Liputan6.com, Jakarta Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dan kehidupan yang layak. Bahkan anak-anak sekalipun. Anak-anak berhak mendapatkan perlindungan dan penghidupan yang layak dari orang tua, keluarga maupun lingkungan sekitar.
Baca Juga
Advertisement
Walaupun hal itu diatur dalam undang-undang baik di suatu negara maupun hak anak internasioal, namun masih banyak anak-anak di beberapa negara yang tak mendapatkan perlindungan.
Banyak faktor yang memengaruhi seorang anak menjadi terlantar, tidak mendapat perlindungan dan diabaikan oleh orang tuanya. Kondisi ekonomi maupun faktor sosial lainnya. Seperti yang menimpa pada salah satu anak laki-laki di Perak, Malaysia.
Terpaksa Hidup Sendiri Setelah Ibunya Ditangkap Polisi
Dilansir dari World of Buzz oleh Liputan6.com, Senin (15/4/2019) bocah yang masih berusia 12 tahun tersebut diketahui bernama Mohd Firdaus Abdullah. Ia berasal dari Manjoi, Perak, Malaysia.
Ia terpaksa hidup sendiri sejak April 2018 setelah menerima kabar dari temannya bahwa ibunya ditangkap polisi akibat kasus narkoba. Ia mengatakan bahwa ia tak sempat bertemu dengan ibunya.
"Saya bahkan tak sempat melihatnya (sebelum dia ditangkap), ketika saya sampai dirumah, rumah sudah kosong," ujarnya di sebuah wawancara dengan Sinar Harian, dikutip dari World of Buzz.
Ia sering menginap di rumah temannya bernama Syafik, jika ia merasa takut untuk sendirian di rumah. Syafik adalah teman baiknya dan dulu pernah sekelas di sekolah.
Firdaus sendiri telah berhenti sekolah sejak Oktober 2018 lalu dengan alasan yang tak ingin ia ungkapkan. Firdaus adalah anak tunggal. Sebenarnya ia masih memiliki ayah dan kerabat.
Namun sejak orangtuanya bercerai, ayahnya mengabaikannya. Ibunya pernah menikah lagi namun ayah tirinya juga mengabaikannya setalah lima tahun.
Advertisement
Tak Ingin Merepotkan Siapapun
Walaupun kerap tinggal di rumah Syafik, keluarga Syafik juga sering pulang ke kampung halaman sehingga Firdaus terpaksa kembali ke rumah reotnya.
Keadaannya diperburuk lagi saat listrik dan airnya telah diputus selama dua tahun. Ia terpaksa dan harus berani hidup sendiri.
Firdaus mendapatkan uang dengan menyapu daun dan membantu membakar sampah di rumah orang lain. Setidaknya ia mendapatkan upah sekitar 3 hingga 5 ringgit atau sekitar Rp 10.000 sampai Rp 17.000. Beberapa penduduk di desanya terkadang membawakannya makanan dan sedikit uang tunai untuknya.
Paman Firdaus juga kerap membawakannya makanan, namun Firdaus bersikeras untuk menolaknya perlahan. Ia bermaksud untuk tidak ingin merepotkan siapapun. Ia tahu bahwa pamannya juga berjuang dalam masalah ekonomi.
"Aku berbohong jika aku berkata aku tidak sedih, dan bahwa aku tidak takut duduk sendiri di rumah, tetapi apa yang bisa kulakukan, aku hanya bisa menerima takdirku," ucapnya.
Direspons Oleh Persatuan Anak Bas Stand Ipoh
Kondisi Firdaus ini viral di media sosial Facebook setelah Ketua Persatuan Budak (anak) Bas Stand Ipoh, Amiruddin Mohd Daud memostingnya. Ammirudin diberi tahu tentang masalah dan kisah yang menimpa Firdaus dari paman bocah itu.
Sang paman meminta bantuan pihak yang dianggap mampu membantu setelah beberapa waktu lalu rumah Firdaus didatangi perampok. Padahal di rumah Firdaus tidak memiliki barang-barang yang dapat dikatakan berharga.
Advertisement