makan demi kucing dan anjing mereka. "Kami tidak apa-apa lapar tidak makan asalkan kucing-kucing kami makan. Itu buat hati saya miris," ungkap Novi sembari membasuh air matanya dengan baju.
Saat ditanya tentang mengelola uang, mereka menjawab itu tidak sulit. "Kami misalkan dapat Rp 30 ribu, ya beli beras dan lauk untuk kami dan kucing. Ya tidak sulit kami makan sesuai dengan pendapatan kami saja," jawab Amat.
Nasi dan ikan salem selalu jadi menu makan siang dan sore kucing-kucing dan anjing di sana, sedangkan untuk Amat dan Novi cukup dengan tempe dan nasi putih.
"Satu hari itu 2 liter beras, kalau buat kucing ikan salem soalnya amis mereka suka. Kami cukup tempe itu kan juga seha tidak kolesterol," ujar wanita kelahiran Kediri, 20 Mei 1955.
Amat mengatakan cukup denga beryukur maka Tuhan akan memberikan jalan." Buat apa mengeluh, rezeki itu darimana saja apalagi sebenarnya hewan itu bisa berdoa juga ke Tuhan. Jadi kami tidak perlu takut rugi atau sakit semuanya sudah diatur Tuhan," pungkas Ibu delapan orang anak ini.
(Mia/Mel)
Tim Health Liputan6.com mendatangi kediaman Amat dan Novita yang hanya terbuat dari triplek dan beratapkan beton serta beralas karpet plastik di kolong jembatan Kampung Melayu. Tentu, hidup di kolong jembatan jauh dari fasilitas yang serba ada. Jangan membayangkan toilet yang bersih atau tempat tidur nyaman ada di kolong jembatan. Keduanya hidup di dalam bagunan triplik
Ternyata, dalam bangunan mungil itu ada juga puluhan kucing dan beberapa anjing. Di dalam rumah tersebut sampah bak sahabat pasangan suami istri tersebut. Keduanya melakukan aktivitas bersama di tengah tumpukan sampah kering hasil kerja mereka.
Setiap harinya, keduanya mengais botol plastik dan juga koran atau kardus-kardus bekas. "Kami memulung dari Tebet, Kasablanka sampai Jatinegara, kami melakukab aktivitas bersama di koling jembatan ini," tutur Amat.
Ketika kami datang, Amat dan Novita menyambut dengan kesederhanaan dan keramahan mereka. Seperti tidak ada beban, senyum dan tawa selalu menghiasi wajah mereka.
Bantu Kucing Sakit
Seharian kami bersama, tapi tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari mulut mereka. "Kami menikmati hidup seperti ini, kami percaya Tuhan itu adil. Saya lebih baik sehari hidup dengan Rp 10 ribu bisa tidur nyenyak. Daripada Rp 10 juta tapi terlalu banyak pikiran," ungkap Pria kelahiran Kendal, 12 Mei 1953.
Dengan pendapatan yang terbilang pas-pasan mereka mampu merawat dan memelihara 63 hewan peliharan mereka. Kucing dan anjing sebanyak itu didapat Amat dan Novi dari jalanan saat mereka memulung.
"Kami hanya membawa pulang kucing-kucing yang sakit kalau yang sehat kan masih bisa cari sendiri kalau sakit mereka yang harus dibantu," kata Amat.
Amat dan Novi mengaku rela tidak makan demi kucing dan anjing mereka. "Kami tidak apa-apa lapar tidak makan asalkan kucing-kucing kami makan. Itu buat hati saya miris," ungkap Novi sembari membasuh air matanya dengan baju.
Saat ditanya tentang mengelola uang, mereka menjawab itu tidak sulit. "Kami misalkan dapat Rp 30 ribu, ya beli beras dan lauk untuk kami dan kucing. Ya tidak sulit kami makan sesuai dengan pendapatan kami saja," jawab Amat.
Nasi dan ikan salem selalu jadi menu makan siang dan sore kucing-kucing dan anjing di sana, sedangkan untuk Amat dan Novi cukup dengan tempe dan nasi putih.
"Satu hari itu 2 liter beras, kalau buat kucing ikan salem soalnya amis mereka suka. Kami cukup tempe itu kan juga seha tidak kolesterol," ujar wanita kelahiran Kediri, 20 Mei 1955.
Amat mengatakan cukup denga beryukur maka Tuhan akan memberikan jalan." Buat apa mengeluh, rezeki itu darimana saja apalagi sebenarnya hewan itu bisa berdoa juga ke Tuhan. Jadi kami tidak perlu takut rugi atau sakit semuanya sudah diatur Tuhan," pungkas Ibu delapan orang anak ini.
(Mia/Mel)