Tekanan Darah Tinggi: Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi serius yang seringkali tanpa gejala, namun berisiko tinggi menyebabkan komplikasi. Ketahui gejala, penyebab, dan cara mengatasinya untuk hidup lebih sehat!

oleh Woro Anjar Verianty Diperbarui 11 Apr 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 13:30 WIB
Sudah makan tiga obat yang diberikan dokter tapi hipertensi tetap tak terkontrol. Bisa jadi itu merupakan hipertensi resisten. (Foto: Freepik)
Sudah makan tiga obat yang diberikan dokter tapi hipertensi tetap tak terkontrol. Bisa jadi itu merupakan hipertensi resisten. (Foto: Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu kondisi kesehatan yang paling umum ditemui di masyarakat modern saat ini. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah berada pada angka 130/80 mmHg atau lebih, yang dapat memberikan beban berlebih pada jantung dan pembuluh darah. Meskipun tekanan darah tinggi sering tidak menimbulkan gejala yang jelas, dampak jangka panjangnya dapat sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk risiko penyakit jantung, stroke, gangguan ginjal, dan bahkan kebutaan jika tidak ditangani dengan tepat.

Menurut data kesehatan, tekanan darah tinggi menjadi penyebab utama berbagai komplikasi kesehatan yang mengancam jiwa. Dikenal sebagai "the silent killer" atau pembunuh diam-diam, tekanan darah tinggi sering tidak disadari hingga kondisinya sudah parah atau bahkan telah menimbulkan komplikasi. Itulah mengapa pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting dilakukan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan hipertensi, usia lanjut, gaya hidup tidak sehat, atau memiliki kondisi medis tertentu yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Pemahaman mendalam tentang tekanan darah tinggi sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang tepat. Dengan mengetahui penyebab, gejala, faktor risiko, dan metode pengobatan yang tersedia, seseorang dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengendalikan tekanan darahnya dan mengurangi risiko komplikasi serius.

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum secara komprehensif tentang berbagai aspek tekanan darah tinggi, mulai dari pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, pada Jumat (11/4).

Pengertian Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri secara konsisten berada pada nilai yang lebih tinggi dari normal. Menurut definisi yang diterapkan oleh lembaga kesehatan, seseorang didiagnosis mengalami hipertensi ketika tekanan darahnya mencapai 130/80 mmHg atau lebih. Angka pertama (130) merupakan tekanan sistolik, yaitu tekanan darah pada pembuluh arteri saat jantung berkontraksi atau berdetak, sedangkan angka kedua (80) adalah tekanan diastolik yang menunjukkan tekanan darah pada pembuluh arteri saat jantung berelaksasi di antara detak.

Pada kondisi normal, tekanan darah orang dewasa seharusnya berada pada nilai di bawah 120/80 mmHg. Jika tekanan sistolik berada pada rentang 120-129 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, kondisi ini disebut sebagai tekanan darah yang meningkat atau elevated blood pressure. Sementara itu, hipertensi tingkat 1 didefinisikan dengan tekanan sistolik 130-139 mmHg dan/atau tekanan diastolik 80-89 mmHg, dan hipertensi tingkat 2 adalah tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini lama-kelamaan dapat merusak pembuluh darah arteri, menyebabkan pengendapan plak, dan mengurangi elastisitas pembuluh darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, atau gagal ginjal. Selain itu, tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan pembesaran jantung karena otot jantung yang terus-menerus bekerja keras untuk melawan tekanan yang tinggi pada pembuluh darah.

Penting untuk dipahami bahwa tekanan darah seseorang dapat berfluktuasi sepanjang hari tergantung pada aktivitas yang dilakukan, stres, atau bahkan posisi tubuh. Oleh karena itu, diagnosis hipertensi biasanya tidak didasarkan pada satu kali pengukuran, melainkan dari beberapa kali pengukuran pada waktu yang berbeda. Pengukuran yang konsisten menunjukkan tekanan darah tinggi, terutama jika dilakukan pada kondisi yang tenang dan istirahat, dapat menjadi indikasi diagnosa hipertensi. Itulah mengapa pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting untuk deteksi dini dan pencegahan komplikasi hipertensi.

Tipe-Tipe Tekanan Darah Tinggi

Secara umum, tekanan darah tinggi atau hipertensi diklasifikasikan menjadi dua tipe utama berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Pemahaman tentang kedua tipe ini penting untuk menentukan pendekatan pengobatan yang tepat dan efektif, karena keduanya memiliki karakteristik dan faktor pemicu yang berbeda.

Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer, yang juga dikenal sebagai hipertensi esensial atau idiopatik, merupakan jenis tekanan darah tinggi yang paling umum, mencakup sekitar 90-95% dari seluruh kasus hipertensi pada orang dewasa. Jenis hipertensi ini berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun dan penyebab pastinya tidak dapat diidentifikasi secara spesifik. Meskipun demikian, para ahli berpendapat bahwa hipertensi primer kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, seperti genetik, gaya hidup, lingkungan, dan perubahan fisiologis tubuh seiring bertambahnya usia.

Faktor genetik memainkan peran penting dalam hipertensi primer, di mana seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya jika memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama. Selain itu, gaya hidup tidak sehat seperti pola makan tinggi garam (natrium), rendah kalium dan kalsium, konsumsi alkohol berlebihan, kurang aktivitas fisik, obesitas, dan stres kronis juga dapat berkontribusi pada perkembangan hipertensi primer. Perubahan fisiologis yang terjadi seiring bertambahnya usia, seperti pengurangan elastisitas pembuluh darah dan penurunan fungsi ginjal, juga dapat meningkatkan risiko hipertensi primer.

Hipertensi Sekunder

Berbeda dengan hipertensi primer, hipertensi sekunder adalah jenis tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya atau efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu. Meskipun hipertensi sekunder hanya mencakup sekitar 5-10% dari seluruh kasus hipertensi, jenis ini penting untuk diidentifikasi karena pengobatan dari kondisi yang mendasarinya dapat membantu menormalkan tekanan darah.

Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal kronis, gangguan hormonal, penyakit jantung bawaan, sleep apnea, dan obesitas. Selain kondisi medis, beberapa obat-obatan juga dapat menyebabkan atau memperburuk hipertensi, seperti pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dekongestan, obat-obatan stimulan, antidepresan tertentu, dan obat-obatan terlarang seperti kokain dan amfetamin.

7 Penyebab Tekanan Darah Tinggi Yang Perlu Diwaspadai

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang tidak dapat diubah (non-modifiable) maupun yang dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup. Berikut adalah tujuh penyebab utama tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai:

1. Faktor Genetik dan Keturunan

Faktor genetik memainkan peran signifikan dalam perkembangan hipertensi. Jika seseorang memiliki orang tua atau anggota keluarga dekat yang menderita hipertensi, risiko mereka untuk mengalami kondisi yang sama akan meningkat secara signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa genetik dapat mempengaruhi berbagai aspek yang berkaitan dengan tekanan darah, seperti sensitivitas terhadap garam, kemampuan tubuh dalam mengeluarkan natrium, atau respons sistem saraf simpatis terhadap stres.

2. Usia Lanjut

Risiko hipertensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena perubahan fisiologis pada pembuluh darah dan sistem kardiovaskular seiring proses penuaan. Pembuluh darah menjadi kurang elastis dan lebih kaku, yang membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga meningkatkan tekanan darah.

3. Pola Makan Tidak Sehat

Pola makan memainkan peran krusial dalam perkembangan hipertensi. Konsumsi makanan tinggi garam (natrium) secara berlebihan adalah salah satu faktor risiko utama hipertensi. Natrium dapat menyebabkan tubuh menahan lebih banyak cairan, yang meningkatkan volume darah dan tekanan pada dinding arteri. Selain tinggi natrium, pola makan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol, serta rendah serat, kalium, magnesium, dan kalsium juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.

4. Obesitas dan Kelebihan Berat Badan

Obesitas dan kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang kuat untuk hipertensi. Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Peningkatan volume darah ini meningkatkan tekanan pada dinding arteri, yang dapat menyebabkan hipertensi.

5. Kurangnya Aktivitas Fisik

Gaya hidup yang kurang aktif atau sedentari merupakan faktor risiko yang signifikan untuk hipertensi. Aktivitas fisik yang teratur membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, mengontrol berat badan, dan mengurangi stres, yang semuanya berkontribusi pada tekanan darah yang lebih rendah.

6. Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan

Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan dua faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri dan menyebabkan peradangan, yang mengurangi elastisitas pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

7. Stres Kronik dan Gangguan Tidur

Stres kronik dan gangguan tidur dapat berkontribusi pada perkembangan hipertensi. Saat seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan denyut jantung dan menyempitkan pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah.

Gejala dan Tanda Tekanan Darah Tinggi

Salah satu aspek yang membuat hipertensi sangat berbahaya adalah sifatnya yang sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas, sehingga dikenal sebagai "the silent killer" (pembunuh diam-diam). Banyak orang dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisinya sampai saat pemeriksaan kesehatan rutin atau ketika komplikasi serius sudah terjadi. Namun, ada beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul, terutama ketika tekanan darah sudah sangat tinggi atau telah berlangsung dalam waktu yang lama.

Gejala Umum Tekanan Darah Tinggi

Sebagian besar orang dengan hipertensi tidak mengalami gejala yang jelas, terutama pada tahap awal. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala seperti:

  • Sakit kepala: Terutama di bagian belakang kepala, yang biasanya muncul pada pagi hari.
  • Pusing atau vertigo: Perasaan berputar atau tidak seimbang, yang bisa disertai dengan mual.
  • Pandangan kabur atau gangguan penglihatan: Ini bisa terjadi karena kerusakan pada pembuluh darah di mata.
  • Telinga berdenging (tinnitus): Suara berdenging atau berdengung di telinga tanpa sumber suara eksternal.
  • Mimisan: Meskipun tidak selalu berkaitan dengan hipertensi, beberapa orang dengan tekanan darah tinggi mungkin mengalami mimisan lebih sering.
  • Detak jantung tidak teratur atau berdebar-debar (palpitasi).
  • Kelelahan atau kelemahan yang tidak biasa: Merasa lelah meskipun telah cukup beristirahat.

Klasifikasi Tekanan Darah

 

 

Berdasarkan pedoman terbaru dari American Heart Association dan American College of Cardiology (2017), klasifikasi tekanan darah adalah sebagai berikut:

  1. Normal: Tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg
  2. Meningkat (Elevated): Tekanan sistolik 120-129 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg
  3. Hipertensi Tingkat 1: Tekanan sistolik 130-139 mmHg atau tekanan diastolik 80-89 mmHg
  4. Hipertensi Tingkat 2: Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
  5. Krisis Hipertensi: Tekanan sistolik > 180 mmHg dan/atau tekanan diastolik > 120 mmHg

Pengobatan dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi

Penanganan tekanan darah tinggi atau hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat yang lebih sehat, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan pengobatan umumnya terdiri dari kombinasi perubahan gaya hidup dan penggunaan obat-obatan, yang disesuaikan dengan tingkat keparahan hipertensi, usia pasien, kondisi medis lain, dan faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya.

Perubahan Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup adalah langkah pertama dan paling penting dalam pengelolaan hipertensi, dan harus dilakukan oleh semua orang dengan tekanan darah tinggi, terlepas dari apakah mereka juga menggunakan obat antihipertensi atau tidak. Beberapa perubahan gaya hidup yang telah terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah meliputi:

Pola Makan Sehat:

  • Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension): Pola makan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan produk susu rendah lemak, serta rendah natrium, lemak jenuh, dan lemak trans.
  • Pembatasan Natrium: Mengurangi asupan natrium hingga tidak lebih dari 2300 mg per hari (sekitar 1 sendok teh garam dapur).
  • Peningkatan Asupan Kalium: Mengonsumsi makanan yang kaya kalium seperti pisang, kentang, alpukat, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.

Aktivitas Fisik Teratur:

  • Rekomendasi umum adalah minimal 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang (seperti berjalan cepat) atau 75 menit aktivitas aerobik intensitas tinggi (seperti jogging) per minggu.
  • Aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 4-9 mmHg.

Manajemen Berat Badan:

  • Menurunkan berat badan bagi mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat (indeks massa tubuh antara 18,5 dan 24,9) dapat membantu mencegah hipertensi.

Pembatasan Alkohol:

  • Membatasi konsumsi alkohol (tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas per hari untuk pria) dapat menurunkan tekanan darah sistolik.

Berhenti Merokok:

  • Berhenti merokok sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular pada orang dengan hipertensi.

Manajemen Stres:

  • Teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, pernapasan dalam, atau biofeedback dapat membantu mengurangi tekanan darah.

Pengobatan Farmakologis (Obat-obatan)

Jika perubahan gaya hidup saja tidak cukup untuk mengontrol tekanan darah, dokter mungkin akan meresepkan obat antihipertensi. Keputusan untuk memulai pengobatan dengan obat, jenis obat yang digunakan, dan dosis akan tergantung pada tingkat keparahan hipertensi, usia pasien, kondisi medis lain, dan faktor risiko kardiovaskular. Beberapa kelas obat antihipertensi utama meliputi:

  • Diuretik: Bekerja dengan membantu ginjal mengeluarkan kelebihan air dan garam dari tubuh.
  • ACE Inhibitor: Bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi angiotensin II, hormon yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
  • ARB (Angiotensin II Receptor Blockers): Bekerja dengan memblokir aksi angiotensin II pada reseptornya.
  • Calcium Channel Blockers (CCB): Bekerja dengan mencegah kalsium masuk ke dalam sel-sel otot jantung dan dinding pembuluh darah.
  • Beta Blockers: Bekerja dengan mengurangi beban kerja jantung dan detak jantung, serta menurunkan keluaran jantung.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya