Eijkman: 67% Anak yang Positif COVID-19 di Indonesia Tidak Bergejala

Mayoritas kasus COVID-19 pada anak tidak bergejala.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 27 Jun 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2021, 11:00 WIB
Ketika Warga Kali Pasir Perangi Virus Corona dengan Pesan Mural
Seorang anak kenakan masker dengan latar belakang mural Indonesia Bisa Stop Corona di Lapangan Bulutangkis, Kampung Kali Pasir, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Pesan mural mengajak warga untuk memutus rantai penyebaran Corona Covid-19 dengan diam di rumah. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Temuan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengungkapkan bahwa 67,3% anak yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia tidak menunjukkan gejala alias asimptomatik.

Temuan ini dipaparkan dalam artikel penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Virology Plus. Garis besar temuan ini disampaikan di akun Twitter @eijkman_inst pada Jumat(25/06/2021).

Artikel yang berjudul "Characteristics of children with confirmed SARS-CoV-2 infection in Indonesia" ini memaparkan hasil temuan Amin Soebandrio dan tim Eijkman lainnya terkait prevalensi dan gejala klinis Covid-19 pada anak. Menurut Eijkman, Covid-19 pada anak menimbulkan tantangan yang signifikan karena presentasi asimptomatiknya.

Sebagian besar anak tidak bergejala

Covid pada anak
Covid pada anak (sumber: Freepik)

Penelitian ini menggunakan data dari Maret 2020 hingga November 2020. Spesimen anak berasal dari 190 rumah sakit swasta dan fasilitas kesehatan masyarakat di Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.

Dari data ini, ada 1973 pasien Covid-19 yang berusia kurang dari 18 tahun pada periode tersebut. Hasil temuan menunjukkan sebanyak 208 anak positif terinfeksi Covid-19. Dari jumlah 208, 104 anak tidak memiliki gejala(67,3%) dan 68 bergejala (32,7%).

Gejala yang paling sering dilaporkan

Covid pada anak
Covid pada anak (sumber: Freepik)

Meskipun anak-anak lebih jarang mengalami infeksi parah, anak yang bergejala juga harus mendapat perhatian khusus. Menurut Eijkman, gejala umum dimiliki anak yang terinfeksi Covid-19 paling banyak adalah batuk (57,4%), diikuti kelelahan (39,7%) dan demam (36,8%). Sementara gejala sesak napas terjadi pada 22,1% anak yang sebagian besar adalah bayi.

Mayoritas anak dengan gejala dirawat di rumah sakit dan memiliki bukti radiologis dan atau klinis pneumonia. Pneumonia yang dikonfirmasi secara radiologis lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 1-5 tahun (77%), diikuti oleh kelompok usia 6-10 tahun (66,7%).

Pentingnya pencegahan dan skrining pada anak

ilustrasi anak mengenakan masker
Ilustrasi ibu dan anak mengenakan masker | pexels.com/@ketut-subiyanto

Eijkman memaparkan, anak-anak membentuk hampir sepertiga populasi Indonesia. Lebih dari 200 anak di bawah 18 tahun di negara ini dilaporkan meninggal karena COVID-19 pada pertengahan Oktober, dengan lebih dari 10% kematian pada anak balita. Kontak keluarga adalah faktor yang dapat menyebabkan kasus COVID-19 pada anak.

Anak-anak tanpa gejala yang terlihat pada sebagian besar kasus serta mereka yang memiliki gejala ringan dapat menyebarkan virus dalam jumlah tinggi. Hal ini pada akhirnya dapat memainkan peran penting dalam penularan komunitas.

Ini sebabnya penting melakukan pencegahan, sesederhana apapun itu. Langkah seperti kebersihan tangan, isolasi, jarak fisik, dan desinfeksi sangat penting untuk menekan penyebaran COVID-19 pada anak.

Anak-anak dengan riwayat kontak juga harus diskrining untuk kemungkinan infeksi COVID-19 terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya