Profil Masjid Raya Bandung, Sejarah, Arsitektur dan Fasilitasnya

ulasan Masjid Raya Bandung sebagai salah satu landmark terkenal kota Bandung,

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 25 Jan 2023, 12:55 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2023, 12:55 WIB
Menikmati Pagi Syahdu di Masjid Raya Bandung
Masjid Raya Bandung mengalami lebih dari sepuluh kali perombakan selama berdiri. Kini, masjid itu mampu menampung 13.000 jemaah. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta Masjid Raya Bandung merupakan salah satu masjid yang berlokasi di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung juga dikenal sebagai Kota bersejarah Bandung menjadi saksi peristiwa bersejarah dari Bandung menjadi lautan api hingga Konferensi Asia Afrika (KAA).  Kota Bandung adalah salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. 

Bandung juga dikenal dengan sebutan Parijs Van Java. Kota ini memiliki banyak landmark bersejarah zaman penjajahan Belanda antara lain Gedung Merdeka, Gedung Sate, Hotel Savoy Homan, Pasar Baru dan Masjid Raya Bandung. Julukan itu diberikan karena kota Bandung terletak di dataran tinggi yang dikelilingi pegunungan sehingga udara atau suhu di Bandung sangat sejuk seperti di Eropa. 

Berbicara mengenai bangunan bersejarah Masjid Raya Bandung sebagai Landmark Kota Bandung. Masjid Raya Bandung Berdiri pada abad ke 19 dan merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Bandung. Beberapa kali mengalami perubahan bentuk atau renovasi dari tahun 1810 - 2001. Masjid Raya Bandung terletak di alun-alun kota Bandung yang letaknya strategis menjadikan Masjid Raya Bandung sebagai tempat wisata religi di kota Bandung.

Lebih lengkapnya, berikut ulasan Masjid Raya Bandung sebagai salah satu landmark terkenal kota Bandung, yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Rabu (25/1/2023).

Profil Masjid Raya Bandung

Sensasi Wisata Atas Bawah di Masjid Raya Bandung
Masjid Raya Bandung makin ramai pengunjung saat Ramadan. Ada 1.000 porsi sajian berbuka tersedia. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Masjid Raya Bandung yang dahulu dikenal dengan nama Masjid Agung adalah sebuah masjid agung yang terletak di kota Bandung, Jawa Barat. Status masjid ini adalah sebagai masjid provinsi untuk Jawa Barat. 

Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1810 dan sejak pendiriannya telah mengalami 8 kali renovasi pada abad ke-19, kemudian 5 kali pada abad ke-20 hingga akhirnya direnovasi kembali pada tahun 2001 hingga peresmian Masjid Raya Bandung pada tanggal 4 Juni 2003 yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, HR Nuriana. 

Masjid baru yang bercorak Arab ini menggantikan Masjid Agung lama yang bercorak khas Sunda. Masjid Raya Bandung seperti yang kita lihat sekarang ini memiliki dua menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid setinggi 81 meter yang selalu dibuka untuk umum setiap hari Sabtu dan Minggu. 

Atap masjid diubah dari atap joglo menjadi kubah besar di atap tengah dan yang lebih kecil di sisi kiri dan kanan atap masjid serta dinding masjid terbuat dari batu alam berkualitas tinggi. Kini total luas tanah masjid menjadi 23.448 m² dengan luas bangunan 8.575 m² dan mampu menampung sekitar 13.000 jamaah

 

Lokasi : Jl. Dalem Kaum No.14, Balonggede, Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40251, Indonesia (https://maps.google.com/?cid=18171059145359014815)

Telepon :

022 - 4240275

082219200023

085314901688

085722149220

E-Mail : mrb.channel.stream@gmail.com

Twitter : @MRB_Jabar

Facebook : Masjid Raya Jabar

Sejarah Masjid Raya Bandung

Masjid Raya Bandung pertama kali didirikan pada tahun 1812. Masjid Raya Bandungdibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan Bandung ke pusat kota yang sekarang. 

Masjid ini awalnya dibangun dengan bentuk panggung tradisional yang sederhana, tiang-tiang kayu, dinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhu. Air kolam ini juga berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di kawasan Alun-alun Bandung pada tahun 1825. 

Setahun setelah kebakaran, tahun 1826, bangunan masjid direnovasi dengan mengganti dinding ruangan bambu dan atapnya dengan bahan kayu. Renovasi kembali dilakukan pada tahun 1850 bersamaan dengan pembangunan Jalan Groote Postweg (sekarang Jalan Asia Afrika).  Masjid kecil tersebut mengalami renovasi dan perluasan atas instruksi Bupati RA Wiranatakusumah IV. Atap masjid diganti dengan genteng sedangkan dindingnya diganti dengan tembok bata.

Kemegahan Masjid Agung Bandung kala itu bahkan sempat diabadikan dalam sebuah lukisan karya pelukis Inggris bernama W Spread pada tahun 1852. Dari lukisan tersebut terlihat atap besar bersusun lima menjulang tinggi dan masyarakat menyebutnya bale nyungcung . Kemudian bangunan masjid mengalami perubahan lagi pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar yang mengelilingi masjid. 

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau peringatan hari besar Islam lainnya bahkan digunakan sebagai tempat diadakannya akad nikah. Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya dilakukan beberapa perubahan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di kiri dan kanan).

Kemudian pada tahun 1930 dilakukan renovasi lagi dengan membangun paviliun sebagai teras masjid dan pembangunan dua menara di kiri kanan bangunan dengan puncak menara yang dibentuk persis dengan bentuk atap masjid sehingga semakin mempercantik tampilan masjid. Konon bentuk ini merupakan bentuk akhir dari Masjid Agung Bandung dengan keunikan atap berbentuk nyungcung.

Menjelang Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Masjid Raya Bandung mengalami perombakan besar-besaran. Berdasarkan rancangan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total, antara lain kubah dari bentuk "nyungcung" sebelumnya menjadi kubah persegi panjang bergaya Timur Tengah seperti bawang.

Selain itu, minaret di kiri kanan masjid serta pawestren berikut serambi depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanya berupa ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Keberadaan Masjid Agung Bandung yang saat itu masih baru digunakan untuk shalat para tamu Konferensi Asia Afrika.

Kubah berbentuk bawang yang dirancang oleh Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah rusak akibat angin kencang dan sempat diperbaiki pada tahun 1967, kubah bawang diganti dengan bentuk non bawang lagi pada tahun 1970.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung kembali mengalami perubahan besar. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement sebagai tempat wudhu, lantai dasar sebagai tempat sholat utama dan kantor DKM serta lantai atas digunakan untuk mezzanine yang langsung terhubung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen besi bulat seperti bawang bombay dan atap kubah masjid berbentuk joglo.

Arsitektur Masjid Raya Bandung

Desain awal masjid ini mempertahankan beberapa bangunan tua Masjid Raya Bandung, antara lain jembatan yang menghubungkan masjid dengan alun-alun yang melintasi alun-alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan di depan masjid. Satu-satunya perubahan bangunan lama adalah perubahan bentuk atap masjid dari bentuk atap limas diganti dengan kubah besar berbentuk setengah bola berdiameter 30 meter yang juga berfungsi sebagai kubah utama.

Untuk mengurangi beban, kubah dibangun dengan konstruksi space frame yang kemudian dilapisi dengan material logam yang dipanaskan dengan suhu sangat tinggi. Selain kubah utama, Masjid Agung Bandung dilengkapi dengan dua kubah yang lebih kecil masing-masing berdiameter 25 meter yang diletakkan di atas bangunan tambahan. 

Sama seperti kubah utama, dua kubah tambahan menggunakan konstruksi space frame namun ditutup dengan bahan transparan untuk memberikan efek cahaya masuk ke dalam masjid. Bangunan tambahan didirikan di atas tanah yang dulunya adalah alun-alun barat di depan masjid. 

Penambahan gedung ini dilengkapi dengan sepasang tower (direncanakan setinggi 99 meter) namun kemudian dikurangi menjadi hanya 81 meter, terkait keselamatan penerbangan sebagai masukan dari pengelola Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Saat ini, dua menara kembar yang mengapit bangunan utama masjid sudah bisa dinaiki pengunjung. Di lantai paling atas, lantai 19, pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Bandung 360 derajat

Sementara itu, halaman depan masjid dirombak. Tempat parkir kendaraan ditempatkan di basement sedangkan bagian atasnya merupakan taman, area publik tempat berkumpulnya orang. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah kota mengembalikan nilai Alun-alun seperti semula. Basement untuk tempat parkir ini awalnya direncanakan untuk menampung Pedagang Kaki Lima (PKL).

Fasilitas Masjid Raya Bandung

Menjadi salah satu masjid yang banyak dikunjungi oleh masyarakat dan sebagai masjid yang terletak di pusat Ibukota Jawa Barat, masjid ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap, untuk menunjang kenyamanan dan keamanan masyarakat yang ingin beribadah maupun yang hanya ingin berkunjung. Diantaranya adalah : 

- Perlengkapan Pengurusan Jenazah

- Tempat Penitipan Sepatu/Sandal

- Ruang Belajar (TPA/Madrasah)

- Sound System dan Multimedia

- Pembangkit Listrik/Genset

- Penyejuk Udara/AC

- Kantor Sekretariat

- Kamar Mandi/WC

- Aula Serba Guna

- Tempat Wudhu

- Sarana Ibadah

- Perpustakaan

- Koperasi

- Poliklinik

- Gudang

- Taman

- Parkir

- Toko

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya