Liputan6.com, Jakarta Pada umumnya, tahapan perkembangan tiap anak berbeda-beda menurut usianya. Idealnya, tumbuh kembang anak berusia 2 tahun melingkupi pemahaman konsep kata sehari-hari.
Baca Juga
Advertisement
Namun, berbeda dengan apa yang dialami Jeremiah Owura Addo, seorang bocah asal Ghana yang baru berusia 2 tahun itu sudah lancar menyebutkan 140 negara beserta ibukota dan nama presidennya, bahkan Indonesia sekalipun.
Dilansir Liputan6.com dari BBC News, Selasa (2/4/2019), sang ayah, Richard Addo menceritakan bahwa dirinya menyadari kecerdasan anaknya saat masih berusia 1 tahun. Di usianya itu, Jeremiah tentu saja belum duduk di bangku sekolah.
Otak Jeremiah seperti magnet
“Dia bisa melakukan banyak hal yang tidak kami ajari. Saat menginjak 1 tahun, kami menyadari dia punya gerak-gerik yang luar biasa yang tidak bisa kami mengerti. Tapi kami tahu mungkin itu adalah tanda-tanda kejeniusannya.” Imbuh Richard Addo.
Semenjak itu, sang ayah mulai mengetahui bahwa anaknya mampu melakukan hal-hal yang anak seusianya belum bisa pahami. Ia menyebut otaknya seperti magnet yang bisa menangkap berbagai hal dengan cepat.
Akhirnya, sang ayah memutuskan untuk mengajarinya di rumah sehingga keahliannya lebih terasah nantinya saat masuk sekolah. Di awal pembelajaran, Richard mengajari banyak topik, misalnya nama-nama negara dan ibukotanya.
Advertisement
Sang ayah ingin Jeremiah jadi pendidik saat besar nanti
Selama satu bulan lamanya, Jeremiah mampu menghafal lebih dari 140 negara beserta nama ibukota dan presidennya. Dalam video yang beredar, Jeremiah dengan lancar menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan sang ayah terkait ibukota negara di dunia, nama-nama benua, hingga gunung tertinggi di dunia.
Hal itu tentu saja membuat orang-orang yang menonton terkejut dengan apa yang dilakukan bocah 2 tahun itu. Selain pengetahuan umum, Jeremiah juga diajari matematika dan sains oleh sang ayah. Richard Addo berharap Jeremiah bisa menjadi seorang pendidik saat besar nanti.
Sediakan fasilitas terbaik untuk dukung tumbuh kembang sang anak
Mengetahui kecerdasan anaknya, Richard berusaha untuk menyediakan fasilitas terbaik yang bisa mendukung tumbuh kembang sang anak. Namun bukan berarti ia ingin memaksa anaknya masuk sekolah sesegera mungkin.
Sebaliknya, seperti kebanyakan orangtua, Richard ingin anaknya merasakan bangku sekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Richard bersyukur dikaruniai buah hati jenius seperti Jeremiah. Baginya, putranya itu adalah anugerah terbesar yang diberikan kepadanya.
Advertisement